Dulu saya pernah sangat putus asa. Saya sedang dijatuhkan dan teman-teman saya melarang saya terlihat lemah. Semua menganggap saya bodoh jika saya tergagalkan karena mereka. Ah, apa mereka tau bagaimana sulitnya menata hati waktu itu agar saya tidak nampak hancur di depan semua orang? Bagaimanapun, dengan senyum seadanya, mata saya harus tetap bicara "oke, itu bukan masalah buat saya". Perasaan paling hancur adalah ketika saya harus tetap berdiri sambil menatap semua orang untuk berkata " ya, saya kalah"

Dan sesungguhnya saya tidak pernah kalah, saya hanya diperkalahkan oleh sebuah trategi politik ala orde baru. Jegal menjegal adalah hal biasa. Dan saya dijegal karena ketidaksamaan idealisme. Well, saya tidak pernah menyalahkan, itu politik, dan itu strategi mereka. Ingin sekali dengan sinis saya tatap sang Bento," kita lihat saja nanti"

Saya hanya berprinsip "Sesungguhnya Alloh tidak pernah tinggal diam. Dia selalu menghitung seberapa keras kita telah berusaha dan menjadikannya tak sia-sia". Saya yakin bahwa usaha keras saya selama ini tidak akan menjadi sia-sia. Mungkin meraka bisa menjadikannya sia-sia di hadapan mereka tapi saya yakin akan mendapat hasil sesuai usaha saya.

Saya buka lagi diary saya, mendapati sebuah tulisan "Semoga suatu saat nanti aku akan mendapatkan alasan mengapa aku menyebutnya langkah yang tepat". Saya tersenyum kecil, ternyata saya telah mendapatkan jawaban itu sekarang. Langkah saya untuk tidak menyerah pada kemunafikan demi membela idealisme berbuah manis. Saya telah mendapat banyak hal yang jauh lebih baik daripada jika saya bertahan di sana menjadi bagian dari barisan sang Bento.

Dan kau tidak bisa sedikit pun menghalangi langkahku, aku tak kan berhenti melangkah. Cuz I am moving on...