-->

Hello, this is me!

Nur Imroatun Sholihat

Your friend in learning IT audit Digital transformation advocate a-pat-on-your-shoulder storyteller

10 Mar 2013

RAKIT

  • March 10, 2013
  • by Nur Imroatun Sholihat
Kau mendorong rakit bambu yang kau tawarkan padaku berlayar ke tengah telaga kehitaman yang tak memantulkan cahaya. Setelah membiarkanku terapung, kau bergegas menyusuri anak tangga jembatan yang menjauhi telaga. Aku mendengar bisik langkah kakimu berderap di jembatan kayu itu. Temalinya berderitan menggenggam titianmu melayang di cakrawala. Langkah kakimu seperti suara denting saron barung, satu persatu pilahan kayu antri meledekku diam-diam. Angin sunyi sementara kau tak memberiku kayuh. Di tengah telagamu aku bertarung dengan air yang menyelinap di sela buluh rakitku. Kau telah kembali berpijak di tanah, sementara aku seolah menunggu rakitku tenggelam.

Lalu, tanganku mendayung pijakanku agar menepi. Daun berjatuhan terkatung di udara kemudian bersemedi di air bersama rakitku. Jajaran bambu-bambu ini tidak bergerak sejengkal pun dalam tirta hening telagamu. Masih aku menatap langit yang semakin gelap menyelimutiku. Sementara pohon-pohon rimbun sibuk merahasiakan keberadaanku dari lirikan bulan. Dalam ketiadaan terang, kau memandangi satu persatu keputusasaanku dari seberang. 

Air telaga membantah pergerakan tanganku ke tepian. Gigitan suhu semakin dingin tanpa jeda. Air mengintip melalui spasi bambu-bambu untuk mengetuk telapak kaki. Sudut mataku semakin sarat bertahan untuk tidak menjadi mata air. Buluh-buluh ini jalinnya sekejab lagi terurai. 

Saat kau yakin rakitku hendak karam, kau memastikan pula aku tak bisa berenang. Kau pulang di tengah malam aku tertunduk pasrah menanti pagi. Daun-daun kering yang berteriak parau terinjak kau melangkah pulang. Bersama langkah pulangmu, aku berjanji untuk sampai ke tepian sebelum pagi. 
--------------------------
(Kota Cantik, 20130308)
image source: here

0 Comments:

Post a Comment

Videos

Jakarta, Indonesia

SEND ME A MESSAGE