Belum genap sebulan kau pulang tetapi aku telah berziarah untuk kesekian kali. Tak henti-henti aku
menghampiri udara biru yang mengepungmu. Bayangan hitam putihmu mematung di hadapku dengan tatapan tak berkedip. Kakiku menapak tanah merah yang sama menunggui kau
terlelap. Aku
tak datang untuk menangis, menulis pesan, atau pun bercerita. Tak ada yang
benar-benar ku lakukan kecuali membunuh segala lara. Hatiku masih sesenyap ketika kau dibaringkan. Langit tetap sesunyi kala kau menyangga bumi dalam
dekapan.
Aku tahu seharusnya aku tak perlu terlampau sering singgah menemuimu.
Teman Hidup
Teman hidup adalah lagu yang membuat saya untuk pertama kali menyadari talenta besar dari seorang arsitek sekaligus penyanyi jazz bernama Tulus. Sulit rasanya saya menjelaskan perasaan saya ketika
pertama kali mendengarkan lagu yang sungguh manis itu.
Ketimbang memilih kata "jangan pernah menyerah", Tulus memilih kata "jangan cepat menyerah" untuk melengkapi kalimat "bila di depan nanti, banyak cobaan untuk kisah cinta kita". Hasilnya? Magically nilai rasa yang pas berhasil pendengar tangkap. Benar-benar pas.
Dengan melihat video klipnya kita akan dibuat merinding sekaligus terharu. Lagi-lagi kegeniusan Tulus terbukti di sini, pemilihan kehidupan abdi dalem sebagai story line tentu saja menggambarkan kesetiaan yang luhur effortlessly.
Lagu inilah yang menuntun saya mendengarkan lagu-lagu Tulus lainnya.
MUSIK TULUS
Nur Imroatun Sholihat
July 19, 2013
Aku ingin membencimu sejak menyadari betapa istimewa perempuan itu bagimu. Hanya saja kau yang ku benci adalah orang yang paling ku cintai. Kau tak pernah singgah bahkan untuk sekejap memandang ke arahku. Aku menyerah tetapi kau tak boleh menyerah.
"Laramu hanyalah persinggahan sejenak bukan? Bahkan
ketika kau tidak ingin membaca sekeranjang pesanku, terjagalah." Hatiku telah berteriak berkali-kali meskipun tak ada kata terucap.
Aku
telah berjam-jam terpasung di secarik kertas bersama perpindahan matahari ke sudut
lain. Ku benamkan kertas itu dalam keranjang pesan yang tak satu pun kau
ketahui. Kau masih memenjara segenap keraguanku akan esokmu. Karenanya, tak
putus aku menghitung udara yang kau hirup.
SINGGAH 3
Nur Imroatun Sholihat
July 16, 2013