SHADOW
- September 20, 2013
- by Nur Imroatun Sholihat
Hujan adalah rasa yang tak pernah
tuntas. Setiap hujan usai, masih ada air jatuh lain di masa
mendatang. Hujan adalah derai yang retak bersembunyi. Sekuat aku
merahasiakan tangis saat engkau berpendar bagai kilat di tengah hujan, aku
menyimpan rapi hati yang sepi. Apakah aku telah kehabisan cara untuk tetap
merahasiakan rasa? Aku khawatir batin yang terapung hanyut membentur kakimu. Bilamana
hujan datang mengguyur telapak kaki dalam dekap dingin bulir-bulir air, aku
takut rindu menampakkan diri begitu saja.
Hujan tak pernah gagal mengantarkan
rasa bernama engkau. Air dari langit yang ingin kau gengam menyelinap sela-sela
jemarimu. Senyum bersahajamu tersiram titik-titik hujan. Tangan yang
menengadah, jari-jari yang menari. Matamu terpejam membiarkan hujan
mengaliri pori-pori kulitmu. Gemericik air mengiringi irama kakimu. Pelangi
melayang di atas kepalamu.
Aku juga mencintai hujan. Dalam
ketiadaan bayangan yang mengikutimu tatkala hujan, aku bisa mengganti
bayanganmu. Kaki yang tak pernah berjalan bersama logika tengah melangkah di
belakangmu. Di setiap jejakmu, kaki kecilku menapak di dalamnya. Tetaplah
terpejam sehingga kau tak pernah menoleh ke arah bayangan.
Air yang menggenang di lubang
jalan itu melukis kita pada frame yang sama. Jangan menengok pada pantulannya, bayanganmu bersembunyi dengan
perasaan berserakan. Ada begitu banyak rasa yang menyeberangi hujan—kau jangan
menafsirkannya. Tetaplah melangkah menemuinya meskipun bayanganmu melawan.
Perempuan yang meniup butir hujan
seolah menabur kelopak bunga menantimu di bawah payungnya. Mata yang berlindung di bawah hujan
berbinar-binar tatkala kau mendekat. Biar saja aku iri pada kehangatan hatinya.
Jelas aku berkecil hati, perempuan yang semakin apa adanya semakin menarik itu
adalah atap hatimu berteduh.
Aku meminta maaf karena tetap
mencintaimu. Seperti kau menemukan hujan sebagai musim paling menarik, aku
menemukanmu. Tetapi karena kau jatuh hati kepadanya aku memendam mimpi untuk mencintai orang yang tepat. Meski rasa yang ku genggam tak
pernah reda, aku akan berganti musim segera. Kemarau, meski tak seriuh hujan,
bukanlah lara.
Selalu ada kemungkinan orang yang
tepat bukanlah orang yang paling membuatmu jatuh hati. Tetapi aku ingin mencintai orang yang tepat.
_______________________________
(Hujan, Kota Kembang, 20092013)
image source: here
image source: here
0 Comments:
Post a Comment