-->

Hello, this is me!

Nur Imroatun Sholihat

Your friend in learning IT audit Digital transformation advocate a-pat-on-your-shoulder storyteller

9 Jan 2014

SHAKEUP

  • January 09, 2014
  • by Nur Imroatun Sholihat

Sungguh aku tak pernah ingin mendengar apapun sebelum waktunya. Terlebih saat ini, kala aku terbisiki kabar kepindahanmu terlebih dulu. Kau tersenyum seperti biasa dan aku sibuk berpura-pura biasa. Hati yang remuk redam--garam yang teraduk-aduk di sudut mata.


Kau tahu kata yang membuatku sadar diriku begitu menyedihkan? Jika. Terlalu banyak pengandaian yang hanya berkeliaran di pikiran saja. Sering aku bersikap berbeda dari apa yang ku rasakan. Sering aku tak berkawan baik dengan kata-katamu. Kini aku terbelenggu tali penyesalan yang menjeratku begitu erat. 

Seandainya aku tahu tidak akan ada seseorang sebaik dirimu, aku akan bersikap lebih manis. Aku tak akan membantah, tak akan melawan. Aku akan mengangguk dengan senyum lebar setiap kau mengajakku. Akan ku sembunyikan segala mendung di hadapanmu. Ku pasang langit biru pada langit-langitmu agar kau sadar betapa cerianya dunia karenamu.

Seandainya aku menyadari bahwa kita akan terpisah suatu saat nanti, di setiap menitnya akan ku ceritakan detail perasaanku tanpa ragu. Aku ingin meneriakkan perasaanku meskipun kau mungkin mengabaikannya. Walaupun kau menertawakanku, hatiku akan bahagia jika aku mengutarakannya.

Seandainya aku tahu bahwa setiap detik adalah waktu yang tepat untuk mengungkapkan perasaanku, aku tak akan menundanya. 

Saat ini aku melawan waktu yang tergesa-gesa berlari membiarkanku terseok berjalan. Aku berandai-andai menerjang waktu bersamamu tetapi aku terlambat. Sesaat lagi kau akan mengetahui kepindahanmu. Sesaat lagi aku tak bisa bersandiwara bahwa aku tak tahu. Sebentar lagi, kau akan benar-benar pergi.

Aku berencana tak berurai air mata di depanmu. Tetapi aku tak boleh merahasiakan perasaanku lagi bukan? Maka aku tak akan malu-malu mengucurkan tangis saat kau mengucapkan selamat tinggal. Mungkin aku tak bisa berkata-kata menghiburmu selagi melarut bersama haru biru. Aku sadar, kau cukup kuat untuk melangkah pergi sendiri. Bahkan ketika seisi dunia menguatkanmu, kau masih membutuhkan diri sendiri untuk meyakinkan hati bahwa kau tegar bukan?

Bagaimana mungkin aku menemuimu di hari perpisahan. Masa di mana kau mendekat ke arahku seluruh tulangku lenyap. Aku tak bisa lagi menyangga badanku sendiri. Kau tersenyum seperti biasa, hatiku terluka luar biasa.

If you think you can't live somewhere out there remember that many people shine in the place they hate the most. Without me, you’re fine. Without you, I’m cracked.
 ------------------------------------
(it's dedicated)

0 Comments:

Post a Comment

Videos

Jakarta, Indonesia

SEND ME A MESSAGE