Napak tilas Bintaro membuat hatiku
terselubungi haru biru
|
April 2009 dan Mei 2014 :) |
Gara-gara semalem miss random (Dewi)
nginep di kamar, saya harus tidur di bawah. LOL. Alasannya sederhana: kalau
saya tidur di kasur bareng Dewi, pasti dia ngajak ngobrol sampe pagi. Giliran
mau nyuruh dia yang tidur di lantai kok ya keliatannya saya kaya emak tiri yang
jahat di sinetron. Pagi ini, setelah Dewi melanjutkan perjalanannya, saya (bareng
Mbak Fit yang dengan baiknya menawarkan diri untuk menemani saya) bersiap-siap
ke Bintaro. Sudah cukup lama saya berniat ngedatengin Nadira, bayinya Mbak Ria. Sekalian juga mau ngucapin selamat karena Mbak Ria diterima D4. Akhirnya kesampean juga ngejenguk Mbak Ria yang sekarang udah jadi mahasiswa (lagi) dan ibu. Oh yeah, grow up
to be a cool lady as your mom, Nadira
:-*
|
cepet sembuh batuknya Nadira :) |
Setelah selesai ngobrol dengan
Mbak Ria (dan dinasihatin buat nyari pacar *sob sob), saya nyusul Mbak Fit
yang udah nungguin saya di Harmoni (swalayan, bukan Harmoni Jakarta Pusat, apalagi Harmoni lagunya Padi). Belanja di Harmoni, masih seperti dulu
saat kuliah, terasa begitu menyenangkan. Sehabis menemukan yang kami cari, saya
menyempatkan diri mampir ke kos psycho unnie, Mbak Ki. Saya membawakan Mbak Ki,
Mas Ikhsan, dan Mas Adhi kado atas diterimanya mereka di D4. Hope they’ll like
it :)
Agenda selanjutnya, kami menuju
kampus untuk napak tilas masa-masa kuliah. Nggak dinyana saya bakal merasa sangat terharu
menginjakkan kaki di kampus. Saya dan Mbak Fit menyempatkan foto mengulangi
foto kami 5 tahun yang lalu. Kami juga duduk-duduk di air mancur dan badan enggan
bergerak. How I wish I could sit in the classroom again.
|
kualitas fotonya huhuhu T.T |
Perjalanan kami lanjutkan dengan
nyari jilbab. Ketika saya dan Mbak Fit lagi asyik milih-milih jilbab di
Rabbani, saya nerima whatsapp untuk nggak pulang dulu. Nggak taunya Mbak Ki
ngasih tau teman-teman saya yang lain kalau saya lagi di Bintaro. Akhirnya kami
ngobrol-ngobrol di Bintaro Plaza *another memorable place. Seperti biasa, ketemu dengan mereka
berempat (Mbak Ki, Mas Ikhsan, Mas Adhi, dan Mbak Momon) seperti charger semangat
buat saya. Sepanjang perjalanan pulang dari Bintaro saya masih saja
bersyukur memiliki orang-orang ini dalam hidup saya.
|
sekali-sekali foto tanpa Mas Ican dan Mas Adhi |
Oh ya, saya dan Mbak Fit pulang
naik kereta dan habisnya cuma 3000 rupiah *sobbing. Sampai di kosan dalam keadaan capek tapi
saya nggak langsung tidur karena ingin menulis diary ini. Dan kalimat yang pertama kali ingin ditulis adalah: Ah, Bintaro,
bagaimana mungkin kau terasa seperti kampung halaman kedua?
0 Comments:
Post a Comment