-->

Hello, this is me!

Nur Imroatun Sholihat

Your friend in learning IT audit Digital transformation advocate a-pat-on-your-shoulder storyteller

19 Aug 2014

YOGYAKARTA

  • August 19, 2014
  • by Nur Imroatun Sholihat



















Yogya menyambutku mendung. Di bawah langitnya ada harapan yang berlarut-larut ku jaga. Aku mendatangi kota ini lagi seolah satu-satunya tujuan perjalananku hanyalah untuk sampai di sini. Udaranya mengusapku perlahan tetapi aku terhuyung-huyung seolah digulung badai. Ada duri-duri di sepatuku yang riang menyemangatiku berjalan. Aku melangkah menyusuri setiap sudut trotoar dan menghibur diri bahwa aku akan menemukan penggalan lagu yang hilang. Tak butuh waktu lama untuk menyadari bahwa harapan adalah punyaku saja. Namun, aku kembali datang ke kota ini seperti amnesia bagaimana perihnya ditertawakan kehampaan dan kekosongan Yogya.

Yogya yang penuh pesona seharusnya tak pernah menggunakan daya tariknya untuk melemparkan tipu daya kepadaku, bukan?

Di setiap kedatanganku, aku linglung tak pernah menemukan apa-apa. Aku dihantui ketakutan kau terus-menerus membuat laguku terdengar tak lengkap dengan mendendangkan bagian yang tidak ku miliki dari lagu. Semestinya kau berhenti membuat hidupku bergantung pada susunan nada milikku. Berhentilah membuat hidupku seolah hanya berjalan separuh saja tanpa irama itu.

Kau pasti sudah lupa berapa kali persisnya kau mengayun-ayunkan sobekan kertas lirik lagu dari kejauhan. Kau selalu memanggilku untuk berlari ke sini lagi. Yogya ramah tetapi kau dingin. Aku kembali terusir dari kota ini bersama lagu yang setengah. Siapa sebenarnya kau yang menamai dirimu harapan? Mulai sekarang kau tidak perlu bersembunyi karena khawatir sewaktu-waktu aku akan kembali. Tenang saja, setelah ini aku tidak akan pernah mencari serpihan partitur laguku. Aku tidak akan bertahan pada harapan yang enggan menampakkan wujud. 

Langkah ringanku akan berakhir segera setelah bius harapan itu habis. Aku mendapati kakiku bersimbah darah dan otakku digedor-gedor realita. Ini kali terakhir aku mencarimu. Selamat tinggal, harapan. Aku tahu bahwa sesungguhnya kau tidak pernah nyata. Aku sadar bahwa sejatinya sosokmu tidak pernah benar-benar ada.

Selamat tinggal, harapan.
--------------------
image source: here

0 Comments:

Post a Comment

Videos

Jakarta, Indonesia

SEND ME A MESSAGE