INSPIRING WOMAN LEADERSHIP
- September 18, 2014
- by Nur Imroatun Sholihat
(Long time no see... Maafkan saya atas kemalasan saya menulis beberapa hari ini *shameless.)
Oh ya, 3 hari yang lalu saya berkesempatan mengikuti
seminar “Inspiring Woman Leadership” yang diadakan oleh BPPK. Seminar ini
menghadirkan 3 pembicara yaitu Ibu Khofifah Indar Parawansa, Ibu Neno
Warisman, dan Bapak Joko Nugroho.
Sesi pertama dibuka dengan pemaparan kepemimpinan perempuan oleh Ibu Khofifah. Beliau membuka presentasinya dengan menyinggung perubahan terhadap UU no. 27/2009 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD menjadi UU no 17/2014 yang tak lagi mencantumkan klausul keterwakilan perempuan. Sejarah mencatat begitu banyak nama perempuan yang memberikan pengaruh pada dunia. Gerakan perempuan di Indonesia bahkan sudah dimulai sejak 1908 ketika R.A. Kartini memperjuangkan emansipasi. Jadi mengapa perempuan masih saja disisihkan?
Beliau juga bercerita bahwa perempuan menghadapi
begitu banyak permasalahan. Perempuan
dan kemiskinan, pendidikan dan pelatihan bagi perempuan, kesehatan perempuan, dan
kekerasan terhadap perempuan adalah sebagian dari problema yang dimaksud.
Beragam bentuk bantuan sosial juga tidak memberikan hasil sesuai ekspektasi.
Menurut beliau, hal ini disebabkan tidak adanya monitoring dan evaluasi atas
bantuan yang dialirkan. 60% bantuan yang dikucurkan oleh pemerintah habis di
jalan.
Isu penting yang diusung oleh Ibu dari 4 orang anak ini adalah adanya
ketimpangan kesempatan yang ditentukan oleh keadaan seseorang ketika lahir. Seseorang
yang lahir di kota dan desa, seseorang yang lahir di Jakarta dengan di daerah
lain--mereka mendapat akses yang berbeda jauh. Indonesia mengantongi
sejumlah tantangan yang harus diselesaikan di masa depan. Sektor agraria kita
sangat memprihatinkan karena kita terus-menerus melakukan impor. Ke depan,
Indonesia harus melakukan begitu banyak langkah agar dapat keluar dari kubangan
permasalahan. Kita sebagai perempuan dapat berkontribusi dengan cara apa pun
untuk memajukan bangsa. Ibu Khofifah berjuang melalui jalur politik dan
perempuan-perempuan lain termasuk kita sendiri harus senantiasa melakukan
sesuatu yang bersifat membangun. Perempuan adalah salah satu pilar kemajuan
bangsa dan kita harus bisa membuktikannya.
Beliau
menjelaskan satu persatu slide materi dengan gaya yang santai. Dari auranya
saja, kecerdasan terpancar begitu terang. Beliau anggun dan karismatik di waktu yang bersamaan. Setelah
beberapa kali melihat beliau di layar televisi, akhirnya saya berkesempatan
untuk berfoto bersama. Betapa girang hati saya hari itu, saya bertemu
langsung dengan perempuan yang sepak terjangnya tak jarang membuat saya
terkesima.
Sesi dilanjutkan oleh Bunda Neno Warisman. Beliau lebih memfokuskan materi pada
perempuan pekerja di dalam keluarga. Beliau memulai pembicaraan dengan
menerangkan perempuan dalam sejarah Islam. Umar bin Khattab memilih seorang
perempuan bernama Ash-Shifa’ binti Al-‘Adawiyah sebagai pengawas dan pengatur
utama pasar (termasuk pasar barang impor dari Persia dan Byzantium). Ditemukan
juga lebih dari 8.000 biografi ulama/ahli hadist perempuan. Islam sendiri tidak menghalangi perempuan untuk menunjukkan kemampuannya.
Perempuan masa kini menghadapi bermacam-macam isu di tempat bekerja antara lain penitipan anak, cuti kehamilan, diskriminasi persepsi terhadap perempuan yang sibuk bekerja, dll. Sulit jua menduduki posisi pimpinan bagi seorang perempuan di lingkungan kerja. Padahal pemimpin wanita punya kelebihan antara lain intrapersonal skill, kemampuan team-building, dan adversity quotient yang tinggi. Perempuan yang bekerja juga mengalami dilema tentang kehidupan keluarganya. Beliau memberikan tips-tips bagaimana ibu bekerja tetap bisa menjaga keharmonisan keluarga. Selalu membangun hubungan erat dengan keluarga dengan sering menanyakan pendapat dan perasaan anggota keluarga adalah salah satu kuncinya.
Perempuan masa kini menghadapi bermacam-macam isu di tempat bekerja antara lain penitipan anak, cuti kehamilan, diskriminasi persepsi terhadap perempuan yang sibuk bekerja, dll. Sulit jua menduduki posisi pimpinan bagi seorang perempuan di lingkungan kerja. Padahal pemimpin wanita punya kelebihan antara lain intrapersonal skill, kemampuan team-building, dan adversity quotient yang tinggi. Perempuan yang bekerja juga mengalami dilema tentang kehidupan keluarganya. Beliau memberikan tips-tips bagaimana ibu bekerja tetap bisa menjaga keharmonisan keluarga. Selalu membangun hubungan erat dengan keluarga dengan sering menanyakan pendapat dan perasaan anggota keluarga adalah salah satu kuncinya.
Seminar ini
ditutup dengan apiknya oleh Bapak Joko Nugroho. Beliau memberikan setiap
peserta seminar sebuah angklung dengan tulisan yang berbeda untuk nada yang
berbeda. Saya mendapat yang bertuliskan “Profesional” yang mewakili nada F.
Kami diminta untuk memainkan angklung dengan mengikuti kode yang diberikan oleh
beliau. Ketika semua dari peserta
memainkan angklung sendiri-sendiri, bunyinya jelas tak beraturan. Namun, ketika peserta mau mengikuti regulasi yang diberikan dan ada seorang pemimpin maka akan
menghasilkan lagu yang indah. Pak Joko yang berlaku sebagai dirijen
melambangkan pentingnya kepemimpinan dalam mencapai sebuah tujuan. Sementara
harmonisasi dari setiap angklung melambangkan kemauan kita bekerja sama dengan
orang lain agar mimpi lebih mudah dicapai.
Sebuah sesi penutupan yang luar biasa berhasil disajikan oleh pembicara
dari Saung Angklung Udjo (saya pernah menulis tentang saung yang terletak di Bandung ini, sila baca di sini). Pak Joko membuat kami terlarut dalam materi yang
beliau sampaikan. Jauh dari kesan menggurui, beliau membuat materi membekas
begitu dalam di pikiran peserta. Apalagi, kami boleh membawa pulang
angklung yang kami mainkan sebagai souvenir. Seminar kali ini menjadi benar-benar
menyenangkan.
Sebagai seorang perempuan, saya juga ingin melakukan hal-hal kecil semampu
saya untuk hidup saya dan (semoga) hidup orang lain. Perempuan adalah warna dari
bumi yang bisa saja muram atau benderang, tergantung determinasi mereka untuk menyalakan
cahaya. Saya ingin bergerak untuk menyalakan satu lampu kecil di antara
lampu-lampu lainnya.
0 Comments:
Post a Comment