pelataran museum |
source: Insight Knowledge Partners |
Semua hal yang terjadi di sekitar kepindahan saya dari Jakarta.
Episode I: I FORGET JAKARTA
Mengapa saya menulis bagian ini? Ah, this friend. Dia merekomendasikan
sebuah lagu kepada saya menjelang kepindahan saya dari Jakarta. She said, “Go
listen to ‘Forget Jakarta’. I remember I was sobbing while listen to
it.”. Malam itu saya terpaku mendengarkan suara
Adhitia Sofyan di lagu tersebut. Lagu ini sepertinya akan menjadi lagu yang
sering saya dengarkan ketika saya sudah tidak di Jakarta lagi. Haha. Padahal saya pergi untuk
sementara saja tetapi saya kelewat sentimental saat ini. Mendengar lagu
ini seolah saya sedang berada dalam sebuah perjalanan tanpa arah mengelilingi
Jakarta. Saya tercekat seolah setiap sudut Jakarta menyimpan memori. Saya terdiam seakan segala hal yang dulu
saya anggap duka kota Jakarta adalah hal yang menyenangkan untuk dikenang.
Suddenly I only remember the lovely things about this city. But I need
to forget
Jakarta (for a while). Jakarta, neomu sarangsurowo :)
Aku tersenyum melepaskan satu persatu orang yang mengantarku. Mataku masih saja refleks mencarimu di antara orang-orang di sekelilingku. Berkali aku memastikan keberadaaanmu barangkali kau baru saja datang. Ketika aku telah memunggungi mereka dalam langkah kepergianku, mataku terasa begitu perih. Hingga detik aku melepaskan pijakanku dari kota ini, bayanganmu sekalipun tak berkelebat. Aku terlampau percaya diri bahwa kau pasti datang. Lebih dari itu, aku terlalu keras kepala untuk tidak mengusir suaramu yang menjadi musik pengiring kehidupanku enam tahun ini.
Have you ever listened to a happy song but on contrary feel sad? Although this song has a happy vibe--even the title told us so but it’s actually a really sad song.