IMZ’S DIARY 13052015
- May 13, 2015
- by Nur Imroatun Sholihat
source: http://raun.deviantart.com/ |
Belum lama ini saya memposting
tulisan berjudul Singgah 5. I really want to share what happened around that short story since it seemed special to me. Tulisan itu berawal saat saya terkena penyakit
cacar beberapa waktu yang lalu. Sembari mengantri panjang di Puskesmas, saya
mencoret-coret buku catatan yang saya bawa. Saya hendak menulis cerpen lain
tetapi entah mengapa cerpen ini terdengar seperti lanjutan dari Singgah 4.
Akhirnya saya membulatkan tekat untuk menulis Singgah 5. Bagi saya, menulis seri kelima dari Singgah bukanlah sesuatu yang mudah. Saya sudah tidak berada dalam suasana
hati di mana cerpen Singgah ditulis. Selain itu, saya harus mencari cara melanjutkan Singgah yang telah saya akhiri itu dengan sesuatu yang tetap
menarik. Diceritakan di Singgah 4 bahwa tokoh aku telah berucap selamat tinggal. "Bagaimana meneruskan cerita ketika kita sudah berucap selamat tinggal?" Pertanyaan itu mengelilingi otak saya selama Singgah 5 ditulis.
Singgah 5 saya tulis dengan
background lagu Walking Along milik Cho Yong Pil. Lagu ini memiliki atmosfer
yang saya ingini ada di cerpen itu. Mendengarkan Walking Along menggiring saya
pada mood yang tepat untuk menulis Singgah 5. Hari ini saya iseng mencari tahu tentang lagu itu melalui youtube. Saya niat banget sampai mencari dengan keyword hangul 걷고 싶다 조용필
(Walking Along Cho Yong Pil) agar mendapat sebanyak-banyaknya info tentang lagu ini. Saya menemukan music video (MV) lagu tersebut.
Entah kebetulan macam apa, Singgah 5 dan Walking Along memiliki latar cerita
yang sama yaitu tentang kematian (T.T). Di MV Walking Along diceritakan seorang suami
yang begitu terpukul dengan sakit yang diderita olah istrinya. Cerita diakhiri
dengan elegi ketika sang istri meninggalkan meja makan (selama-lamanya). Selama ini saya mendengarkan lagu itu tanpa tahu artinya dan bagaimana sang penyanyi
mengintepretasikan lagu tersebut ke dalam wujud visual. Hari ini akhirnya saya mengerti
mengapa saya begitu nyaman mendengarkan lagu itu ketika menulis Singgah 5.
(And yes, Cho Yong Pil’s songs have such strong emotions. I
smile everytime I listen to “Bounce”. I feel like falling in love and the one I
love make my heart riding trampoline and bouncing. *singing: My heart bounce bounce and pounds. I'm scared that you'll hear it )
Ngomong-ngomong soal cacar, penyakit tersebut adalah penyakit
yang paling saya underestimate selama ini. Pertama, saya tidak menyangka kalau penyakit itu demikian mudah menular. Kedua, tidak disangka penyakit ini adalah
penyakit pertama yang membuat saya tidak bisa sedikit pun terlelap semalaman.
Rasa gatal yang harus ditahan membuat saya sama sekali tidak bisa tidur. Ah,
penyakit ini mengajarkan saya pentingnya kesabaran. Itulah mengapa jika
diperhatikan, kesabaran adalah keyword dari Singgah 5. Saya menggambarkan tokoh
lelaki dalam cerpen tersebut sebagai seseorang dengan ketenangan dan keceriaan.
Dia terlihat begitu sabar menghadapi penyakit yang dirahasiakannya. Karena
sikap lelaki itu, tokoh aku begitu ingin dinasihati olehnya tentang kesabaran.
why do I act like a kid haha--those heart emoticons |
Oh ya, sudah pernah membaca tulisan saya yang berjudul “Kejutan”? (baca di sini). Di situ diceritakan bahwa saya begitu menyukai kejutan. Siang ini, seseorang
mengantarkan cup tanpa identitas yang jelas. Seseorang itu enggan
menyebutkan nama dan tersisa saya bersama teka-teki inisial “D” yang tercantum di
sana. Saya membuka cup itu dan sesuatu yang saya sukai ada di sana: hot
chocolate. Well, pengirimnya pasti benar-benar mengenal saya. Bukan kopi tetapi
cokelat—dia pasti benar-benar tahu saya. Saya ingin mengucapkan terima kasih secara langsung kepadanya tetapi semua orang yang saya sangka sebagai pengirimnya berujar mereka tidak mengirim cokelat itu. Melalui tulisan ini, saya ingin mengucapkan terima kasih. D, terima kasih karena hari ini membuat
saya tersenyum sendiri.
Whoever you’re, D, today you sound like
Canon in D for me.
0 Comments:
Post a Comment