IMZ’S DIARY 22092015
- September 22, 2015
- by Nur Imroatun Sholihat
Hallo
semua, sedang sibuk apa? Semoga tetap bisa menikmati kesibukan masing-masing ya. Oh
ya, setelah berdiam di Lampung 24 hari akhirnya kemarin saya bisa mengelilingi
kota ini. Saya tiba-tiba punya niatan membuat semacam kolom di blog ini yang
membahas mengenai Lampung. Ide yang mencuat sih nama kolomnya
#imzroadtolampung. Slogan #imzroadtolampung yang digagas oleh teman saya masih
bikin saya ngakak setiap kali teringat. Semoga rencana ini tidak berakhir sebagai
wacana doang ya.
Saya
seharusnya nggak mellow sih di bulan september, bulan di mana saya dilahirkan.
Tetapi saya menulis “Masih September” beberapa hari yang lalu sebagai refleksi
bahwa seberapa pun banyaknya seseorang tersenyum dan tertawa, dia juga masih
menangis terkadang. Jika Fergie pernah berdendang “Big Girls Don’t Cry”, maka saya
lebih cenderung memihak Lagu Sia yang berjudul “Big Girls Cry”. Tak peduli
betapa kuatnya perempuan terlihat dari luar, mereka yang terlihat berlarian
dengan hidupnya sendiri hingga tampak tak punya waktu untuk berhenti sejenak,
mereka menangis ketika hati mereka terluka. Ih, kenapa saya nulis galau gini. Hehe. Sorry,
gomenasai, mianhae, maaf sebelumnya atas curcol random ini.
“Tough girl in the fast lane. No time for
love. No time for hate. No drama.
No time for games….. Big girls cry when their hearts are breaking.” (Big
Girls Cry-Sia)
Beberapa
waktu yang lalu saya mengikuti lomba menulis di kantor. Jika di lomba tahun
lalu saya mengangkat tentang IT Audit, tahun ini saya membahas mengenai knowledge management (KM). Hal ini sejalan dengan proyek bagian saya untuk
membuat aplikasi yang mendokumentasikan pengetahuan yang dimiliki oleh
pegawai-pegawai di tempat saya bekerja. Sayangnya di tahun ini saya tidak masuk 3 besar seperti tahun
sebelumnya. Saya jadi sedih mengingat niat saya mempromosikan knowledge
management dan bagian saya. I was sobbing so hard yesterday. Lagu Loser milik
Big Bang berputar di kepala saya “I'm loser,
loner. A coward who pretends to be tough.”. Saya masih nggak ngerti caranya bersikap biasa aja terhadap hobi saya satu ini. Writing is my mood booster yet mood ruiner. Hihihi. Hari ini saya berpikir daripada
saya merenungi kekalahan, lebih baik saya melanjutkan hidup dan tetap menulis *keliatan
galau beneran.
Saya mau
sedikit bercerita mengapa IT audit dan knowledge management menjadi topik pilihan
saya. Awalnya saya sebenarnya ragu menuliskan keduanya karena kedua isu tersebut
bukan merupakan major issues di
kantor tempat saya bernaung. Kemudian saya berpikir kalau bukan saya yang
menuliskannya, siapa yang akan mempromosikan isu strategis di bagian saya ini? Hehe.
Kedua, saya berpikir tentang menyukai apa yang menjadi pembeda saya dengan
orang lain. Dengan menjadi anggota dari bagian sistem informasi (yah, walaupun
saya tetep aja nggak jago IT), IT merupakan pembeda saya dengan orang lain.
Bukankah keunikan muncul saat kita mencintai apa yang ada di dalam diri kita
dan mengelolanya dengan positif? Saya
memilih untuk menuliskan hal yang menjadi keunikan saya.
Saya
memang sedih tidak menang tetapi saya bersyukur sekali karena setidaknya saya
telah melakukan sesuatu untuk bagian saya. Maklum, saya sering minder sendiri
karena tidak punya kehebatan apapun untuk disumbangkan ke bagian ini. Setelah jauh
dari kantor, saya semakin menyadari betapa besar dukungan yang diberikan kepada
setiap anggota dari bagian ini. Saya merasakan support yang luar biasa dari teman-teman di bagian ini hingga saya bisa survive di bagian IT tanpa memiliki latar belakang IT.
Saya merasa dukungan yang begitu besar dari sang kepala bagian saat saya melakukan
apapun. Bahkan ketika saya tidak punya ide sama sekali dan ragu apakah saya
akan ikut lomba ini, saya mendapat dorongan menulis dari kepala bagian saya.
Beliau menyempatkan diri untuk diwawancara dan bahkan mengirimi saya banyak
referensi.
Kalau
sudah begini, saya bisa berbesar hati atas kekalahan saya. Saya tidak boleh
merasa berkekurangan dengan segala dukungan yang saya miliki. Seorang
ibu yang berkata bahwa “Ini adalah kemenangan yang tertunda atau akan yang
diganti dengan hal yang lebih baik.” seperti sumber energi yang begitu besar
bagi hati saya yang kerap kali ciut. Karena kegagalan ini saya tahu bahwa
dukungan orang-orang dekat adalah nikmat yang sering kali saya lupakan. Orang-orang
baik di sekeliling saya adalah rejeki yang luar biasa sedangkan jika pun menang, kemenangan
adalah rejeki tambahan lainnya.
Saya
bersyukur karena masih diberi kegagalan sehingga saya tercambuk untuk
bekerja lebih keras lagi. Saya tidak akan berbohong bahwa saya tidak merasa
demikian terpukul. Saya merasa akhir-akhir ini apapun yang saya lakukan selalu
gagal dan saya butuh untuk rebound segera.
Saya menjadi takut melangkah sebab merasa sedang dalam turunan yang
kian lama kian ke bawah. Namun, momen di mana kita merasa betapa jauhnya kita
dari mimpi kita, momen di mana segala sesuatu sepertinya tidak berjalan sesuai
kemauan kita, adalah momen yang juga diperlukan dalam hidup. Di balik itu, saya bersyukur karena Allah
masih memberikan saya kesempatan, kemauan, dan kemampuan untuk menulis. Menulis
adalah nikmat menakjubkan yang Allah titipkan kepada saya. Menulis akan selalu
menjadi sumber kebahagiaan saya. Kekalahan ini menjadi masa di mana saya
berhenti sejenak dan memikirkan kembali mengapa saya menulis meskipun berulang
kali sedih karenanya. Saya pikir saya tahu jawabannya. Saya menulis karena saya
sungguh-sungguh mencintai kegiatan ini. Dan cinta adalah hal yang luar biasa
dahsyat—kita akan bertahan dalam semua kesulitan bila kita cinta.
Maafkan
saya yang tiba-tiba ngerandom soal cinta dan maafkan curhatan panjang lebar
saya malam ini. Oh ya, tunggu tulisan saya tentang knowledge management yang
sebentar lagi di-publish ya. InsyaAllah bermanfaat.
0 Comments:
Post a Comment