PASTEL TONED SKY (THE MAKING)
- July 01, 2016
- by Nur Imroatun Sholihat
Akhirnya, cerita
bersambung “Pastel Toned Sky” telah rampung beberapa waktu yang lalu. Sejujurnya sudah sedari lama saya
ingin menulis cerita semacam ini. Proses kreatif penulisan cerita ini sungguh
menyenangkan. Anway, entah kenapa sejak lama saya pengen nulis tokoh yang punya latar belakang teknik. That's why, Ardana Kamajaya adalah seorang mahasiswa teknik mesin dan Deara Klarina ketua HIMA teknik arsitektur. Setiap karakter dalam cerita ini bikin saya terhanyut dalam daya tarik mereka. Saya suka cara
Arda menyayangi, suka Nera yang biasa aja sih tapi unik—entah kenapa karakter
seperti Nera ini yang saya bayangin cocok sama Arda. Saya suka Dimas yang full
of positivity hingga bisa menikmati hidup dengan sebaik-baiknya termasuk
menyeberangi hujan dengan langkah ringan. Saya super baper pada karakter Deara
yang…..saya yakin bahkan jika dia ada di kehidupan nyata, Arda belum tentu
melepaskannya. Haha. She’s just full of charms.
Penulisan cerita
ini dimulai saat suatu masa saya kepengen banget nulis cerita yang cheesy--pokoknya yang nulisnya nggak perlu mikir serius. Saya pengen nulis dengan
perasaan ringan. Akhirnya saya memutuskan untuk menulis Pastel Toned Sky yang
menceritakan bahwa tidak semua orang memilih cahaya yang terang. Terkadang
orang lebih menyukai cahaya lembut yang tidak menusuk di mata. Itulah sebabnya
dunia tidak mesti berjalan pada teori
“kita-harus-memilih-seseorang-yang-lebih-bersinar”. Anyway, frasa “Pastel Toned
Sky” sendiri terinspirasi dari lirik rap Song Mino di “Officially Missing You”.
The emotions
really got me when I wrote the part when Arda-Deara separated.
“Jangan, Ra.
Kemejaku kotor. Nanti tanganmu kena oli.” Arda melepaskan tangan Rara dari
lengannya. “Nanti kertas gambarmu gimana kalau tanganmu kotor.”
Saya nggak bisa
nggak ikutan patah hati nulis bagian ini. Kalau saya jadi Rara, lutut
saya pasti seperti kehilangan tulang yang menyangganya T.T
Like seriously.
Anak teknik mesin yang tangannya biasa berlumur oli itu harus mengucapkan
perpisahan kepada kekasihnya yang anak arsitektur dengan mengutarakan perbedaan
mereka. Ketika menggambar, tangan Rara harus benar-benar bersih sementara Arda
selalu saja bergelut bersama mesin yang identik dengan belepotan. I think this
scene really won my heart beside the final scene where Arda explained what
“pastel toned sky” means.
Sesungguhnya di
tengah-tengah proses nulisnya, saya tiba-tiba pengen banget mengubah arah
cerita sehingga Deara sama Arda akhirnya bersatu kembali. Hihi. They’re such a
couple. Tapi ada alasan yang menurut saya logis bahwa Arda memilih Nera. Di
part 6-lah kita akan mengetahui bagaimana Arda melihat kedua perempuan dalam
hidupnya. Oke, saya baper sangat menulis kalimat Arda kepada Nera. Huhuhu. Saya
juga baper waktu nulis momen kunci pas. Huaaaaaaaa, mau mau mau banget menemani
seseorang mengerjakan hal yang disukainya. Hahaha. Saya suka gimana Arda yang
anak teknik mesin, yang nggak piawai bicara rasa itu ngirim kode yang nggak
pernah ditangkep Nera. Apalagi saat Arda menertawakan Nera yang tidak ingin
tahu apa makna langit berwarna pastel. Padahal frasa itu menunjukkan perasaan
Arda kepada Nera.
Oh ya, Dimas.
Pernahkah kalian melihat seseorang yang sangat menarik tetapi tak ingin
memilikinya? Dimas adalah representasi karakter semacam itu.
Overall, I
enjoyed the creative process of this story very much. So in the near future, I
decided to write something like that again :)
---
image source: intoxicated-with-exhilaration.tumblr.com
---
image source: intoxicated-with-exhilaration.tumblr.com
0 Comments:
Post a Comment