SUATU SORE BERSAMAMU
- July 09, 2017
- by Nur Imroatun Sholihat
source: pinterest.com |
Suatu sore bersamamu, aku
menikmati angin yang tak terlalu sibuk berlalu-lalang. Dedaunan meliuk perlahan
mengikuti irama angin yang berjingkat lambat. Suara gemerisik daun-daun yang
saling bertegur sapa dan berjabat tangan berpadu dalam akapela. Suatu sore itu
langit berwarna jingga dan pipimu memantulkan warnanya.
Suatu sore yang tak terlalu
dingin, kita meminum teh dari cangkir kecil berwarna putih. Kita duduk
bersisihan dalam jarak yang terlalu dekat. Rerumputan di hadapan kita
berayun-ayun bak hendak tertidur di lengkung senyummu. Sinar mentari mengusap
lembut sisi kiri wajahmu. Aku hening melihatmu mengedipkan mata menelusuri
baris demi baris kalimat. Sore nan sederhana itu selalu ingin aku jumpai.
Suatu sore yang sunyi itu, suaramu
membalik halaman buku dan menghirup teh dari cangkir adalah bunyi akustik yang
harmonis. Aku menatap langit yang teduh memayungi lingkaran matamu. Sore itu
aku sekali lagi berterima kasih Tuhan menggelar untukku penantian panjang
sebelum bersua denganmu. Karenanya, aku tak memiliki alasan untuk tak bersyukur
atas keberadaanmu di dalam jangkauan mata. Kau adalah doa yang aku peluk di
setiap malam. Kau adalah harapan yang menggandeng tanganku kala aku merasa
sendirian. Kau adalah bayangan yang menegakkan bahuku tatkala aku tersungkur.
Kau adalah masa depan yang menghapus air mataku di hari-hari yang berat.
Suatu saat aku akan melihatmu tak
hanya menetap dalam doa maupun harap. Suatu saat aku akan sungguh-sungguh
melihat wujudmu yang sesungguhnya. Saat sore itu tiba, mungkin aku tengah
membaca tulisan ini sembari tertawa kecil. Mungkin aku akan melihat sekeliling
dan membandingkannya dengan suasana dalam tulisan ini. Mungkin aku tengah
berkomat-kamit berterima kasih kepada Tuhan sebab engkau ada. Aku akan
tersenyum di suatu sore bersamamu--suatu hari nanti.
0 Comments:
Post a Comment