ABOUT GIVING THE PROPER CREDIT
- December 05, 2017
- by Nur Imroatun Sholihat
source: incarabia.com |
Cerita ini berlatar sore ini di tengah rapat
Unit Audit TI, unit tempat saya bekerja. Salah satu senior saya ketika
melaporkan pekerjaannya berkata, “Dalam mengerjakan pekerjaan tersebut, saya
terbantu oleh iim yang sudah membuat daftar ini. Datanya sulit didapat tetapi
iim berusaha keras untuk bisa mengumpulkannya. Terima kasih ya, Im”
Saya yang sedang membuat catatan sontak
mengalihkan pandangan memastikan benar nama saya tengah disebut. Apa yang
terjadi sebenarnya adalah peristiwa yang sangat sederhana: memberikan kredit
atas pekerjaan orang lain. Namun, saya sungguh merasa bahagia dan dihargai.
Padahal yang saya kerjakan tidak banyak tetapi bantuan kecil itu ternyata tidak
dianggap lalu begitu saja. Saya bergumam “Wah, usaha saya untuk mengerjakan
sesuatu dikenali oleh orang lain”. Seseorang itu bisa saja tidak menyebutkan
keikutsertaan saya dalam pekerjaannya tetapi Beliau memilih untuk memberikan
saya kredit. Frankly in some cases there are other people behind our work but we
seem forget that those people should be given the proper recognition they
deserve. And in the middle of copying-without-crediting society, I thank that
person for doing that simple pleasing gesture instead.
The truth is, I do appreciate people who give
the proper credit for other people’s work.
Semua dimulai semenjak saya memasuki dunia
tulis-menulis. Di dunia kepenulisan kita diharuskan mengikuti kaidah pengutipan
(mencantumkan sumber dan memasukkannya di daftar pustaka) ketika menggunakan
gagasan atau pernyataan orang lain. Bertahun-tahun menulis membuat saya paham
betul sulitnya kegiatan satu ini. Oleh sebab itu saya mewajibkan diri saya
untuk berhati-hati agar tidak melewatkan satu pun kredit kepada penulis yang
saya kutip. Ketika saya menemukan kalimat yang menarik di internet dan
sumbernya tidak disebutkan, saya mencari tahu siapa penulisnya sebelum
mencantumkannya di tulisan saya. Saya berupaya sebaik mungkin agar jangan
sampai ketidakmauan mencari tahu membuat saya “mencuri” karya orang lain.
Saya sadar betul bahwa setiap karya, sekecil apapun itu, membutuhkan usaha yang
mungkin saja tidak mudah. Maka menjadi prinsip saya bahwa memberikan kredit
yang sesuai adalah sesuatu yang tidak bisa ditawar. Mungkin terdengar remeh
tetapi mengabaikan kredit adalah tindakan yang tidak terpuji.
Berkubang di dunia menulis membuat kredit
menjadi hal yang sensitif bagi saya. Mungkin teman-teman yang bergelut di
beragam bidang juga merasakan hal yang sama. Dalam setiap pekerjaan, ada
tenaga, pikiran, dan waktu yang tercurah. Dengan demikian, setiap orang ingin
hasil karyanya diakui sebagai hasil karyanya, bukan karya orang lain. Kita
tidak ingin kerja keras kita “dicuri” orang lain. Oleh sebab itu pula kita
harus berusaha penuh agar tidak merugikan pihak lain dengan senantiasa
mencantumkan kredit atas karya mereka.
Saya ingat suatu ketika saya mengerjakan
sesuatu lalu dilaporkan tanpa menyebutkan bahwa saya terlibat membantu di
dalamnya. Saat itu saya benar-benar mengerti rasanya pekerjaan saya diklaim orang lain.
Benar-benar menyebalkan ketika usaha kita seolah diambil begitu saja. So guys,
saat kalian (nasihat untuk diri saya sendiri juga) memakai pekerjaan atau karya
yang bukan hasil kalian sendiri, luangkan waktu untuk memberikan kredit kepada
orang yang mengerjakannya. You don't make it, why do you claim it anyway. Please give people the credit they deserve.
Akan tetapi jangan sampai perkara kredit ini
membuat kita gila akan pengakuan ya. Don’t stop to do something only because
you’re not given the proper credit. Saat mengerjakan sesuatu, jangan pikirkan
kita akan diberikan kredit atau tidak. Just do it. Somehow, pekerjaan kita
nggak pernah sia-sia kok bahkan ketika orang lain tidak memberikan kredit
kepada kita. Sebab ada yang Maha Menghitung di atas sana yang tidak melewatkan
satu pun usaha kita. Semangat berkarya dan menghargai karya ya :)
0 Comments:
Post a Comment