SAMPAIKAN INI KEPADA IBUKU
- December 21, 2018
- by Nur Imroatun Sholihat
image source: Chalk (Iranian Short Movie)
Ibu, dari jendela ruang kerjaku
Aku melihat awan putih yang melengkung bak tersenyum
Aku percaya itu dirimu
Tengah menarik pundakku yang tertunduk
Agar tegak kembali
Dari kesepian yang mendera
Sebab hari-hari panjang yang meremukkan
Kau bak pelangi yang menjelma seusai penghujan
Kesabaranmu tak ubahnya tujuh warna di angkasa
Menanti hujan dan petir mereda
Ujarmu “Tenang saja. Setelah semua kesulitan, akan ada
bahagia.”
Perempuan yang berdarah-darah melahirkanku1
Perempuan yang lengannya tak lelah menimangku
Perempuan yang menuntunku berjalan
Perempuan yang membuntuti latihan sepedaku
Perempuan yang mengusap debu di lututku kala terjatuh
Perempuan yang tersenyum melepasku ke bangku sekolah,
bangku kuliah, sampai bangku kerja
Dan tak putus-putus mengusap air mata kala aku tak ada di
jangkauan mata
Yang khawatir meski tidak putus memintakan perlindungan
dalam doa-doa yang panjang
Cucuran keringat dan air matamu adalah sepasang lengan
yang mendorongku maju
Keberanianku melintasi kesulitan demi kesulitan sebab
bibirmu tidak pernah lelah memohon kepada Tuhan.
Kesabaran yang kususun keping demi keping adalah sebab kau
meneladankannya
Aku menyadari semuanya saat engkau telah berpindah ke
sela-sela awan
Aku tahu setelah kepergianmu
Ternyata aku tak luput membutuhkan aliran kekuatan darimu
Pinjami aku kekuatan hatimu
Kadang kala aku tak berdaya menyeret luka
Merasa payah dan putus asa
Bagaimana mungkin seseorang bisa memikul segala kesulitan
sendirian
Sembari tersenyum seolah hanya jalan berbunga saja yang
dilintasi
Ajari aku, Bu
Dulu aku selalu berkata, “Ibu, nanti saja ya telponnya. Aku
sibuk.”
Lalu aku kembali bekerja keras
Agar mampu bersinar di dunia kerja
Kini aku tahu, aku lebih membutuhkanmu ketimbang karir
cemerlang itu
Sekarang aku sadar, bukan kau yang membutuhkan
perbincangan kita tetapi aku.
Senyummu di layar ponselku, suaramu pengobat segala laraku.
Aku butuh mendengar suaramu satu detik lagi.
Dan lagi.
Ibu, sembari menatap jendela kaca ini
Aku menanti ponselku berdering
Aku tidak ingin nama lain yang muncul di layar itu
Aku ingin namamu
Meski aku tahu kau selalu menjawab dari balik awan putih
itu
Aku butuh mendengar suaramu satu detik lagi
Dan lagi
Tolong sampaikan surat ini kepada ibuku
Tolong katakan padanya aku ingin meneleponnya
Mengapa dia tidak pernah mengangkat panggilanku?
Haruskah aku menerbangkan selembar kertas ini
Di antara awan-awan itu?
Sampaikan surat ini kepada Ibuku
Katakan padanya aku terus-menerus mencarinya
-----
1Meminjam
frasa dari puisi “Aku Bertanya Padamu” karya Hisyam Haikal
Puisi ini dibacakan di Talk Show Inspiratif Peringatan
Hari Ibu 2018 Itjen Kemenkeu
|
0 Comments:
Post a Comment