Dia mengulurkan melon berdiameter 18 cm padaku. Sebilah pisau di tangan kirinya. Aku mengangkat alis. Selama ini aku yakin dia tak pernah mengenalku. Aku berusaha berekspresi sedatar mungkin seolah tak terpikirkan hal selain melon itu.
“ Kenapa melon?”
“Karena non mainstream. Ini ide random aja.” Dia tertawa renyah. Aku masih mengernyitkan dahi. Dia memang terkenal tidak mau ikut arus.