-->

Hello, this is me!

Nur Imroatun Sholihat

Your friend in learning IT audit Digital transformation advocate a-pat-on-your-shoulder storyteller

About me

Hello

I'mNur Imroatun Sholihat

IT Auditor and Storyteller

So I heard you are curious about IT and/or auditing. I'm your go-to buddy in this exciting journey. My typical professional life consists of performing (and studying!) IT audit and managing the award-winning magazine, Auditoria. Armed with a Master's in Digital Transformation from UNSW Sydney, I'm currently wearing multiple hats—ambassador at IIA Indonesia's Young Leader Community, mentor at ISACA Global, Head of Public Relations at MoF-Cybersecurity Community, and trainer at IIA Indonesia. You'll also find me sharing insights on my YouTube channel, speaking at seminars, and crafting content on LinkedIn. Let's connect and dive into the world of IT and auditing together!

Blog

Still w/ Them

.......
Mas Ikhsan, Mas Adhi, Mbak Rizki, dkk (maaf tak bisa menyebutkan nama kalian satu persatu), apa kalian pernah juga berpikir bahwa dunia yang sekarang kita geluti akan menimbulkan rindu yang mengharu biru kelak setelah kita meninggalkannya?

Kapan kita berdiskusi politik sampai larut malam lagi? Kapan kita bertukar pikiran serta debat pendapat? Kapan kita begini lagi kalau kalian sudah pergi?
Karenanya aku sangat menghargai setiap detik yang kini aku lalui bersama kalian..

Cintaku pada dunia kemahasiswaan telah berimplikasi pada banyak hal, termasuk mencintai kalian....... (Sepotong Episode, 4 Februari 2010)
Tiga tahun dari tulisan itu dibuat, saya bertemu kembali dengan mereka. Haha, serious, am I still with them? Kenyataannya kami masih rajin berkomunikasi lewat group whatsapp. Beberapa waktu yang lalu kami bertemu dan menggagas sebuah proyek bareng. Kami sepakat punya blog bersama, http://antarkita.net/ (sekalian promosi. hihihi *wink). Blog itu rencananya akan mulai diisi minggu depan. Mengingat kami tak lagi sering bersama seperti saat masih di kampus, punya blog bersama mereka membuat saya benar-benar bahagia.

SINGGAH 4


Belum genap sebulan kau pulang tetapi aku telah berziarah untuk kesekian kali. Tak henti-henti aku menghampiri udara biru yang mengepungmu. Bayangan hitam putihmu mematung di hadapku dengan tatapan tak berkedip. Kakiku menapak tanah merah yang sama menunggui kau terlelap. Aku tak datang untuk menangis, menulis pesan, atau pun bercerita. Tak ada yang benar-benar ku lakukan kecuali membunuh segala lara. Hatiku masih sesenyap ketika kau dibaringkan. Langit tetap sesunyi kala kau menyangga bumi dalam dekapan.

Aku tahu seharusnya aku tak perlu terlampau sering singgah menemuimu.

MUSIK TULUS

Ah, his voice is really allright-allright-allright. Listen to his music makes me feel like, “oh, i'm in love with his musicality”

Teman Hidup
Teman hidup adalah lagu yang membuat saya untuk pertama kali menyadari talenta besar dari seorang arsitek sekaligus penyanyi jazz bernama Tulus. Sulit rasanya saya menjelaskan perasaan saya ketika pertama kali mendengarkan lagu yang sungguh manis itu.
Tulus menyajikan lirik yang manis-romantis-menyentuh-jujur secara pas. Tidak terdengar gombal atau berlebihan, tidak juga kehilangan kesakralan. Nuansa pop jazz yang easy listening dibawakan dengan apik oleh Rookie of the Year 2013 Majalah Rolling Stone Indonesia itu.  Lagu-lagunya diaransemen minimalis sehingga olah vokalnya terdengar jelas. Karena itu, kemampuan vokalnya yang memanjakan dan menghipnotis pendengar makin mudah dinikmati.

Ketimbang memilih kata "jangan pernah menyerah", Tulus memilih kata "jangan cepat menyerah" untuk melengkapi kalimat "bila di depan nanti, banyak cobaan untuk kisah cinta kita". Hasilnya? Magically nilai rasa yang pas berhasil pendengar tangkap. Benar-benar pas.

Dengan melihat video klipnya kita akan dibuat merinding sekaligus terharu. Lagi-lagi kegeniusan Tulus terbukti di sini, pemilihan kehidupan abdi dalem sebagai story line tentu saja menggambarkan kesetiaan yang luhur effortlessly.

Lagu inilah yang menuntun saya mendengarkan lagu-lagu Tulus lainnya.

SINGGAH 3


Aku ingin membencimu sejak menyadari betapa istimewa perempuan itu bagimu. Hanya saja kau yang ku benci adalah orang yang paling ku cintai. Kau tak pernah singgah bahkan untuk sekejap memandang ke arahku. Aku menyerah tetapi kau tak boleh menyerah. 
"Laramu hanyalah persinggahan sejenak bukan? Bahkan ketika kau tidak ingin membaca sekeranjang pesanku, terjagalah." Hatiku telah berteriak berkali-kali meskipun tak ada kata terucap.

Aku telah berjam-jam terpasung di secarik kertas bersama perpindahan matahari ke sudut lain. Ku benamkan kertas itu dalam keranjang pesan yang tak satu pun kau ketahui. Kau masih memenjara segenap keraguanku akan esokmu. Karenanya, tak putus aku menghitung udara yang kau hirup. 

Videos

Jakarta, Indonesia

SEND ME A MESSAGE