-->

Hello, this is me!

Nur Imroatun Sholihat

Your friend in learning IT audit Digital transformation advocate a-pat-on-your-shoulder storyteller

About me

Hello

I'mNur Imroatun Sholihat

IT Auditor and Storyteller

So I heard you are curious about IT and/or auditing. I'm your go-to buddy in this exciting journey. My typical professional life consists of performing (and studying!) IT audit and managing the award-winning magazine, Auditoria. Armed with a Master's in Digital Transformation from UNSW Sydney, I'm currently wearing multiple hats—ambassador at IIA Indonesia's Young Leader Community, mentor at ISACA Global, Head of Public Relations at MoF-Cybersecurity Community, and trainer at IIA Indonesia. You'll also find me sharing insights on my YouTube channel, speaking at seminars, and crafting content on LinkedIn. Let's connect and dive into the world of IT and auditing together!

Blog

JENDELA


Dari jendela yang sama, aku memutar ingatan hari lalu tatkala engkau menyusuri taman di seberang jalan. Di semesta itu, pagi tersulap begitu semarak. Siulanmu membuat burung-burung berlalu lalang di pusaran magnetmu. Kepakan sayap yang terdengar seperti tepuk tangan. Kau melangkah tenang dan memanjakan dara untuk tidak beralih. Sebagian dara bertengger di dahan pohon di ketinggian sana. Polah anak-anak kecil yang membuatmu tertawa riang. Pohon yang dahannya riang menyambutmu, daun yang berebut ingin kau petik.  Kau masih bernyanyi pada gemericikan tangga nada air itu. Parade roda-roda yang berputar seperti melambat di sekelilingmu. Tanganmu menebar butir jagung, kemudian dara berhamburan mendekatimu. Rumput-rumput yang berbaur rasa iri pada binarmu. Kakimu berlarian kecil dan meredam peluh. Napas tersengal-sengal yang kau lempar bersama senyuman. Sulit ku tafsirkan, kau membiarkan semesta mengilaukanmu. 

IMZ’S DIARY 09102013

Arung Jeram Sungai Citatih

Aku  sedikit malas bangun pagi ini. Mataku masih terlampau berat untuk terbuka. Hihi. Rasa capek berduet dengan kasur terus menggodaku. Kemarin siang aku baru saja selesai mengikuti outbond. Yuhuu, Indonesia is absolutely beautiful. Arung jeram Sungai Cicatih benar-benar menyenangkan. Sukabumi, masih seteduh ketika saya pertama kali ke sana. Dan kebun teh di sini sungguh menenangkan.
Pagi ini aku berangkat rapat Yafindo di Semanggi. Kami membahas mengenai photo contest Yafindo serta rencana gathering untuk tanggal 13 Oktober besok. Sepanjang perjalanan di busway aku banyak merenung soal negara. Ah, ternyata aku belum berubah. Dua tahun yang lalu aku berniat untuk berhenti memikirkan soal politik dan melakukan saja hal-hal yang saya bisa. Tetapi bahkan saat ini aku masih resah. Padahal aku tahu aku tak bisa berbuat banyak untuk itu dan lebih baik untuk melakukan hal-hal kecil yang bisa ku lakukan. Kasus Munir, Wiji Thukul, pesawat kepresidenan, dan kasus hakim MK yang baru saja tertangkap basah menerima suap sungguh menciderai perasaan rakyat.

LUMPUH


Senyum malu-malu milikmu adalah senyum paling teduh. Mata bulan sabit yang melengkung saat kau tertawa terasa lebih terang dari purnama. Udara di sekelilingmu sesejuk embun di waktu terpagi. Hari berhujan badai kau sulap menjadi hari di mana matahari begitu perkasa. Hatimu sejernih air yang mengaliri sungai-sungai di pegunungan. Tentu saja kau tak sebenderang  itu. Kau hanya sedang membuatku mendramatisasi semua kata-kata tentangmu.

Kesempatan berpapasan denganmu serupa berjumpa tanggal 29 Februari. Sekalipun bertemu, secepat angin tertiup, kau berlalu begitu saja. Jari-jarimu yang melambai ke arahku terasa seperti mantra yang menghanyutkan. Apakah kau menyadari bahwa aku tak hanya memiliki nama tapi juga rasa?

Sejujurnya, kau tidaklah seistimewa itu. Jika manusia adalah bintang maka sinarmu tidaklah terang. Seandainya manusia adalah payung, kau bukanlah yang sepenuhnya meneduhkan kala hujan. Kau hanya bintang biasa yang berkeliling mengitari duniaku. Kau adalah payung kecil yang yang ketika tak hujan terlipat rapi di dalam tasku. Tetapi aku tenang menjinjingmu dalam setiap langkahku. Aku bahagia menyalakan binarmu dalam hatiku. Cahayamu membuatku bisa melihat tanpa menyilaukan mata. Siapa bilang itu tak cukup?  

Terkadang orang yang kau cintai adalah yang paling sederhana sinarnya. Aku menaruh hati pada sinar yang menerobos sela-sela tirai jendelaku. Binarnya tak seterang cahaya-cahaya lainnya tetapi mengetuk sudut mataku membangunkanku dari tidur panjang. Sesungguhnya kau sesederhana sinar itu.

PAMFLET



Dinding
Doaku adalah menjelma pamflet
Hanya sekadar untuk bersandar padamu
Aku berkhayal tak putus-putus
Sebab di dindingmu
Hanya ada pamflet itu

(Bintaro, 20081116)
____________
image source: here

Videos

Jakarta, Indonesia

SEND ME A MESSAGE