Kau berjanji
kembali tanggal sebelas bulan pertama tetapi sebelum hari itu tiba, aku tak
sungguh yakin kau tidak sedang bergurau. Aku menghitung hari dalam
kalender sebab khawatir tiba-tiba tanggal sebelas januari menghilang. Kau pergi
begitu saja bahkan sebelum aku sempat memintamu berkata kau tidak akan ingkar
janji. Masih dalam keherananku mengapa kau tergesa-gesa pergi, kau memintaku
sama sekali tak menghubungimu selama kau tak di sini.
SEBELAS JANUARI
Nur Imroatun Sholihat
January 10, 2016
Jenguk aku sebab
hatiku merasa gembira bahkan saat mendengar kau akan menjenguk. Jenguk aku
karena kau tak tahu apa-apa yang terjadi saat kau tak menjenguk. Jenguk aku
sebab jika kau tak menjenguk, ceritaku tak akan terucap pada siapa pun. Jenguk
aku sebab tak mungkin aku terus bercakap-cakap dengan sepi yang membersamaiku. Jenguk
aku karena lara mungkin meringan saat mendengar renyah sapaan tenangmu. Aku mengerti kau demikian sibuk. Aku tahu kau kehabisan waktu berlarian dengan
mimpi-mimpimu tetapi barangkali kau bisa menjenguk dengan alasan kau menghargai masa
lalu.
JENGUK AKU
Nur Imroatun Sholihat
December 27, 2015
Di suatu rintik,
dengan mata bulatmu kau menatapku dan bertanya, “Apa yang kau rindukan di bawah hujan?”
Tak sebagaimana
lazimnya menghadapi pertanyaan, otakku tak langsung mencari jawaban atas tanda
tanya tersebut. Aku malah sibuk menelusuri ingatan barangkali aku pernah
membaca di kamus mana hujan bersinonim dengan rindu. Pertanyaanmu terus
berusaha meyakinkanku bahwa rindu adalah padanan kata dari hujan.
APA YANG KAU RINDUKAN DI BAWAH HUJAN
Nur Imroatun Sholihat
December 08, 2015