source: iStockphoto.com |
Aku suka mendengar suara-suara
lirih yang nyaris tidak terdengar di perpustakaan. Di antara suara-suara itu,
aku bisa memisahkan bunyi jarimu membalik halaman buku. Aku bisa mengenali
suara matamu yang berdansa dengan kata. Aku bisa mendengar tulang-tulang
rusukmu terangkat ketika menghela udara. Di tengah riuh rendah itu, aku bisa
membedakan suaramu ketika kau berbisik-bisik menceritakan sesuatu kepada
kawan-kawanmu. Aku bisa mendengar kalian merendahkan suara gelak tawa. Aku bisa
mengidentifikasi bunyi jemarimu melangkah di atas papan ketik. Aku berhasrat
mengintip puisi yang tengah kau hidupkan melalui sepuluh jari-jarimu. Jadi
sajak apa yang tengah berdenyut bersama detak jantungmu kini?
Back then, I
was a girl dreaming to be a writer. Now, I’m still a girl dreaming to be a
writer. Nothing really change on me: writing will always be my heart and soul.
Saya
sedang bersama dengan Upi ketika dia dengan iseng melakukan
pencarian nama saya di google. Upi menunjukkan sesuatu
yang mengingatkan bahwa sudah
demikian lama saya menyimpan kecintaan pada menulis. Di
laman pertama pencarian, sebuah buku berjudul “13 Cara Nyata Mengubah Takdir”
karya Jamal Ma’mur Asmani muncul. Di buku tersebut nama saya tercantum di
daftar pustakanya. Sepuluh tahun berlalu dan dalam urusan menulis, saya
tetaplah sama
TEN YEARS AGO
Nur Imroatun Sholihat
April 09, 2017
HELLO RIAU (PART 2): THE FAVOURITE ONES
Nur Imroatun Sholihat
April 03, 2017
image source: picturequotes.com |
Hati yang patah akibat
gagal mengisi acara di Jakarta belum sepenuhnya pulih ketika saya harus
berpindah ke kota lain yaitu Pekanbaru. Saya harus mempresentasikan esai saya
di final lomba esai FITION 2017 yang diselenggarakan Universitas Riau.
Persiapan saya untuk acara ini sangat minim (ternyata saya memang kurang
bersungguh-sungguh). Slide saya belum selesai dan saya
baru menyelesaikannya di ruang tunggu bandara. Huhuhu. Sesampainya di wisma
penginapan, saya langsung mengikuti technical
meeting dan pengundian nomor urut. Saya mendapat nomor urut terbaik untuk
terlihat bodoh: diapit oleh para kandidat juara. Saya masih mengingat nama-nama
finalis yang berada di urutan teratas dan mereka mendapat nomor urut di dekat
nomor saya (pity me). Saya cuma bisa ketawa. Hidup saya akhir-akhir ini sedang
malang jadi saya ketawa aja melihat kemalangan lain datang.
HELLO RIAU (PART 1): THE POWER OF “SUDAH”
Nur Imroatun Sholihat
March 27, 2017