source: trackblasters.com |
PART 3: FRIENDS
“Saya
Madhara Hadinata. Panggil aja Madha.” Pria yang berdiri di sebelah Naura
memperkenalkan dirinya.
“Mada? Gajah
Mada? Yang nama sumpahnya jadi nama satelit telekomunikasi pertama di
Indonesia?” Naura melempar candaan.
“Beda. Madha
pake 'H'.” Madha meralat Naura seolah meralat adalah hobinya. Naura hanya tertawa yang terdengar tanpa suara di tengah riuh hujan.
“Semua anak ilkom tuh seserius ini ya?” Naura memperhatikan reaksi
seseorang yang memegangi payungnya saat ini. Pria yang tangan kanannya memeluk
tas punggungnya itu hanya mengangguk tanpa menoleh ke arah Naura.
PART 2: PRIA TAK BERKAUS KAKI
source: trackblasters.com |
(28 Januari 2011)
“Ah, aku lupa pake kaos kaki.” Pria berkemeja batik itu berbicara lirih kepada temannya.
Naura yang sedang serius membaca script siaran di ruang tunggu DASA Radio mau tak mau melirik ke arah kaki pria yang duduk di seberangnya itu. Actually he looked fine without socks. Naura bergumam dalam hati kemudian kembali mempelajari lembar-lembar kertas di tangannya.
“Cuma wawancara radio kali, Len.” Jawab pria yang duduk di sebelahnya. Keduanya sama-sama memakai batik dengan bawahan celana jeans dan sneakers. Bedanya pria yang kali ini berbicara memakai kaos kaki. Mereka pun mengobrol ke sana ke mari--sebagian besar tentang materi kuliah akuntansi. Mereka menertawakan soal yang tidak selesai mereka kerjakan, jawaban yang berbeda dan tidak bisa mereka yakini mana yang benar, dan segala obrolan yang asing bagi Naura. Dari cara mereka tertawa bersama saja siapapun dapat langsung menyadari betapa akrabnya mereka.
“Mas Galen, Mas Faris,” Ayu, penyiar DASA Radio yang muncul dari dalam studio menyapa kedua pria yang baru beberapa menit yang lalu membahas kaos kaki itu. “Boleh masuk dulu. Setengah jam lagi kita on air ya.” Ayu mempersilahkan dengan senyum ramahnya. Dia menoleh begitu menyadari rekan penyiarnya juga ada di ruang tunggu tersebut.
LIMA KISAH
Nur Imroatun Sholihat
December 08, 2018
PART 1: YESTERDAY ONCE MORE
source: trackblasters.com |
Jarum jam di tanganku
telah menunjukkan pukul 09:45 malam. Untuk mengusir kantuk yang mendera seusai
seharian bekerja, aku menyalakan mp3 player di mobilku. Hanya ada beberapa lagu
di playlist itu. Di antara beberapa lagu itu, ada satu lagu yang selalu aku putar
berkali-kali setiap aku menyetir. Pikiranku malam ini melayang mundur ke masa
aku secara tak sengaja mendengarkan lagu ini kemudian menjadikannya lagu
kesukaanku sampai saat ini.
“Those old melodies still sound so good to me
as they melt the years away”
LIMA KISAH
Nur Imroatun Sholihat
November 25, 2018
image source: sueysbooks.blogspot.com |
“Some people believe they are born with an invisible red string tied around their little finger… The string is tied to a person they’re destined to be with. However, it’s hard finding out who is the person at the other end. The string is as tangled as the number of people tied together. As we untangle it, we get to see our fate. If the red string of fate really exists, where will mine end?” – Reply 1997
Saya baru saja selesai menonton Reply 1997. Butuh waktu 2 tahun sejak menonton seri Reply lainnya yaitu Reply 1988 sampai akhirnya saya tergerak untuk menonton Reply 1997. Jujur saja, saya sangat menyukai karya sang penulis skenario, Lee Woo Jung. Jika saya ditanya apa drama favorit saya, jawabannya tak lain Reply 1988. Tetapi karena cukup terpukul dengan ending ceritanya, saya memilih untuk mengambil jeda sebelum menonton Reply lainnya. Long story short, minggu lalu, tak sengaja saya menemukan video clip All For You (Seo In Guk ft Eunji) yang merupakan salah satu soundtrack Reply 1997. Tiba-tiba saya ingin menonton drama tersebut dan kembali mengatakan: Lee Woo Jung adalah penulis skenario yang ingin saya curi kemampuan menulisnya.
REPLY 1997
Nur Imroatun Sholihat
November 02, 2018