source: thoughtcatalog.com |
Dan hari-hari pun berjalan dengan lumrah bersama ketakjuban
bagaimana bisa aku menerima apapun yang kau lakukan dengan biasa saja. Aku yakin
kau menanggapi perjumpaan-perjumpaan tak sengaja kita sebagai hal yang biasa. Aku
tahu engkau menanggapi cerita-cerita kecil di antara kita dengan biasa saja. Aku,
lebih dari siapapun, mengetahui betapa biasanya segala sesuatu di tengah-tengah kita.
PART 7: ABERRANT DECODING
source: trackblasters.com |
“Madhaaa.”
Kepala Naura muncul dari balik pintu. Sosok yang dicarinya tidak terlihat ada
di tempat duduknya biasa meski laptop hitamnya berada di meja. Naura melangkah
perlahan mendekat. Madha tertidur di 3 kursi yang dirapatkan. Badannya
meringkuk agar deretan kursi yang tidak terlalu panjang itu bisa memuat dirinya
yang tertidur lelap. Naura berhenti di dekat kursi kemudian melirik layar
laptop yang masih menyala. Dia baru saja
tertidur, gumamnya. Naura pun kembali ke studio radio dan menunggu sampai
waktu siarannya tiba. Di tanggal 22 Desember 2011 itu, surat-surat yang akan
dibacanya bertema ibu. Semula untuk mengurangi resahnya dia ingin mengganggu
Madha yang biasanya sedang coding tetapi
hari itu sahabatnya itu justru tertidur.
LIMA KISAH
Nur Imroatun Sholihat
February 18, 2019
PART 6: THE
LITTLE WORLD WE SHARED
source: trackblasters.com |
“Nau...” Bima menahan Naura melanjutkan
obrolan mereka kemudian mengarahkan dagunya ke arah tirai yang baru saja disibak
seseorang. Mata Naura mengikuti arah yang dimaksud.
“Lho kok di
sini?” Naura spontan bertanya.
“Aku juga panitia.
Humpubdok. Hari ini bener rapat gabungan pertama kan ya?” Bima dan Naura
sama-sama mengangguk. Madha berjalan mendekat kemudian ikut duduk lesehan
bersama Bima dan Naura di ruang kecil yang disekat khusus untuk digunakan seksi
Humpubdok, singkatan dari Humas, Publikasi, dan Dokumentasi, sebuah bidang di
kepanitiaan Peringatan 25 tahun universitas mereka itu. “Kamu pasti hasil close recruitment ya ya makanya kita
nggak ketemu pas wawancara. Aku wawancara bareng Bima waktu itu.” Madha
menjelaskan. Close recruitment adalah
mekanisme rekrutmen panitia secara tertutup. Naura ditunjuk secara langsung
oleh ketua bidang Humpukdok untuk ikut menjadi panitia tanpa melalui proses wawancara.
Naura mengangkat alisnya ke arah Bima mempertanyakan bagaimana bisa dia tidak
bercerita kalau dia sudah mengenal Madha.
LIMA KISAH
Nur Imroatun Sholihat
January 27, 2019
PART 5: HIGH HEELS
source: trackblasters.com |
Naura tidak tahu mana yang sekarang sedang mengganggu pikirannya:
kenyataan bahwa Galen refleks menghindar jauh ketika Naura ingin mendengar
detak jantungnya atau kenyataan bahwa detak jantung Madha terdengar begitu
keras saat dia mendekat. Baik mengetahui maupun tidak mengetahui ternyata sama
rumitnya. Masalahnya juga tidak sesederhana itu: sepertinya yang dia katakan
sebelumnya, bagaimana menerjemahkan detak jantung? Jantung berdetak kencang
tidak melulu secara spesifik ekuivalen dengan perasaan tertentu. It doesn’t even necessarily related to affection. Terlebih bagi Madha yang selama ini tidak memiliki teman
perempuan. How if he was just flustered because never a woman came that close?
Soal Galen, jangankan soal apa arti denyut jantungnya, Naura bahkan tak pernah
mendengar denyut itu dari jarak yang memungkinkannya untuk mendengar. Jika pun
sudah mendengar, dia juga tidak bisa serta merta memaknainya. Jelas ini
membingungkan. Bagi diri seseorang berusia 19 tahun, hal yang terdengar remeh
bagi orang-orang dewasa itu sudah cukup membuatnya sulit tertidur malam ini.
Lebih penting dari detak jantung orang lain, bagaimana dengan detak jantungnya
sendiri? Denyut semacam apa yang dimiliki jantungnya ketika bersama Madha
maupun Galen?
LIMA KISAH
Nur Imroatun Sholihat
January 02, 2019