KAKEK
- October 15, 2013
- by Nur Imroatun Sholihat
Suara parau radio yang bergema di sudut kamarmu
Mengepul secangkir
asap di gelas besi
Menyeruput si hitam pekat itu
Sama pahitnya dengan menungguku selesai berlarian di
pelataran
Aku kembali ke ruang ini
Mengaduk memori yang terkunci
Hanya saja tak ada seseorang duduk di sana menantiku kembali
Aku telah lelah bermain
Menyusuri daun ketela yang dulu kerap ku bandingkan dengan telapak
tanganku
Aku datang lagi dengan kaki yang sama
Tanah adalah alas kita
Tetapi aku tak menemukan jari-jarimu di sana
Ada masa aku tahu aku ingin menepuk bahumu
Kala itu, tanganku tak mampu menjangkau tinggi badanmu
Petak-petak kulit wajahmu
Jenis rasa yang sulit dibahasakan
Jenis rasa yang juga seharusnya tak terlambat
Lalu aku begitu ingin menepuk bahumu lagi
Pohon yang dahulu ku panjat menua
Butiran hujan yang bergemuruh menyerang atap rumah
Pojok pelataran tempat ku menangis kala kau menyuruhku
berhenti bermain
0 Comments:
Post a Comment