-->

Hello, this is me!

Nur Imroatun Sholihat

Your friend in learning IT audit Digital transformation advocate a-pat-on-your-shoulder storyteller

21 Oct 2013

SANDAL GUNUNG

  • October 21, 2013
  • by Nur Imroatun Sholihat
Aku masih saja mengingat detail fragmen waktu ketika aku tak sengaja merapatkan tatapan ke arahmu. Aroma debu yang kering seperti terguyur hujan lebat lima jam lamanya. Suara sungai yang bergemuruh sesaat mengheningkan diri. Kau menawarkan hati yang manis kepadaku. Karena ucapanmu itu, batas yang semula ada raib begitu saja.

Saat kita berada dalam jarak sedepa tiba-tiba ingin sekali aku memastikan satu hal. Apakah mata kita berkedip di millisecond yang sama? Aku tak habis pikir mengapa seseorang yang berkedip dalam tempomu begitu menarik. Ada sesuatu dalam pergerakan bola matamu yang membuatku tak ragu menamai perasaanku. Sepanjang waktu, senyummu yang sejuk seperti tengah menggantung di dahan pepohonan. Dan pergerakan kelopak matamu mengkuatkan gravitasi bumi.

Tak heran sejak hari kau memutuskan pergi ke laut, aku merasa bumi tidak menarik telapak kakiku. Seseorang yang paling melindungi mimpi-mimpiku tengah menyelami samudera citanya. Karena jarak, aku tidak sendirian tetapi kesepian. Aku berada dalam kerumunan tetapi masih mencari-cari seseorang.

Menunggumu kembali ternyata tidaklah seriang kata-kataku saat mendorong langkahmu. Namun, kau harus tetap menyelesaikan rencanamu. Nanti dalam perjalanan pulangmu, akan ku berikan hatiku menjadi sandal terkuat untukmu mendaki. Aku tidak pernah ragu menjadi seseorang yang mengiringi setiap langkahmu dalam kesulitan. Menyelamlah, aku menantimu. Saat kau kembali mendaki aku akan menemanimu.
__________________________
(Just because miss Fitri loves “sandal gunung” very much she asked this thing to be the 3rd theme for a-day-writing-challenges. Sure, its difficult :p )
image source: here

0 Comments:

Post a Comment

Videos

Jakarta, Indonesia

SEND ME A MESSAGE