-->

Hello, this is me!

Nur Imroatun Sholihat

Your friend in learning IT audit Digital transformation advocate a-pat-on-your-shoulder storyteller

9 Nov 2013

MEMBANGUNKAN PAGI

  • November 09, 2013
  • by Nur Imroatun Sholihat
Pagi telah tiba. Jalanan yang semula gelap mulai menampakkan kerikil-kerikilnya. Tiba-tiba kita menyadari jalan yang tak lurus bercabang jutaan arah. Pagi kita adalah pilihan tujuan tanpa disertai peta. Dengan tak berkecukupan cahaya, keraguan untuk melangkah atau berdiam diri mengerumuni kita. Sebab tak jauh dari pandang, lintasan itu menanjak tinggi.


Saat masih gelap, semesta laksana memeluk kita. Mata terlelap oleh dongeng yang membuat dunia hanyalah seluas langit-langit kamar. Jalanan di luar sana sepertinya bisa dilalui dengan mudahnya. Namun, malam tak akan berlangsung terlalu lama.

Lalu kita membangunkan pagi dan memaksanya menghadapi semesta. Kita percaya di ujung jalan nanti, pada bumi yang melengkung, akhirnya kita bisa menyentuh langit. Kita diuji tak putus-putus sesuai jalan yang kita pilih. Anehnya, dengan mengabaikan rasa sakit, kita memilih jalan tersulit. Kita telanjur tak bisa berhenti atau berbalik arah karena pagi bersiap mengolok-olok ketakutan kita. Kita pun tak gentar pada duri dan pecahan kaca yang berserak. Pada jurusan itu kita harus terjatuh dan membiarkan bumi menggoreskan tanda perjalanan di badan. Hanya pada jalan yang rumit kita menemukan cahaya matahari yang meneduhkan.

Pagi tentu saja tidak mempercayai batas. Pagi kita adalah masa kita melompat setinggi mungkin. Kita mengabdikan pagi untuk mimpi yang tersusun di ribuan malam. Berlari seolah-olah hari masih gelap, kita tak melihat hambatan di depan sana.

Kita membangunkan pagi agar dia berlari sekuat tenaga. Nantinya saat siang menjelang, telah terlalu banyak keraguan menghampiri. Ketika sore datang, kita tak punya lagi banyak tenaga untuk melangkah. Pagi kita adalah masa mengejar angan yang sebesar bola dunia--seolah tak seorang pun mampu menghalangi kita, seolah semesta terlalu kecil untuk kaki-kaki kita.

Kita melawan semesta dengan pagi kita.
_________________________
(Too young to choose an easy route)
image source: http://diversitymbamagazine.com

0 Comments:

Post a Comment

Videos

Jakarta, Indonesia

SEND ME A MESSAGE