-->

Hello, this is me!

Nur Imroatun Sholihat

Your friend in learning IT audit Digital transformation advocate a-pat-on-your-shoulder storyteller

17 Dec 2013

SOE HOK GIE

  • December 17, 2013
  • by Nur Imroatun Sholihat
"Untuk apa semua perlawanan ini?" (Tan Djin Han dan Herman Lantang kepada Gie)

Hari ini kaum muda tengah memperingati hari meninggalnya Soe Hok Gie. Saya lupa kapan tepatnya saya mulai menyukai Gie tetapi seingat saya sejak SMA. Saya sadar betapa tergila-gilanya saya pada Catatan Seorang Demonstran, Soe Hok Gie Sekali Lagi, sampai Orang-Orang di Persimpangan Kiri Jalan. Teringat semasa kuliah quotes milik Gie kerap tiba-tiba melintas di pikiran saya saat menghadapi sesuatu. Hari ini, seperti diingatkan kembali akan esensi perjalanan hidup, saya merenung sejenak. Gie yang puitis dan pemikir adalah orang yang begitu peduli pada teman-temannya. Gie sang pecinta alam dan hobi mendaki gunung adalah sosok tegas terhadap ketidakadilan. Dia aktivis yang keras tetapi begitu romantis dalam puisi. Gie berani dalam segala hal tetapi malu-malu soal asmara. Dia pemikir yang cerdas tetapi suka bercanda. Dia penulis politik yang mencintai sastra. Saya menyukai kontradiksi dalam dirinya. Di atas itu semua, sisi idealisnya terus menerus menggedor pintu batin saya.

Saya ingat surat Kartini Sjahrir untuk Gie. “Terus saya ketemu kamu yang begitu lucu, imut-imut, berantakan kalau berpakaian, suka naik gunung, suka diskusi, senang folk songs seperti Joan Baez dan Nana Mouskori, suka membaca, suka organisasi, dan hal-hal yang bagi saya terasa baru, aneh, ajaib, tapi juga menantang.”

Saya iri pada perempuan ini. Seseorang yang hobi memakai rok mini, musik rock n roll, mejeng di kampus, dan menyingkirkan kata buku dari frasa “buku, pesta, dan cinta” dipertemukan dengan Gie yang serius. Melalui Gie, Ker (panggilan Kartini Sjahrir) belajar berdiskusi, menonton film, dan hal-hal berbau sastra. “Kau akan terbang tinggi.” Kata Gie. Dia benar. Kini Kartini Sjahrir adalah duta besar Indonesia untuk Argentina, Uruguay, dan Paraguay.

Benar-benar manis rasanya membaca surat-surat Ker untuk Gie. Saya juga ingin menemukan seseorang yang bisa memberi saya kepercayaan untuk terbang. Seseorang yang menjadi jangkar bagi orang lain. Seseorang yang ketika ditulis dalam surat sekalipun terasa menyenangkan.

Gie adalah idola yang membuat saya berpikir bahwa idealisme adalah harta termahal manusia. Dia adalah seseorang yang menginspirasi pemuda untuk menjadi mesin perubahan. Seseorang ini mampu menularkan energi kebaikan ke orang-orang sekitar. Seseorang yang menjadi standar bagi gerakan pemuda di generasi berikutnya. Tak mungkin negeri ini tidak merindukan Soe Hok Gie. Saya juga merindukan sosoknya. Hari ini saya berharap semangatnya terus menyala di hati saya.

Ibu saya sering gelisah dan berkata: ” Gie, untuk apa semuanya ini. Kamu hanya mencari musuh saja, tidak mendapat uang”. Terhadap ibu dia cuma tersenyum dan berkata “Ah, mama tidak mengerti”. (Arief Budiman--kakak Soe Hok Gie, Pengantar Buku Catatan Seorang Demonstran)
-----------------------
(Lebih baik diasingkan daripada menyerah pada kemunafikan-Soe Hok Gie)
image source: here

0 Comments:

Post a Comment

Videos

Jakarta, Indonesia

SEND ME A MESSAGE