Kau senangtiasa melintas dengan laku yang serupa seolah aku hanyalah satu dari ribuan kawanmu. Acap kali kau tak sadar aku di sini atau tidak kiranya tak acuh keberadaanku sama sekali. Tetapi, apa yang bisa ku lakukan padamu yang tidak memikirkanku sama sekali?

Ku rahasiakan darimu: merindukanmu adalah anugerah. Terbangun di pagi hari dalam keadaan mengingatmu menyulapku berjingkat menuju tempat kita selalu dipertemukan. Alasan kita berada di dimensi yang sama adalah beda. Aku teramat ingin menjumpaimu sementara kau tidak akan memendam niat semacam itu. Aku sadar tak seharusnya menyampirkan semangat di pundakmu. Maaf, beban itu tak putus menggelayuti bahumu. Aku hanya tak tahu bagaimana mengalihkannya tak bergantung padamu.

Lalu, apa yang bisa aku lakukan karena selama ini kau benar-benar tak pernah merindukanku?

Aku tak tertarik lagi menulis ketika ku dengar kau tak pernah membaca puisi. Aku tertegun di depan layar dan hasrat mengetik pun enyah. Aku tak bertemu cara lain untuk mengheningkan perasaan padamu. Namun, untuk apa aku berkisah rasa yang tidak diminati sedikit pun olehmu? Di penghujung malam, puisi seperti tidak terselesaikan karena tidak terbaca olehmu. Hariku enggan berganti dan sajak baru enggan melekat di kertas karena tumpukan sajak lama hanya menggenangi meja kamarku saja.

Bagaimana aku harus berbisik padamu jika kau sama sekali tidak pernah penasaran pada puisi-puisi yang ku tulis?

Aku sedang berburu cara agar kau melihat ke arahku. Aku akan menjelmakanmu berhenti di depanku sebelum kembali menyambung langkah. Aku akan memastikan matamu mencari-cari ketika ku tak ada. Aku akan mengubahmu menjadi orang terdepan yang menanti puisiku selanjutnya. Aku akan membuatmu merahasiakan bahwa merindukanku adalah anugerah. 

Aku yakin kau sendiri tak akan percaya bahwa aku bisa melakukannya. 

------------------------

image source: here