CATATAN DIKLAT PENGAWASAN: DASAR-DASAR PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA (1)
- April 03, 2014
- by Nur Imroatun Sholihat
I used to love politics so much.
I promise to write the complete
material tomorrow so for today lemme trapped in the memories *tsaaah. Bahan
ajar hari ini tentang dasar-dasar pengelolaan keuangan negara. Yap, keuangan
negara sendiri berarti semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan
uang, segala sesuatu baik berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan milik
negara. Dan kalau kita ngomongin keuangan negara, kita nggak bakal bisa
jauh-jauhan sama trio UU 17/2003 (keuangan negara), UU 1/2004 (perbendaharaan
negara), dan UU 15/2004 (pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
negara).
Sekarang, asas pengelolaan
keuangan negara udah ada yang baru lho. Asas itu antara lain akuntanbilitas
berorientasi hasil, profesionalitas, proporsionalitas, keterbukaan dalam
pengelolaan keuangan negara, dan pemeriksaan yang bebas dan mandiri. Ruang lingkup keuangan negara sih masih sama yaitu hak negara (misal memungut pajak), kewajiban negara (misal menyelenggarakan tugas layanan umum pemerintahan negara), penerimaan dan pengeluaran negara, penerimaan dan pengeluaran daerah, keyaan negara/daerah, dan kekayaan pihak lainnya.
Nah, balik lagi ke masalah
trapped in the memories. Di kelas tadi, banyak diskusi yang berkedok keuangan negara padahal intinya sih
soal ekonomi politik. Entah sejak kapan saya memutuskan untuk nggak “marah-marah”
sendiri soal keadaan negara. I used to write about politics until I realized
that I did nothing. Its not nothing at all actually, but I think its better for me start doing something. Saya memilih melakukan hal-hal kecil sebisa saya daripada terus-terusan komplain. LOL. Tapi jauh di dasar hati saya, saya masih iim yang dulu.
Saya kesal hampir di setiap mendengar berita politik dan pada akhirnya saya memilih
terlihat berubah. Hehe
Misalnya kasus korupsi. Sampai sekarang
saya masih heran kok ada ya orang yang tega mengambil uang negara. Setiap orang
butuh uang, tapi kalau caranya harus pakai mengorbankan banyak orang, bahkan
orang-orang yang lebih membutuhkan, apa nggak keterlaluan banget namanya? Saya
juga nggak 100% bersih kok. Saya kadang korupsi waktu di kantor karena nggak 100% waktu
untuk kerja. Tapi saya melakukan hal lain itu kalau kerjaan saya emang sudah
selesai. Bukan lagi bikin excuse tapi korupsi non-keuangan dan dalam jumlah sangat sedikit menurut saya bisa ditoleransi *Walaupun itu tetap salah. Corruption is corruption. Wrong is wrong
anyway. I know its debatable*. Tapi kalau bentuknya uang negara, saya nggak bisa toleran sama
sekali. Di luar sana jauh lebih banyak orang merasakan manfaat jika uang itu digunakan dengan tepat. Saya berdoa semoga saya senangtiasa dijauhkan dari kecurangan satu itu. Saya nggak mau menciderai perasaan orang-orang di negara ini.
Ada lagi satu masalah yang
terus-terusan menganggu, nggak cuma buat saya tapi mungkin buat seluruh rakyat
Indonesia. Kita tahu negara ini punya banyak masalah, banyak juga ahli yang sudah
berteori tentang cara memperbaiki kesalahan tersebut. Heran nggak sih kalau teori-teori itu cuma jadi bahan debat yang nggak ada ujungnya? Dan yang bikin makin heran, kenapa kondisi Indonesia masih gini-gini aja. Kita tahu bagian masa saja yang salah (*kadang salahnya konyol banget lagi), tapi kok nggak ada perubahan sama sekali. Bukan nyalahin
siapa-siapa. Mungkin salah satunya karena saya sendiri masih belum bisa berbuat
banyak buat negara.
Well, saya balik jadi iim yang berpura-pura nggak peduli politik ya. Sambung lagi besok di catatan diklat yang sebenarnya. hihi J
Well, saya balik jadi iim yang berpura-pura nggak peduli politik ya. Sambung lagi besok di catatan diklat yang sebenarnya. hihi J
----------------------
image source: here
image source: here
0 Comments:
Post a Comment