NYALA
- May 11, 2014
- by Nur Imroatun Sholihat
Adalah hal yang tidak lazim;
buku-buku yang kau baca berubah menjadi buku yang tampak sangat berkelas. Bola
matamu menelusuri larik-lariknya tanpa teralihkan adalah buktinya. Apakah lagu
yang berputar di balik earphone-mu?
Jika dapat aku ingin mencatat judulnya untuk ku dengar. Setiap detail kata yang
kau ucap seolah adalah cuplikan buku atau penggalan puisi. Katakan padaku hal-hal
yang kau sukai, aku ingin membuntutinya.
Adalah penafian; puisi-puisi yang
seperti sengaja tak bertujuan tetapi terselipi doa tentang keharusan kau
membacanya. Segala lagu yang ku gumamkan lirih dalam nuansa ketidaksengajaan ketika ada di sekelilingmu hendak merayap ke telingamu. Aku tergesa-gesa
memburu buku-buku yang ada di sela jemarimu seakan memang penasaran pada
isinya, bukan pada mengapa kau memilihnya. Apakah aku harus segera berhenti
berdrama di depanmu?
Tentu aku
masih akan bersikap lumrah dan biasa saja terhadapmu. Di dunia ini ada ragam
manusia yang bahagia untuk sekadar bersembunyi di balik huruf dan lirik. Jika
suatu saat nanti kau sadar dan bertanya mengapa aku tak berterus terang,
aku memiliki jawabannya:
Sedari
awal aku selalu mengukur segenap kemungkinan. Aku mempersiapkan diri pada
kenyataan aku tak akan berjodoh denganmu. Pasti kau tak pernah meluangkan waktu
sejenak guna mengetahui aku mencintaimu bersama segenap kekhawatiranku. Aku
takut terjebak keinginan untuk menampakkan wajah kepadamu. Cinta bagiku tak melulu tentang perasaan tapi juga pertimbangan logika.
Bukan. Bukan
aku menolak untuk memberanikan diri. Aku hanya mengenal betul siapa dirimu dan siapa
aku. Ku jelaskan padamu perasaanku--kau
mungkin tidak akan percaya seseorang memiliki perasaan semacam itu. Inilah
semboyanku setiap kali digedor oleh keinginan menghampirimu yang tak menyadari
keberadaanku: cinta satu sisi bukanlah ide yang buruk sepanjang itu dengan orang-orang sepertimu.
Sebab aku
hanya satu dari sekian banyak orang yang ingin berlalu lalang di sekelilingmu. Cukup dengan berstatus demikian saja, aku menjelma seseorang yang lebih baik.
Kau menyalakan alasan tidak harus dimilikinya seseorang: pancaran yang
menyinari jalan orang lain untuk melangkah ke depan. Apakah kau bisa menerima
penjelasanku? Percayalah, perasaan seperti itu benar-benar ada.
-----------------------------
0 Comments:
Post a Comment