PERPUSTAKAAN
- May 03, 2014
- by Nur Imroatun Sholihat
Suatu saat, kita akan membangun perpustakaan kecil bersama. Di ruang sederhana itu bukumu dan bukuku bersisihan.
Di masa depan, kemejamu akan berdampingan dengan bajuku dalam lemari yang sebangun. Sepatu-sepatumu akan ada di rak
yang sewujud bersama sepatuku. Dan mimpi-mimpimu akan ada di laci serupa dengan mimpiku. Sungguh, aku ingin menjadi rumah untukmu. Aku
ingin menata buku-buku di perpustakaan itu.
Ketika kita berhadapan di meja yang
sama, kita tersenyum seolah mampu menebak pikiran masing-masing. Sewaktu kita
berada di toko buku, tiap-tiap kita tahu di rak buku sebelah mana kita akan
berhenti lama. Kita saling hafal penulis mana yang memikat hati kita. Maka kita
tak ragu saling membelikan buku tanpa sedikit pun was-was tak terbaca.
Adakah yang lebih diharapkan seseorang dari
dua hati yang tak pernah salah menerka pikiran masing-masing?
Tak seperti kebanyakan drama, kita tidak pernah kebetulan berebut buku seolah ditakdirkan berpadu karena bacaan yang
serupa. Suatu masa yang akan datang, aku akan membaca
buku-buku favoritmu dan kau akan melakukan sebaliknya. Kelak aku akan
bertanya mengapa isi buku itu berkata demikian dan kau tersenyum membiarkanku menerka. Tiada tanda kau berniat menjawab
sepenggal pun sampai akhirnya kita membicarakannya hingga larut malam. Suatu saat kau akan bertanya mengapa aku membaca buku-buku yang menurutmu
asing. Kita tak tahu mana yang lebih aneh: seleramu atau seleraku.
Suatu saat, kita bisa menceritakan setangkup hujan di masa yang
bersamaan. Tidak ada lagi jarak yang lebih jauh dari jangkauan satu hujan.
Ketika jarak itu tiba, kita akan tersenyum pada payung yang sama. Kita akan mengingat hanya satu puisi untuk hujan yang berdansa di sekeliling
kita.
Aku tak benar-benar mengerti cara menulis puisi
sebelumnya. Aku terlampau malu menunjukkan sajak yang ku ukir di belakangmu. Kehadiranmu memaksaku tak kuasa menolak jemari yang menari di atas kertas. Di
sela-sela buku yang tersimpan di perpustakaan itu ada catatan puisiku. Kau akan tak sengaja menemukannya di waktu yang belum kita ketahui.
Suatu waktu, kita akan menghafal nomor telepon
masing-masing agar kita tetap dapat saling menghubungi apapun yang
terjadi dengan telepon genggam kita. Tanpa pernah sengaja menghitung, setiap dari kita akan saling menyebut nama melebihi nama orang lain. Suatu saat, aku akan menelponmu dan bercerita
tentang ide sajak yang tiba-tiba terlintas. Kau menertawakanmu seperti biasa
tetapi diam-diam membacanya tatkala aku selesai menuliskannya.
Suatu saat, akan ada sidik jari kita di benda-benda dalam rumah yang
sama. Membekas sidik jarimu di buku-bukuku. Ada sidik jarimu di kulit telapak tanganku. Terdapat sidik jarimu di doa-doaku. Terpahat sidik jari yang membuatku berterima kasih
pada Tuhan selalu.
Adakah sesuatu yang lebih menyenangkan dari
seseorang yang membuat kita menjadikan bersyukur sebagai kebiasaan?
Malam ini, seseorang itu tiba di mimpiku. Aku
telah menantinya begitu lama kemudian dia menjelma dalam bayang yang
merahasiakan wajah. Sekalipun hanya mimpi, ia datang begitu nyata seolah
tengah duduk di sampingku dan membiarkanku melirik buku yang tengah ia baca. Ia
tersenyum sembari menutup buku, menatapku yang sedari tadi berharap ditatapnya.
Hanya saja ketika dia menolehkan wajah, mimpiku berakhir.
Dengan kata aku merumuskan rasa semacam itu? Dengan frasa apa aku menjelaskan penantian
seperti ini?
Maka aku tak akan bisa
tertidur sebelum merapikan pikiranku dalam tulisan. Sebab aku khawatir jika
saat aku menemukanmu, aku terlalu gugup dan lupa apa yang hendak ku lakukan. Sejak malam itu kau tak pernah hadir lagi di
mimpiku untuk menunjukkan parasmu. Aku khawatir kau tak akan pernah menampakkan
diri dalam wujud nyata. Karenanya, aku menulis larik-larik tentang masa depan
kita. Aku bercerita tentang perpustakaan yang akan rajin kau tambah buku-bukunya. Tentang
kemungkinan kita bersua dan mendiskusikan buku yang kita sukai di ruang
sederhana.
Sebagaimana aku jatuh hati pada buku-buku, aku menunggumu dengan sabar seperti aku menunggu akhir cerita hingga selesai membaca.
------------------------------------
image source: here
0 Comments:
Post a Comment