I HAVE A CRUSH: SAPARDI DJOKO DAMONO
- June 01, 2014
- by Nur Imroatun Sholihat
image source: thejakartapost.com |
IMZ’s Confession #78: Saya adalah
seseorang yang ingin me-retweet semua
tweet Sapardi Djoko Damono.
Atas kesadaran yang muncul
beberapa hari yang lalu ini, just call me crazy. Saya yang tidak terlalu suka
berseliweran di media sosial (except blog, I adore this one. Hihihi) menghadapi
kenyataan bahwa saya terlampau sering menahan keinginan me-retweet kicauan @SapardiDjoko_ID. Baiklah, daripada saya membanjiri
linimasa dengan retweets, saya akan menuliskan keinginan itu di sini. Hihihi.
How I describe Sapardi? Jika
dalam hal deklamasi puisi Rendra adalah idola saya, Sapardi adalah idola di
bidang penulisan. Beliau adalah penyair yang membuat saya setuju bahwa puisi
adalah larik-larik yang sangat sakral. Seseorang ini membuat saya serius
menggarap puisi (but my poems aren’t good enough anyway). Penulis "Aku Ingin" ini
gayanya telah diikuti oleh begitu banyak penulis. Sapardi jelas punya tempat
istimewa di hati penikmat puisi. Its not a secret anymore: Sapardi is my crush.
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana.
Dengan kata yang tak sempat
Diucapkan kayu kepada api yang
menjadikannya abu.
(Aku Ingin, Sapardi Djoko
Damono)
Puisi favorit? I think this on also
everyone’s favourite: Aku Ingin. Jelas ada alasan mengapa puisi yang kerap
menghiasi undangan pernikahan itu menjadi sedemikian termasyur. Kedalaman makna dan
pemilihan diksi “Aku Ingin” menjadi alasannya. Tanpa mengesampingkan
puisi-puisi lain yang tak kalah indah, “Aku Ingin” berdiri begitu anggun. Melalui
puisi ini saya teryakinkan bahwa kemegahan puisi tersimpan di balik
kesederhanaannya. Puisi lain yang saya suka? Sangat banyak. Should I mention
everything? Haha. Sajak Kecil Tentang Cinta, Hatiku Selembar Daun, Hujan Bulan
Juni, Dalam Doaku, dan Pada Suatu Hari Nanti adalah favorit saya lainnya.
Gaya penulisan Sapardi di mata
saya? Penulis satu ini memilih kata-kata sederhana, jujur, sudut pandang yang dekat dengan Tuhan, berisi hasil pemikiran
mendalam (jika dihiperbolakan, setiap alfabet dalam sajak Sapardi telah dipertimbangkan
masak-masak. Hihi), tidak terbelenggu oleh
keharusan-puisi-memuat-larik-larik-berdiksi-yang-tak-awam, kaya
akan makna, dan membiarkan kita terdiam setelah membacanya. Left-the-readers-speechless
is the middle name of Sapardi’s poems. Sapardi has that kind of poems :)
Namun, kekaguman saya terhadap
Sapardi tidak berhenti di situ. Saya juga menikmati musikalisasi puisinya. Lirik puisi Beliau sangat elok ketika digubah
menjadi lagu. Its crazier: I love everything on his poems. Makna, tata bahasa,
dan pemilihan kata puisi Beliau sungguh mengagumkan.
Inilah kegilaan saya pada
kumpulan larik Sapardi: saya selalu berharap sayalah yang menemukan baris-baris sajaknya. I envy him T.T. Hahahaha. Anyway, welcome June. Here’s one of
my favourite, my greeting to lovely June:
"Tak ada yang lebih tabah dari hujan bulan Juni.
Dirahasiakannya rintik rindunya kepada pohon berbunga itu.
Tak ada yang lebih bijak dari hujan bulan Juni.
Dihapusnya jejak-jejak kakinya yang ragu-ragu di jalan itu.
Tak ada yang lebih arif dari hujan bulan Juni.
Dibiarkannya yang tak terucapkan diserap akar pohon bunga itu.”
(Hujan Bulan Juni, Sapardi Djoko Damono)
------------------------
(Bogor, 1 Juni 2014)
image source: http://majalah-katajiwa.tumblr.com/
0 Comments:
Post a Comment