-->

Hello, this is me!

Nur Imroatun Sholihat

Your friend in learning IT audit Digital transformation advocate a-pat-on-your-shoulder storyteller

29 Jun 2014

MENYADUR TUBUHMU

  • June 29, 2014
  • by Nur Imroatun Sholihat
Bolehkah aku menyadur sedikit demi sedikit tubuhmu menjelma puisiku?
Aku mendengar kisah tentangmu dari seorang sahabat. Lazimnya mustahil berhasrat lebih dari sekadar berkawan dengan seseorang yang hanya dikenal melalui telinga. Tetapi aku terperangkap teka-teki dan perjudian mengenai perwujudanmu. Aku menggubah imajinasi tentang mata, senyum, jemari, batin, paru-paru, hingga telapak kakimu ke dalam huruf. Bila kita bersua, apakah kenyataan akan meluruhkan larik-larik yang ku rangkai untuk menyusun tubuhmu?

Bolehkah aku menyadur sedikit demi sedikit tubuhmu menjelma puisiku? Aku buta bahkan pada bangun bayanganmu tetapi aku menerka-nerka agar sajak mampu menyuguhkan keberadaanmu serapat mungkin denganku.

Aku melukismu sebagai bulir hujan yang jatuh di rerumputan kemudian memeluk bumi. Aku merakit wajahmu melalui perumpamaan satu partikel cahaya yang binar dan berwarna beda. Molekul air hujan dan partikel cahaya itu berbaur dalam milyaran partikel lainnya. Aku bersikeras jatuh hati pada kehadiran yang belum ditangkap oleh mata.

Dengan cara apa aku harus membuktikan kedekatan yang direka oleh batin? Apalagi segaris sidik jarimu saja tiada di sekelilingku. Cap tapak tanganmu tidak sedikit pun membekas di sekujur badanku. Tak semestinya menambatkan pengharapan pada sesosok makhluk yang belum tentu ku dapati pertemuan dengannya. Sementara sajak-sajakku seperti berdusta sebab berpura-pura mendeskripsikanmu secara tepat.

Sahabatku bercerita tentang sesosok makhluk yang lekat dengan citra lelaki impianku. Ada beragam kemungkinan yang bersiap menghadang baris sajakku. Bagaimana jika sajakku membangun tubuh selain tubuh itu? Aku bahkan belum pernah bercakap-cakap dengannya untuk memastikan sajakku sahih. Bagaimana jika puisiku tersisih oleh puisi yang jua kerap digores seseorang lain? Namun, aku tidak putus menyadur. Aku terlampau percaya sedang menyusun tubuhmu dari puisi-puisiku.

Dan biarkan aku menyadur sedikit demi sedikit tubuhmu menjelma puisiku. Aku hanya begitu yakin setiap sel darahmu adalah alfabet puisiku.
-------------------------------
image source: here

0 Comments:

Post a Comment

Videos

Jakarta, Indonesia

SEND ME A MESSAGE