BLUE
- July 17, 2014
- by Nur Imroatun Sholihat
Kita tidak pernah benar-benar
mengerti biru sebelum jiwa terlunturi warnanya. Malam dingin disesaki gemuruh
gurauan nan dengan sinisnya asyik sendiri. Segenap suara berhamoni untuk
meledek kita yang tengah dirundung kesepian. Malam itu tidak dingin, kulit kita
yang terlucuti selimutnya. Malam tidaklah sunyi kecuali kita tertidur dan
tersesat dalam mimpi kesendirian yang mendera. Pasti ada yang keliru dengan
hati yang meneriakkan sunyi sementara kegaduhan meraung-raung.
Aku tak tertidur. Ragaku saja
yang sibuk berdrama seolah bunyi-bunyian itu berbalik arah ketika di dekatku.
Hatiku terlelap nyenyak bersama mata yang terjaga. Aku tidak bisa menuturkan
penyebab segala lara. Aku hanya merasa biru.
Biru adalah rona ketinggian dan
kedalaman. Aku menelusuri rongganya hampa. Biru langit dan biru laut bersepakat
meninggalkanku dalam warna yang serupa. Aku biru.
Waktu telah menyentuh dini hari. Aku
tidak terpejam karena terjerembab dalam biru yang sempurna. Aku terjaga dalam sebiru-birunya biru.
Aku membiru. Lebam.
-----------------------------
(Every colour has its own emotion)
image source: desktopic
0 Comments:
Post a Comment