-->

Hello, this is me!

Nur Imroatun Sholihat

Your friend in learning IT audit Digital transformation advocate a-pat-on-your-shoulder storyteller

18 Sept 2014

NASI GORENG

  • September 18, 2014
  • by Nur Imroatun Sholihat

Aku yakin setidaknya hingga saat ini kau masih menyukai nasi goreng seolah tak ada menu lain untuk dipilih.

Dulu aku kerap membuatkan nasi goreng karena binar matamu pada sepiring nasi berwarna kecoklatan itu. Lebih sering kau sendiri sibuk mengolah nasi bersama pelengkapnya untuk kau nikmati bersama buku yang tengah kau telusuri kalimatnya. Sepertinya setiap manusia terlahir dengan kemampuan membuat nasi goreng. Kau dan aku sama-sama bisa berdiam di dapur untuk mewujudnya meski dengan alasan yang berbeda. Tetapi tahukah kau mengapa awalnya manusia membuat nasi goreng?

Mula-mula mereka hanyalah nasi sisa yang sayang untuk dibuang. Nasi itu dimasak dengan beragam bumbu untuk disajikan lagi di waktu makan berikutnya. Rempah, sayuran, dan segala macam campuran berpadu untuk merias nasi menjelma makanan yang menggugah selera. Pada awalnya, mereka hanyalah nasi sisa yang tidak ingin dibuang oleh pemiliknya. Pada akhirnya, mereka cuma nasi yang jika sang pemilik enggan meracik, akan terbuang sia-sia.

Adakah masa kau bosan pada nasi goreng? Seluruh dunia kecuali kau mungkin akan jenuh terhadap perulangan satu itu. Maka tak jarang nasi terlempar ke tempat sampah karena tak ada yang merekonstruksinya menjadi makanan lain. Kau memang tidak akan membuang nasi, tetapi kau masih mungkin membuang selainnya.

Kau  sendiri pernah berkata mustahil bagimu bosan terhadap nasi goreng. Kecintaanmu terhadap nasi goreng melebihi perasaanmu padaku, mungkin. Ada titik kau bosan dan melemparkanku ke dalam tumpukan sampah. Kau segera menyanding seseorang baru yang sepertinya bisa menghidangkan nasi goreng terbaik. Aku melawan kenyataan bahwa aku sungguh terobsesi pada nasi goreng karenamu. Mengapa kesadaran tentang keterikatan padamu harus memukulku bertubi-tubi seusai kita berpisah. Di hari kau membagi hati, aku ingin tertidur cepat dan berhenti bermimpi mengiris-iris bumbu untuk nasi goreng. Aku tak pernah berhasil menyingkirkan sepiring nasi yang melayang tepat di depan mataku sepanjang waktu. Bahkan di kala aku terlelap tidur, sepiring nasi goreng tergeletak di meja mimpiku.

Aku, bagimu, seperti nasi yang tak bisa lagi diubah menjadi nasi goreng atau olahan apa pun. Aku hanya ingin kau buang begitu saja dan benar-benar hilang tak berbekas. Sementara kau bagiku adalah nasi terhadap bumbu-bumbu yang tak bisa berbunyi ketika tak dimasak bersamamu. Kita saling memandang dengan cara berbeda, itulah alasan kita tidak bisa bersama.

Betapa aku berharap aku bukanlah pihak yang terbuang melainkan membuang. Aku tak akan menyesal melemparkanmu ke dalam tempat sampah.
 --------------------------
image source: here

2 Comments:

  1. Huahahahaha..
    I can not see nasi goreng as the same anymore.And fyi, now im majoring making nasi goreng in those various style you know. *lol*

    Anyway, i think this nasi goreng thingy reminds that the lovable thing come from simple way from the loved ones. *tsaaahhh

    ReplyDelete
    Replies
    1. Huahahhaha, sorry but I'm laughing so hard right now. I can't see nasi goreng the same way anymore, too. Let's have a fierce battle to know the one making nasi goreng better. hihihihi

      I think we both obsessed to nasi goreng and it's a problem *ruuunnnnn

      Delete

Videos

Jakarta, Indonesia

SEND ME A MESSAGE