-->

Hello, this is me!

Nur Imroatun Sholihat

Your friend in learning IT audit Digital transformation advocate a-pat-on-your-shoulder storyteller

24 Sept 2014

UNSAID

  • September 24, 2014
  • by Nur Imroatun Sholihat
I don’t even understand why this kind of feeling exists. I want to know everything unsaid between us eventhough there’s nothing to do with our feeling anymore.
Pertemuan kita yang kerap terjadi di masa lalu tidak lagi tersisa. Kita tak lantas berjumpa meskipun menetap di kota yang sama. Jarak kita tak lagi dekat dalam segala perkara. Di masa kita membicarakan hal yang sungguh diperlukan saja, aku dikurung keinginan untuk mempertanyakan ketidakjelasan yang pernah menjadi sekat tipis di tengah kita.

Keeratan kita tidak pernah dengan jelas didefinisikan. Jika di masa lalu kita hanya berkawan saja, apakah kau tidak keberatan jika aku memintamu mengatakannya padaku? Setidaknya tinggalkan aku dan kenangan dalam kepastian. Apabila kau tidak pernah bermaksud lain, bisakah kau membuat batinku berucap selamat tinggal pada rasa penasaran?

Sungguh bila pun batin kita bercakap-cakap, kita tidak bisa mengubah apa-apa. Setiap dari kita telah terjalin dengan seseorang lain. Tetapi aku hanya berhasrat tahu dan kemudian berpura-pura tak tahu. Aku berjanji padamu bahwa aku akan melupakan segala jawabanmu dan berjalan seolah tidak pernah terjadi sesuatu.

Hanya saja bagaimana aku mendapat balasan jika pertanyaanku tak terucap. Aku takut berdiri di hadapanmu sembari menggali lagi ingatanmu. Apakah aku tak terlihat seperti seseorang yang kehilangan akal menanyakan memori yang sudah berlalu dengan baik? Bahkan menemuimu dengan pertanyaan ini saja sudah membuatku terlihat begitu lancang.

Jangan tinggalkan kekariban kita dulu dalam kesamaran. Aku siap membuka kembali catatan kenangan di antara kita bersama perasaan yang terselip di antaranya. Aku akan membaca lagi buku harianku tempo itu agar dapat menjelaskan perasaanku dengan tepat. Aku tak sanggup mengubur buku itu karena begitu banyak huruf yang marah hanya tertulis saja tanpa pernah disampaikan. Setidaknya sampai kau tahu, aku bersikeras tetap menyimpannya sementara merahasiakannya dari dunia.

Aku hanya ingin mengetahui perasaanmu saat itu--apa pun itu. Aku tak putus-putus dibayangi rasa keinginantahuan yang menusuk-nusuk. Kala nanti kita hidup masing-masing, aku ingin mengenang perasaanmu padaku.

Kau tahu sebabnya aku begitu ingin tahu? Aku yakin perasaanmu jauh melebihi seseorang di sampingku ini. Kau seolah menawarkan perasaan yang aku impikan sejak kecil. Aku ingin mengenang bahwa seseorang pernah begitu berbinar-binar melihatku sementara hatinya sibuk bersembunyi agar tak tampak. Aku ingin mengenang perasaan semacam itu sepanjang hidupku.

Dengan mengetahui perasaan itu saja, aku tak akan merasa kesepian lagi.
 ---------
image source: magpaki.com

0 Comments:

Post a Comment

Videos

Jakarta, Indonesia

SEND ME A MESSAGE