-->

Hello, this is me!

Nur Imroatun Sholihat

Your friend in learning IT audit Digital transformation advocate a-pat-on-your-shoulder storyteller

27 Dec 2015

JENGUK AKU

  • December 27, 2015
  • by Nur Imroatun Sholihat
Kau tentu ingat kata menjenguk darimu dulu selalu membuatku bersuka cita.

Jenguk aku sebab hatiku merasa gembira bahkan saat mendengar kau akan menjenguk. Jenguk aku karena kau tak tahu apa-apa yang terjadi saat kau tak menjenguk. Jenguk aku sebab jika kau tak menjenguk, ceritaku tak akan terucap pada siapa pun. Jenguk aku sebab tak mungkin aku terus bercakap-cakap dengan sepi yang membersamaiku. Jenguk aku karena lara mungkin meringan saat mendengar renyah sapaan tenangmu. Aku mengerti kau demikian sibuk. Aku tahu kau kehabisan waktu berlarian dengan mimpi-mimpimu tetapi barangkali kau bisa menjenguk dengan alasan kau menghargai masa lalu.

Jenguk aku lantaran aku tak berhenti berharap ketukan itu adalah suara tanganmu menyentuh pintu. Aku takut pada kenyataan setelah jarak batin kita membentang kau serta merta kehilangan memori masa lampau. Jenguk aku sebab kala tak bersama aku tahu kau tak memikirkanku. Jenguk aku sebab hujan membuat jarak tak sekadar jauh tetapi juga menusuk. Jenguk aku lantaran kenangan kau membesuk terpatri dalam di pikiranku. Jenguk aku karena tidak ada kata terlambat dalam menjenguk. Sebab lara seperti tak berkesudahan ketika kau tak menyapanya.

Jenguk aku tanpa kuminta sebab setelah perpisahan aku selalu merasa bersalah memintamu menjenguk.

Jenguk aku sebab aku juga ingin mendengar kabarmu saat kau tak menjenguk. Aku dipaksa sadar bahwa aku benar-benar berhasrat mengetahui keberadaanmu. Sebab jika kau tak menjenguk tak ada harapan kekitaan sedikit pun bagiku. Aku tahu kau selalu berbahagia dengan kehidupanmu dan harapan seseorang terus membebanimu. Aku tahu kau enggan menjenguk demi apa-apa yang telah usai dengan baik-baik. Aku seharusnya tak berharap pada jalinan yang tidak sedikit pun bisa dilanjutkan ke mana pun selain berjalan masing-masing. Maaf ternyata kata menjenguk yang kuucapkan demikian kerap terdengar menyebalkan di telingamu.

Maka kau tak perlu hadir untuk menjenguk. Cukuplah jenguk aku dalam doamu agar batinku lapang tanpa keinginan menetap dalam masa depanmu.
------
(A nice evening talk with Upi and Nico gave me this inspiration.” We’re face to face but don’t see eyes to eyes”-Upi.)
image source: misshome.wordpress.com

0 Comments:

Post a Comment

Videos

Jakarta, Indonesia

SEND ME A MESSAGE