IMZ’S DIARY 16042016: SEMINAR DANA DESA
- April 19, 2016
- by Nur Imroatun Sholihat
Hallo, diary.
Very long time no see. Saya benar-benar males nulis akhir-akhir ini—hampir
semua draft tulisan saya berhenti di angka 70% tanpa kejelasan. Ini tulisan apa
hubungan kok butuh kejelasan segala. Hihihi.
Maka saya memaksakan diri menulis lagi meskipun hanya sebuah diary
random. Hihi.
Minggu kemarin
saya nimbrung acara fakultas sebelah, fakultas hukum, dengan harapan mendapat lawyer
masa depan yang cakep pencerahan mengenai dana desa. Acara bertajuk
“Seminar Nasional: Evaluasi Pendampingan Dana Desa Sebagai Implementasi UU Desa
Demi Membangun Nawa Cita Indonesia” sengaja saya dan teman saya, Upi, pilih
sebagai pengisi hari minggu kami yang biasanya entah ngapain. Berangkatlah kami
berdua di pagi hari yang cerah menuju Balai Keratun yang terletak di kompleks
pemerintahan. Oh ya, kalau tahu akhirnya saya bakal tertarik menulis tentang seminar ini, saya pasti bakal ambil banyak foto *sedih nggak punya foto acaranya. Setelah menunggu cukup lama, yang untungnya bisa dengan sabar
dihadapi mengingat udah terlatih menunggu kamu yang ternyata jauh lebih lama
eaaaa, akhirnya acara dimulai.
Acara dimulai
dengan sambutan gubernur Lampung, Ridho Ficardo. Beliau menyebutkan bahwa dana desa adalah perekat republik; bingkai negara kesatuan. Beliau juga menuturkan harapan dari
keberadaan dana desa setidaknya ada 5 yaitu: memacu angka pertumbuhan, menekan
angka inflasi, menurunkan angka pengangguran, menurunkan angka kemiskinan, dan
meningkatkan angka pemerataan.
Di Indonesia, kantong-kantong kemiskinan sendiri sebagian besar berada di desa. Beliau menyoroti
mengenai pemerataan yang selama ini menjadi isu penting yang diusung dana ini.
Ketimpangan telah menyebabkan pergolakan. Besarnya jumlah dana desa juga bukan berarti tidak memicu munculnya
masalah berupa penyalahgunaan. Oleh karena tingginya kemungkinan penyimpangan,
diperlukan pelatihan dan pendampingan pengunaan dana desa. That was the main topic
of this seminar. Bapak Gubernur sempat
bercanda, “Saat ini penjara sebagian besar diisi oleh kasus narkoba dan begal.
Jangan sampai setelah ini justru sebagian besar diisi oleh kasus penyimpangan
dana desa.”. Duh, jangan dong.
Topik ini berhasil disampaikan dengan apik oleh narasumber di antaranya H.
Mustafa, Bapak Ujang Komarudin, dll. Oh ya, acara ini masuk dalam rangkaian Munas Lembaga Eksekutif Mahasiswa Hukum Indonesia (LEMHI) Barat 2016. That’s why, beberapa delegasi dari kampus lain turut menghadiri acara ini. Sebenarnya ada pertanyaan yang ingin
sekali saya tanyakan kepada pembicara saat itu. Sayang sekali saya tak mendapat
kesempatan untuk bertanya. Ternyata kompetisi untuk ditunjuk jadi penanya di
seminar ini hampir sama susahnya dengan persaingan untuk ditunjuk menjadi teman
hidupmu *bye. Haha
“Mbak Iim, mau
nanya biar dapet buku ya?” Upi melirik buku yang menjadi merchandise bagi
penanya.
“Lihat delegasi kampus
lain yang kece-kece di depan itu kan? Aku nggak butuh buku, aku butuh ditatap
mereka.” Kami berdua tertawa pada
candaan saya yang super nggak penting itu. Kalau saya ditunjuk jadi penanya,
otomatis ada sedikit kesempatan mereka akan melihat ke arah saya kan? *ini apa
sih *ditimpuk.
Well, sebagai
anak akuntansi pertanyaan yang ingin saya ajukan adalah mengenai transparansi
dan pertanggungjawaban dana desa. Saya ingin tahu bagaimana pelaporan penggunaan
dana desa dan audit terhadapnya. Sayang sekali saya tidak terpilih untuk mengajukan pertanyaan. Hilanglah
kesempatan saya ditatap delegasi kece. Meskipun demikian, saya pulang dengan
hati gembira karena akhirnya saya kembali punya kegiatan di luar kuliah. Waktu
kuliah di kampus sebelumnya, saya hobi banget terlibat di beragam acara. Hobi
ini tidak bisa berkembang di sini. Saya akan berusaha untuk lebih aktif lagi di
sini. Saya dan Upi berkomitmen untuk rajin dateng seminar. Semangat.
Anyway, lama
banget nggak sih saya nggak nulis #imzroadtolampung? Duh, saya kayanya benaran
kurang jalan-jalan deh. Masa saya belum nulis tentang Lampung lagi. Saya janji
akan nulis buat kolom itu segera.
Sekian
dulu diary kali ini. Tetap semangat berlari meraih cita-cita, teman-teman.
Jangan lupa bahagia. #janganlupabahagia :)
----
You
just don’t know that somewhere and somehow, you’re reason of other
people's happiness. Be happy!
0 Comments:
Post a Comment