-->

Hello, this is me!

Nur Imroatun Sholihat

Your friend in learning IT audit Digital transformation advocate a-pat-on-your-shoulder storyteller

1 Aug 2016

REPLY 1988

  • August 01, 2016
  • by Nur Imroatun Sholihat
My heart had a rollercoaster ride because of Reply 1988.
(Alert: it contained spoilers of Reply 1998)

Saya baru saja selesai menonton Reply 1988. Mbak Ki merekomendasikan drama ini dengan segala ucapan menggoda: rolling on the floor, withdrawal syndrome, etc. Just how good a drama to make her rolling on the floor and couldn’t easily get over it. Because our taste is (almost) similar, I didn't have even an ounce of hesitation to watch. She’s a selective person after all. On other hand, Reply 1998 had a very high rating and became one of the most talked drama, so yeah I gave it a try.

Reply 1988 is the third installment of the Reply Series after Reply 1997 and Reply 1994. Tema besar yang diusung dalam Reply adalah menggambarkan kembali kehidupan Korea Selatan di tahun yang dimaksud. Perasaan saya sungguh tak karuan selama menonton drama ini. Sometimes it made me cry, there are times I laughed, sometimes I was rolling on the floor, there are times it got me dissapointed. So here’s my note about this drama:

1. Nostalgia

Tahun 1988 merupakan tahun yang istimewa di Korea Selatan. Dan Reply 1988 mampu membuat saya ikut merasakan apa-apa yang terjadi di tahun itu. Aneh rasanya saya ditarik masuk ke dalam drama ini bagaikan seseorang yang mengalami masa remaja di tahun 1988 di Korea Selatan. Saya bisa merasakan euforia bernostalgia di dalamnya meskipun saya tidak bersentuhan langsung dengan apa-apa yang terjadi di tahun itu di negara gingseng tersebut.

Saya mengenal karya-karya legendaris Lee Moon Sae, Joen In Kwon, Lee Seung Hwan, dan Cho Yong Pil jauh sebelum saya menonton drama ini. Saya bisa merasakan gegap gempita ketika nama mereka begitu populer pada masa itu. Seakan-akan saya sungguh hidup di masa itu dan ikut sibuk menyanyikan lagu-lagu mereka. Saya ikut terselubungi rindu terhadap hal-hal yang populer pada masa itu seolah-olah sangat paham bagaimana Korea kala itu.

I love how this drama made me smiling and sobbing as if the memories were my own.

2. Family Centered

Drama ini berpusat pada 5 keluarga di blok Ssangmundong, Seoul. Mereka hidup dengan pernak-pernik keseharian baik sebagai keluarga maupun tetangga. Mereka membesarkan anak-anak dengan karakter masing-masing. Cara penceritaan yang sederhana, lugas, dan apa adanya membuat kita seakan tengah bercermin. Kehidupan sehari-hari yang diceritakan dalam drama ini pasti pernah kita alami atau saksikan sendiri. Kekikukan menyampaikan perasaan kepada orang yang seatap dengan kita, Konflik sederhana yang kadang dibesar-besarkan, perasaan didiskriminasi dalam kelurga, dll.

Ya ampun, saya pengen banget hidup bertetangga dan bersahabat ala mereka. Unyu banget :)

3. Kisah Persahabatan

Selain masalah keluarga, ada kisah persahabatan 5 individu yang tak kalah unyu dari orang tua mereka. Saya dibuat iri pada kedekatan mereka berlima. Friendship goals indeed :D

4. Kim Junghwan
Anyone watched it would be trapped on husband guessing game. I’m team Junghwan all the way. Anyone with me?
Duk Seon sebagai satu-satunya perempuan dalam lingkaran persahabatan harus terjebak di antara 4 lelaki yang dikenalnya sejak kecil. Sun Woo cinta pertama yang mematahkan hatinya begitu saja, Junghwan yang menyukainya dalam diam, Taekkie yang tak ragu memperjuangkan perasaannya, dan Dong Ryong the merrymaker (every drama needs this kind of character, right?)

Saya merasa perlu menuliskan nama Junghwan sendiri sebagai alasan saya bertahan menonton drama ini (to be honest, I need another page just to describe Junghwan himself. Hihi). Okay, I’m simply biased viewer here. Saya ngaku deh kalau saya gampang lumer sama karakter semacem Junghwan. I’m puzzled by his actions, intrigued by his undescribeable charms. Kehadirannya di dalam drama ini teramat penting. Hampir semua scene favorit saya adalah scene milik Junghwan. I’m swayed by every single ordinary thing he did (in my eyes, every little thing he did is totally sweet). Saya senyum-senyum sendiri ketika dia dengan muka cueknya menahan agar Duk Seon tidak jatuh meski berada di bis yang terus berguncang-guncang (dengan Can’t Help Falling In Love-nya Elvis sebagai BGM *what a choco and almond combination).

Padahal sedari awal saya berusaha tak memihak agar tak kecewa siapa pun nanti yang terpilih menjadi suami Duk Seon. But I can’t help falling in love with him even when I tried so hard not to. Saya bakal ikut Mbak Ki guling-guling di lantai setiap kali Junghwan dengan muka lempengnya berusaha agar sikapnya tidak meneriakkan perasaannya. Another heartstealer is his hidden smile or his secret glance at Duk Soen (I love his subtle ways of showing love). Saya suka ketika dia diam tetapi matanya berbicara. Duh. Saya suka semuaaa hal-hal kecil yang dia lakukan—he’s the sweetest as a son, brother, and man. Dan saya menangis sejadi-jadinya saat Junghwan berusaha mendapatkan Duk Seon namun kalah langkah dari sahabatnya sendiri. Saya terdiam beberapa saat seolah tak tahu harus bagaimana dengan hati saya yang patah dan kaki yang turut gemetar melihat usaha Junghwan. Apa-apa yang Junghwan rasakan seolah menjadi suasana hati saya juga.

(Saya sepertinya akan mengalami kesulitan untuk keluar dari bayang-bayang drama ini, seperti yang Mbak Ki rasakan selama sebulan lamanya, karena karakter Junghwan.)

(Sulit rasanya menjelaskan mengapa saya harus segininya. Sepertinya seseorang harus menonton sendiri untuk tahu tentang Junghwan. Oh, at my age, I’m not supposed to be this crazy over drama plot. But what can I do when my heart is Junghwan’s.)

5. Lelucon Segar

Beside rolling on the floor, laugh excessively is another feat while watching this drama. Just how cute the families and neighbours were. They’re absurd but sure it happens all the time in every family. Whose family don’t have signature jokes only them know? That’s why we could relate to those cheesy corny jokes.

6. The Soundtracks and BGMs

Saya sukaaaaa pilihan soundtrack dan BGM drama ini. Saya terkesan bagaimana lagu-lagu Korea di masa itu mampu membuat saya bernostalgia secara instan. Ketika Lagu Sunset Glow milik Lee Moon Sae dimainkan, just how delighted I was. I sang along to it.

“Cant Help Falling in Love” dan “Nothing’s Gonna Change My Love For You” pun turut menjadi latar—menambah suasana nostalgia saja. Not to forget “How Deep is Your Love”, “Right Here Waiting”,"I Just Called to Say I Love You" and even “Donna Donna”. Ahhhh, padahal saya belum lahir pada masa itu.
Park Boram dengan lagu "Ssangmundong" selalu berhasil bikin baper seolah saya adalah Duk Seon yang sedang teringat sahabat-sahabat blok Ssangmundong-nya. Oh Hyuk pun ikut mengisi soundtrack dengan me-recycle lagu “Girl” milik Lee Moon Sae. Our very own powerful singer Oh Hyuk goes ballad :D

7. The Quotes

- “Adults keep it bottled up, adults feel pain too. They were too busy being adults and acted strong    because of the pressure that came with their age.”
- “Another way to say ‘tacky’ and ‘sick of’ is ‘comfortable’ and ‘accustumed to’.”
- “Loving someone doesn’t mean you don’t hate them but it means you can’t hate them.”
- “You cant give up without even trying.”
- "Another term of 'fate' is 'timing'."
- “In the end, fate and timing don’t just happen out of  coincidence. They are products of earnest  simple choices  that make up miraculous moments.”

8. Dissapointing Husband Guessing Game Ending

Okay Taekkie is cute, kind, sweetheart, good looking, talented—he’s everything. But let Junghwan be the one who got the happy ending please. Don't get me wrong, I have nothing against Taekkie. Every bit of him is good. He has nothing to be hated—type of guy whom you have no other choice but adore. He’s completely a husband material but.….

Sejujurnya saya tidak akan sekesal ini jika saja sang penulis skenario berusaha agar penonton juga condong pada tokoh Taekkie. Yes he’s a nice guy but can’t the writer made us clearly see why it had to be him. Why did not make his presence a lotta more important from the beginning. Penulis menuntun kita untuk jatuh begitu dalam pada pesona Junghwan--pada setiap tindakan kecil yang dia lakukan, kemudian menyuguhkan fakta bahwa Taekkie lah tokoh suami dalam drama ini.

Bahkan saya tak habis pikir bagaimana mungkin saya mendukung Taekkie sebagai suami dari Duk Seon jika melihat Junghwan. Setiap drama menggiring kita untuk mengerti situasi dan pilihan dari setiap tokoh tetapi saya bahkan tidak melihat usaha penulis untuk membuat penonton mengerti. Just provide a better understanding, enough evidence, and proper explanation to the viewers. Seriously, I like Taekkie, but not as Duk Seon’s husband.

(LOL. At my age, I shouldn’t take a drama too seriously.)

9. What I Learn From This Drama

- Ternyata hidup memang tidak berjalan pada teori “seharusnya begini atau begitu”. Kita tidak akan pernah bisa mengatur takdir agar segala sesuatu berjalan dengan pola tertentu. Seharusnya Junghwan? I must be obsessed to conventional drama ending. Hidup tidak mengenal  teori semacam itu.
- Jangan ragu-ragu ketika mengambil keputusan. Seperti kata Jungwan, dia tidak mendapatkan Duk Seon bukan karena timing atau alasan lain tetapi karena akumulasi keragu-raguannya selama ini.
- Ketika kita menginginkan sesuatu, jadilah orang yang paling menginginkan hal tersebut. Dengan demikian, kita akan berusaha paling banyak untuk mendapatkannya.
- Keluarga, bagaimana pun mereka, adalah tempat ternyaman dan terbaik.
- Saya ingin berusaha menjadi seorang anak, sahabat, dan (nantinya) orang tua yang lebih baik.
- Pilihlah MC acara pernikahan dengan benar. Saya masih aja ngakak setiap inget Dong Ryong ngomentarin tamu yang ribut dengan gaya jenakanya :D

10. Plot yang Lambat

It’s unfair to write only good things about this drama, right? Saya kurang suka pada plot yang lambat. Kalau bukan karena kemahiran penulis mengolah setiap karakter, saya mungkin tidak akan bertahan menonton drama ini hingga selesai. Bagaimana sang penulis menjadikan ke-15 karakter dalam drama ini menarik dengan caranya masing-masing, I admire it. Saya bahkan sempat tak ingat untuk mengeluhkan plot lambat drama ini :D

11. What I Need to Do

Move on. *wink

(Mbak Ki menelpon dan menenangkan saya ketika saya menangis tersedu-sedu menonton episode 18. How could a drama made me crying this hard. I hardly cry even for sad drama. Gumawoyo, Unnie. I’m officially with you now. We’re girls who don’t know how to move our heart from Junghwan Reply 1988)
---
image source: luciouskstore.com

7 Comments:

  1. *menahan ketawa*

    aigoooo iim sajangggg!!

    ReplyDelete
    Replies
    1. aigoooo kiyong sajaaaang! Panggawayo :)
      Call me Kim Sajaaaangg *kabur

      Akhirnya aku ngerti perasaanmu sebulan kemarin. Withdrawal syndrome shouldn't be this pleasing. Haha. Glad I found something I couldn't turn my heart away from :)

      Delete
    2. You're a man after all | hey, of course i'm a man. Do i look like a woman?
      Suka banget pas scene mereka di pantai. Xixixi #TeamTaek

      Delete
    3. @Dyan Widowati: meanwhile here I'm. fell hopelessly, head to toe, in love with Junghwan #teamjunghwan. Now I accepted that Taekkie was the victor of husband guessing game. He was such a nice man, he deserved what he got :)
      Anyway, it must be nice to be #teamtaek. Everything went well for you guys. You didn't have to cry over the ending of the drama:)

      Anyway, lets move on *wink

      Delete
  2. Mbak aku ketularan kamu nonton Reply 1988. Aku kayanya condong ke Taekkie deh karena dia memperlakukan Duksun dengan lembut. Btw, ceritanya menyentuh hati bikin pengin nonton ulang terus..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kayanya aku doang nih yang #teamjunghwan -__-
      Masih sakit hati kalau inget episode 18. Kenapa penulis skenarionya bikin karakter sebaik itu buat akhirnya dijadiin loser. Huhu.
      Anyway, Taekkie emang kece kok.
      Hey, move on. move on :)

      Delete
  3. Thank you, I have recently been looking for information about this subject for a long time and yours is the best I have came upon so far. However, what about the conclusion? Are you sure concerning the supply? netflix member login

    ReplyDelete

Videos

Jakarta, Indonesia

SEND ME A MESSAGE