-->

Hello, this is me!

Nur Imroatun Sholihat

Your friend in learning IT audit Digital transformation advocate a-pat-on-your-shoulder storyteller

18 Sept 2016

PEREMPUAN YANG TAK PIAWAI BERBICARA RASA

  • September 18, 2016
  • by Nur Imroatun Sholihat
(So, apparently September is the ‘curcol’ month for me. Huhu)
Saya teringat beberapa waktu yang lalu seorang sahabat pernah berkata, “Maaf ya Im, kita semua ini emang batu kalau udah nyangkut perasaan.”. Saya ingat kami berlima bersahabat demikian lama tetapi tak pernah berbincang sedikit pun mengenai hati. Ketika hari ini saya menyadari betapa menghindarnya saya berujar rasa, saya semakin mengerti mengapa saya bersahabat dengan orang-orang itu. Kami adalah sekumpulan orang yang terlalu gagu, atau memang sekadar enggan, menuturkan perasaan.


Perempuan dan perasaan kerap kali disandingkan bagai sinonim. Hal yang sama berlaku untuk laki-laki dan logika. They were almost synonymous. Tetapi ada segolongan perempuan yang ternyata tidak mahir berbicara rasa. Just count me myself in.

Kala saya ingin mengutarakan apa-apa yang ada di pikiran, entah bagaimana pikiran sendiri juga yang memerintahkan untuk bergeming. Orang tua saya tidak tahu bagaimana perasaan saya kepada mereka. Teman-teman saya mungkin tidak pernah tahu seberapa sayang saya terhadap mereka. Semua perkara rasa rapat-rapat saya simpan sendiri. Seolah bercakap rasa terlampau mustahil untuk saya. Sekalipun ada banyak kalimat yang berlarian hilir mudik di kepala, saya kehilangan kata jika itu menyangkut rasa. Seluruh bahasa yang ada di otak saya seakan melarikan diri ketika hendak tersuarakan. I’m kinda awkward to talk about feeling.

It’s not even a good thing but I have to admit it: saya adalah perempuan yang tak piawai berbicara tentang rasa. Ketika rasa berjingkatan hendak terucap, saya juga yang menyuruhnya diam. Seolah bagi saya, tindakan saja cukup untuk menyampaikan segala yang tersirat. Mungkin itulah mengapa Allah memberi saya kemauan untuk selalu menulis: agar rasa tak hanya bertapa dalam raga.

Saya berharap akan datangnya masa di mana saya merasa begitu perlu berucap rasa.
-----
(Aku melihat semua jalan takdir ini seperti aliran-aliran sungai yang suatu saat nanti pasti akan bertemu di suatu titik. – Bulan Terbelah di Langit Amerika, Hanum Salsabila Rais)
image source: quotesgram.com

0 Comments:

Post a Comment

Videos

Jakarta, Indonesia

SEND ME A MESSAGE