-->

Hello, this is me!

Nur Imroatun Sholihat

Your friend in learning IT audit Digital transformation advocate a-pat-on-your-shoulder storyteller

4 Dec 2016

COLOUR RUN TRIBUN LAMPUNG 2016

  • December 04, 2016
  • by Nur Imroatun Sholihat

















Finally, I run again! Yeay.

Semenjak pindah ke Lampung, saya kangen banget ikut event lari yang biasanya saya ikuti di Jakarta. Entah saya yang ketinggalan info atau memang jarang ada event lari, pokoknya saya nggak pernah ikutan event lari apa pun di sini. Maka ketika terdengar kabar Tribun Lampung menggelar Colour Run 2016, saya tentu tidak melewatkan kesempatan langka ini.

Rencana awalnya saya mau ikut Musi Run di Palembang. Jarak Lampung-Palembang yang bisa ditempuh dengan sekali naik kereta menggiurkan banget buat nyoba lari di bumi sriwijaya itu. Tapi karena jadwal yang nggak memungkinkan (biar keliatan sibuk hihi), akhirnya saya ikutan yang di Lampung aja.

Lari adalah salah satu obat kalau saya sedang merasa tertekan selain membaca, jalan-jalan, ngobrol, dan menulis. Pantas saja skripsi menjadi momok yang begitu menakutkan bagi semua orang. It’s super scary indeed. Saya yang baru mulai ngerjain aja rasanya pengen melompati waktu terus tiba-tiba wisuda. Hahaha. Jadi lari kali ini benar-benar terapi stres saya akibat skripsi :)

Karena saya lagi “masuk gua” (80% gegulingan panik, 10% browsing nyari referensi, 10% nulis skripsi), saya jadi nggak punya persiapan khusus untuk lari kali ini. Biasanya kalau mau lari jarak jauh saya punya program latihan intensif tapi sekarang cuma latihan lari 2x  (-___-). Ah, tapi saya harus finish. Malu dong ngaku suka lari tapi giliran lari nggak finish. Itu mah sama aja kaya lagu “We Dont Talk Anymore”, ngakunya nggak punya perasaan tapi masih aja kepikiran *abaikan. 

(intro tulisan ini panjang banget ya *digebuk)
morning faces :(
Oke langsung aja, pagi ini saya dan Upi menuju Saburai yang merupakan titik start Colour Run. Kami memulai lari pukul 07:00 pagi dan harus berlari sejauh 7K. Sepanjang rute lari, saya berusaha untuk berlari cepat (tentunya dengan sesekali berjalan). Ketika sampai garis finish saya senang dan lega karena belum terlalu banyak orang yang melewati garis finish. Saya berusaha mencari-cari barangkali ada medali finisher bagi saya. Saya melihat ke arah panggung kemudian tersadar bahwa medali yang tersedia hanya sedikiiiit sekali dan itu pun rata-rata diraih oleh TNI dan Polri. Lemaslah kaki saya. Perasaan saya campur aduk banget. Ya bagaimana mungkin saya bisa mengalahkan mereka? Ini untuk kedua kalinya saya kecewa nggak dapet medali finisher. Bukan karena saya nggak finish dengan catatan waktu yang baik tetapi karena medalinya hanya sedikit sekali dan itu pun sudah dimenangkan oleh orang-orang yang memang dari sananya lebih cepat larinya dibanding saya. I can’t contain my mixed feeling. Aaarrrghhhh because I want to have a finisher medal so bad, I hate this kind of situation.
Rasa sebel saya cuma bertahan sebentar banget karena kemudian saya sadar, I run because I love it. Saya memang selalu pengen punya medali finisher tetapi kegagalan ini nggak bikin rasa suka saya terhadap lari berkurang. Bagian penting dari lari adalah kemauan untuk mengalahkan rasa malas dan rasa capek—that’s why bisa finish aja rasanya seneng kok. Still, I pray that one day I’ll get a finisher medal. :)

Saya berusaha menikmati rangkaian acara yang ada. Seru banget rasanya ikut event lari lagi setelah sekian lama absen. Oh iya, saya dan Upi dapat hadiah payung dari salah satu sponsor acara. Yeay.
both of us got an umbrella
Is it just me but run gave me random inspiration, for example cheesy gombal such as:
Rather than joining the colour run, should I run to the one who is colouring my life?
Next time I run again, I will not run to another finish line, but to your heart. Run to your heart, shall I?
*abaikan *iyain aja
-----
image source: quotefancy.com 

0 Comments:

Post a Comment

Videos

Jakarta, Indonesia

SEND ME A MESSAGE