PART
2: THE COLD REALITY STILL SURPRISE ME A LOT
![]() |
source: carolinachaves.deviantart.com |
“Jadi hari minggu besok reporter sama redaktur pada liputan semua
dan aku disuruh Pak Jaya ngeliput pertunjukan teater yang kita jadi media
partnernya. Boleh minta detail acaranya Nan?” Mas Satya menjelaskan alasan dia berada
di depan pintu divisi ini.
“Oh iya, Mas. Sebentar ya aku ambilin proposalnya.”
Kinan bergegas menuju mejanya mengambil proposal yang dimaksud.
Airlangga telah kembali sibuk mengetik.
“Ini Mas.” Kinan mengulurkan dokumen yang dimaksud. “Jarang banget
kayanya editor sampai harus turun liputan.”
source: lovequotesmessages.com |
Hari ini saya belajar tentang memaafkan. Memaafkan yang tidak
menuntut permasalahan yang melatarbelakangi terselesaikan terlebih dulu.
Memaafkan yang tidak menunggu pihak lain ngeh kalau
ada yang salah untuk kemudian meminta maaf. Memaafkan kali ini murni karena dibukakan hati
oleh Allah untuk memaafkan. Hari ini hati saya diringankan untuk memaklumi
hal-hal yang awalnya mengganggu pikiran saya. Kok bisa ya saya berubah dari
nggrundel ke menerima dengan ikhlas secepat ini, gumam saya dalam hati.
![]() |
source: hafizhphotostudio.blogspot.co.id |
Ibu, ada ribuan puisi dan lagu mengisahkanmu tentu bukan tanpa
sebab. Karena kau tidak habis diceritakan, buku-buku pun tidak akan pernah
tuntas mengujarkan. Lalu bagaimana aku harus menulis surat yang sesak oleh
rindu yang tertunduk sementara pujangga yang mahir berkata-kata saja seolah
tidak pernah belajar berbicara ketika diminta menceritakan tentangmu.
![]() |
source: comedy.co.uk |
Aku telah mengenalmu demikian lama meski tidak pernah
benar-benar dekat. Detak jantungku berjalan ritmis sekalipun melihatmu tersenyum dari kejauhan maupun ketika kita berhadap-hadapan. Darahku bergerak
dengan kecepatan yang sama saat kau tengah bercerita padaku atau saat aku tak
mengetahui ceritamu. Aku bernapas dengan normal tatkala kau melambaikan tangan
atau tatkala kau tidak menyadari keberadaanku. Semua baik-baik saja apapun
keputusan yang sengaja maupun tak sengaja kau ambil terhadapku.
Part 1: Hot Chocolate Surprise
![]() |
source: freepik.com |
Sebuah cup putih berisi coklat hangat dengan label namanya tergeletak manis di meja. Kinan menengok ke seluruh penjuru ruangan kerjanya barangkali menemukan sosok yang membawa minuman favoritnya itu ke sini.
“Kenapa, Nan?” Kedatangan Airlangga mengagetkannya.
Dia menoleh ke arah teman sedivisi yang kini berdiri di belakangnya. Tak seperti biasanya, Airlangga tampak sedikit berantakan seolah dia berlari kencang menuju kantor. Ada bercak cokelat di kemeja putihnya. Dia tersenyum sebab merasa berhasil menemukan sosok yang membuatnya penasaran.
“Do you join 'run to work' campaign or what? And why your shirt got stained?” Kinan menunjuk bercak kecil berwarna cokelat. Dalam hati dia tertawa kecil menyadari Airlangga yang selama ini terkesan cuek menunjukkan sisi lain kepadanya.
source: thequotes.net |
“Gitu doang mah gampang.”
“Dia aja bisa kok. Kamu harusnya lebih bisa.”
Have you heard those words? Sering? Unfortunately, saya baru saja mendengarnya. “iim aja bisa kok. Masa kamu nggak bisa?” Celetuk seseorang di hadapan saya. What do you mean by "iim aja bisa"? Bahkan ketika saya tahu tujuannya untuk menyemangati orang lain, disampaikan dengan nada becanda pula, saya tetap merasa tidak baik-baik saja. “Emangnya dulu kamu gimana ceritanya bisa lulus?” Ujarnya kembali seolah saya hanya sedang beruntung saja ketika lulus sertifikasi CCNA.
source: incarabia.com |
Cerita ini berlatar sore ini di tengah rapat
Unit Audit TI, unit tempat saya bekerja. Salah satu senior saya ketika
melaporkan pekerjaannya berkata, “Dalam mengerjakan pekerjaan tersebut, saya
terbantu oleh iim yang sudah membuat daftar ini. Datanya sulit didapat tetapi
iim berusaha keras untuk bisa mengumpulkannya. Terima kasih ya, Im”
Tanggal 21-22 November kemarin
saya mengikuti yudisium dan wisuda di kampus saya, Unila. Sempat
bimbang apakah saya akan ikut acara tersebut atau tidak mengingat saya sudah
kembali bekerja. Lagi pula seperti yang teman-teman saya bilang, “kita sudah
terlalu tua untuk berselebrasi.”. Tapi akhirnya saya memutuskan untuk datang sebab
jauh di lubuk hati, saya menghargai pencapaian apapun untuk dirayakan. We’re
never too old to celebrate happiness.
![]() |
source: weheartit.com |
I’m
afraid whenever I want to confess
I
will speak much less than what I’ve planned
So
I only set my eyes straight to yours
Hoping
you can swim across them to my brain
Will
it is enough to replace all my voices?
A must visit place in KL: Petronas Twin Towe |
Nah setelah
di part 1 dan part 2 sudah diceritakan sisi serius (yang sebenarnya nggak serius-serius amat) dari keikutsertaan saya di
CAAGA Conference 2017, kali ini saya akan bercerita sisi main-mainnya. Meskipun
ini adalah kali kedua saya pergi ke KL, kota ini tetap saja menarik untuk
dikelilingi. I guess there's no "boring" term in travelling dictionary. Selama berkeliling KL saya menggunakan 3 moda transportasi yaitu LRT
(hotel tempat saya menginap dekat dengan stasiun LRT), Bis GoKL, dan jalan kaki
(iya harus banget disebutin. Soalnya kadang beberapa tempat wisata berdekatan
jadi harus jalan kaki). FYI, jenis wisata yang saya lakukan adalah wisata
foto-foto, bukan wisata belanja atau wisata kuliner. Maklum wisatawan sederhana
:p
with Mr. Yuliansyah |
Saya baru saja menghadiri Comparative Asia Africa Governmental Accounting (CAAGA) Conference 2017 di Subang Jaya, Malaysia. Keikutsertaan saya di conference ini bermula dari ide pembimbing saya yang meminta saya mengubah skripsi saya menjadi format paper. Beliau kemudian mengirim tulisan kami (yang Bahasa Inggrisnya entahlah itu. I'm fully taking responsibility for the quality of english used. Lol) ke proofreader. Setelah tulisan kami melalui proses proofreading, Beliau mengirimnya ke CAAGA Conference 2017. Pada tanggal 20 Oktober, kami menerima notification of paper acceptance. Aaaaaaaaaahhhh I couldn’t contain my feeling. Langsung bersujud nangis terharu aja gitu. Saya telah memimpikan ini demikian lamaaaa. Sejak SMP, saya berdoa semoga suatu saat nanti saya bisa masuk jurnal internasional dan kini akhirnya terwujud. Allah memberi saya 2 kejutan: terwujud lebih cepat dari yang saya rencanakan dan di level jurnal yang lebih dari yang saya targetkan. Dulu sih saya berpikir harus nunggu S2 dulu terus masuk jurnal apa aja boleh yang penting internasional. Ternyata seusai S1 saya bisa diterima di jurnal Scopus. All praises to Allah for giving me such a blessing.
image source: lovethispic.com |
Sebuah kejadian di pagi ini menyadarkan saya tentang
betapa tepat waktunya Sang Pengatur Kehidupan. Menjelang berangkat bekerja saya
tiba-tiba menerima telepon cukup lama tentang persiapan perjalanan saya dan
seorang dosen di kampus saya dulu untuk mempresentasikan paper kami. Jarum di
jam tangan seolah menegur saya untuk segera berangkat tetapi saya tidak enak
hati memotong obrolan yang cukup penting itu. Lalu saya berdoa: “Semoga nanti
saya tidak perlu nunggu angkot sehingga saya tidak terlambat, Ya Allah”
![]() |
source: pinterest.com |
Tak
ada payung untukku malam ini
Hanya
selembar plastik tipis
Yang
usang terpakai berkali-kali
Kulipat
asal saja lalu kucari saat air berguguran
(Usually, I refrained from sharing a very
personal story especially about my sorrow over finding someone. But I ended up
wanting to write it as an encouragement for other people who are in the same
situation as me. Please cheer up and smile.)
Cerita ini bermula dari ngobrol dengan beberapa teman
tentang membeli rumah. Beberapa teman saya yang sudah menikah bisa
membeli/mencicil rumah bersama pasangannya. Beberapa bahkan sudah mencicil
rumah bersama calon pasangan/pacar mereka sebelum menikah. Tetapi saya hanya
bisa tersenyum setiap kali ajakan untuk membeli rumah tinggal di Jakarta datang
pada saya. Sendirian mencicil rumah di Jakarta tentu hampir-hampir tidak
mungkin dengan penghasilan saya saat ini. Padahal harga rumah semakin mahal
dari waktu ke waktu. Tentu saya ingin segera membeli sebelum harganya tak
terjangkau lagi. Tetapi saya bisa apa.
![]() |
source: mhsdailycomet.com |
Kau pernah menatap mataku dengan nyala
Bergumam keindahan bumi terbahasakan dalam puisi
Setiap lariknya adalah batu bata
Dan majas-majas itu semennya
![]() |
source: twitter.com/safina5x |
Tonight, I’ll go back to Jakarta leaving the city I’ve
been into for the last 2 years. When I went to perform subh prayer with Upi, we
talked about this very last day we’ll stand in the same land. I said to her,
“but it’s kinda surprising that we’re much stronger than we thought before,
right?”
“You haven’t changed at all after 8 years.”
He
said
Discreetly
smiling
“We’ve
been friends for that long?”
She
said
Translation: You’ve
been my ideal type for that long?
“And
still counting.” He gazed into her eyes while questioning
Were
they gracefully dancing or quietly shaking
![]() |
source: pinterest.com |
(The content of this post is taken from my personal
diary. I just finished writing it and somehow managed to post it here.)
Di salah satu hari di Bulan September saya dilahirkan.
Di hari itu di setiap tahunnya, saya membiasakan diri untuk menulis surat untuk
september yang akan datang, membaca surat yang saya tulis di september tahun
lalu, serta berkontempelasi mengenai hidup saya setahun terakhir. Tahun ini,
karena kesibukan mempersiapkan ujian komprehensif, saya baru melakukan ketiga
hal tersebut hari ini. Saya akan memulainya dengan membahas isi surat dari diri
saya setahun yang lalu.
source: gxo4r801.adtddns.asia |
(Sorry beforehand for it is a rather long story. Hehe.)
Tulisan ini akan menjelaskan babak akhir dari
perjalanan skripsi saya. Setelah menyelesaikan seminar hasil, saya harus
merevisi skripsi untuk mendapat acc ujian. Dari proses revisi ini saya belajar
bahwa kita semua memiliki potensi yang belum kita maksimalkan. I couldn’t contain
my thankfulness to the examiner, Mrs. Rindu Rika Gamayuni, for pointing out my thesis’s
flaws. Kalau Beliau nggak pernah bilang skripsi saya seperti laporan PKL dan
saya harus menambahkan analisis yang mendalam, saya mungkin masih terjebak di
level saya yang sebelumnya. Oh ya, skripsi ber-acc ujian merupakan salah satu
persyaratan pendaftaran ujian pendadaran dan ujian komprehensif. Berhubung
syarat pendaftaran kedua ujian tersebut cukup banyak, saya jadi cukup
mondar-mandir mengumpulkan syarat. Setelah semua terkumpul, babak ujian pun
dimulai.
![]() |
source: oogopdetoekomst.com |
Setelah di
tulisan sebelumnya diceritakan perjalanan saya sampai mendapat dosen pembimbing
baru, akhirnya saya memulai bimbingan skripsi bersama kedua orang hebat yang
mengiringi perjalanan saya itu. “Don’t give up” was the constant encouragement
they said to me.
4. Menulis Proposal Skripsi.
Nah setelah
mendapat dosen pembimbing baru saya akhirnya saya memulai menulis proposal
skripsi. Sebelum bimbingan, tulisan saya harus melewati editing dari Aldo biar
nggak malu-maluin Bahasa Inggrisnya. Nulis skripsi in english punya risiko bawaan berupa dikoreksi grammar-nya oleh dosen pembimbing dan saya cuma
bisa sok tegar gitu padahal malu. Dan dampak positifnya saya jadi
dipaksa belajar Bahasa Inggris lebih keras lagi. Saya jadi banyak baca
referensi luar negeri biar tulisan saya nggak kaku. Saya nggak ragu sesekali
baca ulang materi misal: passive voice, conjunction, dll. Saya juga install
google translate di ponsel sebagai alat bantu kalau udah stuck banget. Pokoknya special thank to Merriam-Webster Dictionary
dan Google Translate deh.
Alhamdulillah. Finally I finished my study safely
(lol). The tough journey to obtain the “Bachelor of Economics” title has
finally come to an end. So, I’ll share you the story behind my undergraduate
thesis and what I learnt from it. I write this with no intention to show off my
thesis or something similar to that. I just want to share the emotions,
feelings, and encouragement for everyone who is writing a thesis or will write
a thesis someday.
source: pixmix.it |
Jadi,
tahapan-tahapan yang saya lalui ketika menulis skripsi antara lain:
"You must be patient. Even if the pains of waiting and wishing and praying tire you, be patient. Even when long periods of time pass by and others are blessed with what they’ve been praying for while you still wait, be patient. For Allah does not waste the effort of the doers of good. He delays His response only to hear you call to Him more. Be patient. For what awaits you is sweeter than the bitterness of longing."(Unknown)
![]() |
source: pinterest.com |
(I don’t usually share a very
personal story but this time I feel like making this story spoken out. It’s
just… my heart scattered into pieces. Oh Allah, pardon me for being
downhearted. I know You know what's inside my heart even the things I don't
know. I'm ashamed for my constant complaint though.)
Sedari kecil, hal-hal dalam hidup
saya sepertinya terlambat. Penundaan seolah menjadi kawan baik saja dari hari
ke hari. Saya terlambat dalam banyak hal mulai dari mengerti tentang dandan
(sampai awal masa kuliah pun saya belum paham konsep untuk terlihat menarik.)
sampai terlambat mendapatkan hal-hal yang penting bagi kehidupan.
source: theislamicemailcircle.com |
“Jadi apa doa yang sering kau
ucapkan?”
“Ya Allah, jauhkan aku dari cinta
yang tidak mendekatkanku pada-Mu.” Kau bertutur tenang seolah telah begitu
kerap melafalkannya.
Pagi itu terasa demikian hening di
telinga. Hatiku sesak sekalipun pikiran tengah tersenyum. Aku seharusnya senang
bukan sebab tak perlu melihatmu mencuri pandang pada seseorang atau bergerak
mendekatinya? Aku semestinya berbahagia kau menceritakan rindu melalui doa,
bukan melalui senyum malu-malu ketika berhadapan dengan seseorang yang
dimaksud. Tetapi entah mengapa aku tak putus bertanya-tanya.
Complex (n): an emotional problem that causes someone to think or
worry too much about something (Merriam-Webster Dictionary)
source: englishblog.com |
Lately, I just figured out this
hidden mental circumstance of everyone’s: people have their own complex. Di
balik setiap senyum dan tawa, kita tidak pernah tahu complex macam
apa yang mendera. Di belakang kebahagiaan yang tergambar di wajah seseorang,
mungkin saja ada emosi yang naik-turun bak mengendarai roller coaster. Semakin
saya mengenali seseorang, semakin kompleks keadaan mental yang terdapat di
dalam raganya. Pada akhirnya saya mengamini kebenaran filosofi jawa yang
berbunyi “urip mung sawang sinawang” (hidup hanyalah saling memandang). Karena
kita menilai hanya dari yang terlihat, kita merasa kehidupan kita sulit
sementara manusia lainnya menjalani kehidupan yang menyenangkan. Sebaliknya,
mungkin orang yang kita nilai permasalahan hidupnya lebih sederhana justru
melihat kita sebagai orang yang hidupnya lebih mudah. Karena manusia menilai
yang tampak, bukan yang sebenar-benarnya dialami dan dirasakan.
![]() |
source: pinterest.com |
Rumah selalu berarti akar bagi
saya. Tempat di mana saya diingatkan tentang tujuan-tujuan saya. Tempat di mana
saya kembali mengatur langkah setelah kehilangan arah dan lelah. Tempat di mana
saya diingatkan darimana saya berasal serta langkah permulaan perjuangan.
Tempat di mana saya mengetahui bahwa rasa susah payah adalah sesuatu yang
membesarkan saya. Saya menjadi seseorang yang cukup kuat (menurut pandangan
saya) karena saya dibesarkan bersama kesulitan. And now I realized, hardship
was what made me moving forward.
So when all the old memories coming
back in my mind, I remember this song. Song Mino menulis lagu ini untuk
mencurahkan kisah perjuangan 6 tahun dalam kegagalan untuk kemudian berdiri
menceritakan rasa takut yang mendera hari-harinya. The song entitled “Fear” by
Song Mino featuring Taeyang was first performed on the most-talked hip hop
competition “Show Me The Money” Season 4.
![]() |
source: islamiconlineuniversity.com |
Pada tanggal 19-25 Juli 2017
kemarin, saya mengikuti workshop perfilman yang diselenggarakan oleh Kemdikbud
di Medan. Saya mengambil kelas penyutradaraan karena kebetulan Aini yang
mengabari saya tentang adanya seleksi workshop ini sudah mendaftar kelas yang
saya inginkan, penulisan skenario. Saya tentu tidak enak hati jika harus
bersaing dengannya yang telah menjadi perantara informasi ini. Singkat cerita,
hari pengumuman tiba dan Aini lolos sementara saya tidak. Saya sungguh senang
Aini mewujudkan cita-citanya naik pesawat tapi nggak perlu bayar (hehe). I told
Aini: “Allah showed us that dreaming and praying aren’t useless at all”. Meanwhile,
saya kemudian menertawakan diri saya sendiri. Ya gimana mau lolos sementara
bikin film aja baru sekali itu pun dengan kualitas yang sungguh patut
ditertawakan .
(It's an appreciation post to Junghwan. The truth is, I can’t
help writing about him. Sorry for this mushy unimportant story as my heart
should’ve moved on. Hihi)
![]() |
source: hugumagita.blogspot.co.id |
Akhir-akhir ini dua orang sahabat
saya sedang menonton my all-time favourite drama, Reply 1988. Jika kalian
membaca tulisan saya yang berjudul “Reply 1988”, kalian pasti tahu bahwa saya
masih nggrundel atas ending dari drama ini. Bahkan sampai
sekarang, saya masih sakit hati ketika mengingat episode 18-nya. Dan rasa
nelangsa tiba-tiba muncul lagi karena dua sahabat saya ini adalah #teamtaek.
Obrolan mereka tentang Taek membuat saya tertinggal dalam kubangan kesedihan sebagai
#teamjunghwan sendirian :p
![]() |
source: pinterest.com |
Suatu sore bersamamu, aku
menikmati angin yang tak terlalu sibuk berlalu-lalang. Dedaunan meliuk perlahan
mengikuti irama angin yang berjingkat lambat. Suara gemerisik daun-daun yang
saling bertegur sapa dan berjabat tangan berpadu dalam akapela. Suatu sore itu
langit berwarna jingga dan pipimu memantulkan warnanya.
Holla I’m back. Saya sedang pulang kampung dan
jaringan selular di sini menyedihkan. Hehe. Saya memutuskan mengganti provider
dan yeaay saya terhubung kembali dengan blog. Masih dalam suasana lebaran, saya
ingin mengucapkan “Taqabalallahu minna wa winkum” semuanya. Mohon maaf atas
segala kesalahan dan kekhilafan saya. Semoga kita semua menjadi pribadi yang
semakin baik seiring bergulirnya waktu. Aamiin.
source: barefootmeds.wordpress.com |
Happy ending (n.): an
ending of the plot of a work of fiction in which almost everything turns out
for the best for the protagonist, their sidekicks, and almost everyone except
the villains. (Wikipedia)
Beberapa waktu yang lalu Anggi
menantang saya untuk menulis dengan tema (Un)Happy Ending. She said, “not every
story has a happy ending, right?”. Entah mengapa saya harus berpikir keras
untuk menjawab pertanyaan tersebut. Semua orang pasti ingin akhir yang bahagia
tetapi tentu tidak semua mendapatkannya. Ada bagian dari pikiran saya yang
seolah menolak mengiyakan. Sebagian lain dari otak saya merasa terpukul seolah
baru saja diberi tahu sesuatu yang melawan gambaran ideal dan saya belum
mengetahui sebelumnya. The fact is, everyone already knows it but still
expecting only a happy ending.
source: culture24.org,uk |
Senyummu yang melengkung di layar
menjawab sesuatu yang kerap kali menjadi tanda tanyaku. Lengkungnya menyerupai
lengkung bulan di jendela kamarku. Matamu yang tenggelam kala tersenyum bak
matahari yang tenggelam di langit senja. Sinarmu yang teduh memayungiku setiap
hari tanpa aku tahu bahwa suatu saat sinar bisa saja meredup dan payung bisa
usang.
![]() |
source: pinterest.com |
“Iim kpn plg? Mm kangen.”
So, Mom, how’ve you been? It has
been 9 months I haven’t seen your face. Are you happy from time to time? I
never heard anything except you said you’re doing well. You must be well there,
right? I only saw your smile through the screen instead saw it directly. Did
you wear a smile even though I’m not around? You should know that your
well-beingness is always be my top priority.
![]() |
source: wikipedia.com |
(Alert: it contained spoiler of
The Genius Season 1)
I just finished watching The
Genius Season 1. Dan kalau saya menulis tentang sebuah tayangan yang menarik
hati saya, Rizki Wulandari alias Mbak Ki hampir selalu ada di belakangnya.
Baru-baru ini, Mbak Ki merekomendasikan “The Genius” kepada saya. Setelah
selesai menonton season 1 dari acara ini, it's safe to say that this show is my
ultimate favourite reality show. Saya suka konsepnya yang nggak sekadar menguji
kecerdasan para peserta tetapi juga kemampuan mengolah taktik dan strategi
serta kemampuan bekerja sama kala diperlukan. Para peserta memiliki latar
belakang yang berbeda-beda dan kemampuan memecahkan masalah menjadi seragam
mereka. Aturan dalam acara ini adalah seluruh peserta harus bertanding
dalam sebuah game di tiap episode. Pemenang di setiap episode akan mendapat
imunitas dari eliminasi dan berhak memberikan imunitas kepada 1 peserta
lainnya. Sementara peserta yang kalah dalam game akan memilih satu orang
peserta tanpa imunitas untuk bertanding bersamanya di death match guna
menentukan siapa yang tereliminasi. Sungguh dilematis ketika kita harus
menggunakan strategi yang kadang kala menuntut kita untuk menjatuhkan orang
lain tetapi orang-orang tersebut menjadi penentu siapa yang tereliminasi.
"A writer is someone for
whom writing is more difficult than it is for other people" - Thomas
Mann
Beberapa waktu yang lalu, saya dan
Upi (dianpalupi.com)
untuk pertama kalinya menulis bersama. Kisah ini dimulai saat saya mendengar
kabar lomba karya tulis ilmiah Sharia Economic Event (SEE) 2017. Momen ini
dengan ajaibnya menyatukan kami berdua dalam langkah yang seirama. Saya
menyukai ekonomi syariah, Upi baru saja PKL (praktik kerja lapangan) di salah
satu bank syariah. Akhirnya saya mengajaknya menulis bersama tentang pembiayaan
pembelian rumah (PPR) syariah di bank tersebut.
Tujuh tahun mengenalmu dan
menghabiskan tiga tahunnya untuk segala tanda tanya yang berawal dengan kata
mungkin. Ketika segala rasa yakin tidak terlalu yakin terucapkan. Tatkala semua
hasrat bersinonim dengan pengandaian.
Sebab sesungguhnya aku tak yakin bahwa kebahagiaan dan senyummu bukan hal yang paling kunikmati dalam hariku. Sejatinya aku tak sungguh-sungguh yakin bahwa aku bisa berlari ke arah selainmu ketika aku ingin berlari. Sejujurnya mau tak mau aku mengakui definisi dari mimpi dan doa telah menjelma dirimu.
![]() |
source: iStockphoto.com |
Aku suka mendengar suara-suara
lirih yang nyaris tidak terdengar di perpustakaan. Di antara suara-suara itu,
aku bisa memisahkan bunyi jarimu membalik halaman buku. Aku bisa mengenali
suara matamu yang berdansa dengan kata. Aku bisa mendengar tulang-tulang
rusukmu terangkat ketika menghela udara. Di tengah riuh rendah itu, aku bisa
membedakan suaramu ketika kau berbisik-bisik menceritakan sesuatu kepada
kawan-kawanmu. Aku bisa mendengar kalian merendahkan suara gelak tawa. Aku bisa
mengidentifikasi bunyi jemarimu melangkah di atas papan ketik. Aku berhasrat
mengintip puisi yang tengah kau hidupkan melalui sepuluh jari-jarimu. Jadi
sajak apa yang tengah berdenyut bersama detak jantungmu kini?
Back then, I
was a girl dreaming to be a writer. Now, I’m still a girl dreaming to be a
writer. Nothing really change on me: writing will always be my heart and soul.
Saya
sedang bersama dengan Upi ketika dia dengan iseng melakukan
pencarian nama saya di google. Upi menunjukkan sesuatu
yang mengingatkan bahwa sudah
demikian lama saya menyimpan kecintaan pada menulis. Di
laman pertama pencarian, sebuah buku berjudul “13 Cara Nyata Mengubah Takdir”
karya Jamal Ma’mur Asmani muncul. Di buku tersebut nama saya tercantum di
daftar pustakanya. Sepuluh tahun berlalu dan dalam urusan menulis, saya
tetaplah sama
image source: picturequotes.com |
Hati yang patah akibat
gagal mengisi acara di Jakarta belum sepenuhnya pulih ketika saya harus
berpindah ke kota lain yaitu Pekanbaru. Saya harus mempresentasikan esai saya
di final lomba esai FITION 2017 yang diselenggarakan Universitas Riau.
Persiapan saya untuk acara ini sangat minim (ternyata saya memang kurang
bersungguh-sungguh). Slide saya belum selesai dan saya
baru menyelesaikannya di ruang tunggu bandara. Huhuhu. Sesampainya di wisma
penginapan, saya langsung mengikuti technical
meeting dan pengundian nomor urut. Saya mendapat nomor urut terbaik untuk
terlihat bodoh: diapit oleh para kandidat juara. Saya masih mengingat nama-nama
finalis yang berada di urutan teratas dan mereka mendapat nomor urut di dekat
nomor saya (pity me). Saya cuma bisa ketawa. Hidup saya akhir-akhir ini sedang
malang jadi saya ketawa aja melihat kemalangan lain datang.
(First of all, pardon me for whining and grumbling so hard)
Pagi ini seharusnya saya mengisi sebuah acara Writing Workshop di Jakarta. Akan tetapi, kemalangan secara berturut-turut menghampiri saya. Saya kehujanan di tengah jalan menuju bandara kemudian balik ke kosan untuk mengambil jas hujan. Oleh karena itu, saya ketinggalan pesawat yang semula jadwalnya pukul 06:30. Saya membeli tiket baru penerbangan pukul 08:00 dan ternyata pesawatnya delay sampai pukul 11:30. Workshop yang seharusnya saya datangi itu selesai pukul 12:00. Saya seperti kehilangan semua tulang yang menyangga badan saya. Ada begitu banyak paku yang menusuk-nusuk hati saya. Dan di antara semua emosi yang kusut di batin, saya menguraikannya satu persatu.
Pagi ini seharusnya saya mengisi sebuah acara Writing Workshop di Jakarta. Akan tetapi, kemalangan secara berturut-turut menghampiri saya. Saya kehujanan di tengah jalan menuju bandara kemudian balik ke kosan untuk mengambil jas hujan. Oleh karena itu, saya ketinggalan pesawat yang semula jadwalnya pukul 06:30. Saya membeli tiket baru penerbangan pukul 08:00 dan ternyata pesawatnya delay sampai pukul 11:30. Workshop yang seharusnya saya datangi itu selesai pukul 12:00. Saya seperti kehilangan semua tulang yang menyangga badan saya. Ada begitu banyak paku yang menusuk-nusuk hati saya. Dan di antara semua emosi yang kusut di batin, saya menguraikannya satu persatu.
“Terima kasih atas usahanya mengingat saya, Pak,” saya membalas pesan Pak Tri Achmadi
“Mengingat iim tidak memerlukan usaha,” jawab Beliau

image source: quotesgram.com
Dunia seakan menghening begitu saja. Saya terdiam membaca selarik pesan dari seseorang yang selalu menyediakan dukungan penuh untuk saya. Malam ini mantan Kepala Bagian saya, Pak Tri Achmadi, menghubungi saya untuk membahas sebuah kegiatan yang saya akan dilibatkan di dalamnya. Ada haru yang memenuhi dada saya ketika orang-orang yang telah lama terpisah dengan saya masih mengingat dan ingin mengikutsertakan saya dalam agenda mereka. Saya kembali teringat titik awal saya melangkah memasuki dunia yang memperkenalkan saya dengan orang-orang hebat ini. Kini saya jatuh hati tanpa perlu berusaha—rasa betah berada di dunia ini telah menyatu bersama setiap butir darah.
Saya ingat ketika Pak Widodo pertama kali mengajak saya untuk bergabung dengan unit TI yang Beliau pimpin dengan alasan sederhana: “Bagian ini butuh perempuan, Im. Lihat, cuma ada Mbak Dema di sini,”. Apakah alasan seperti ini lumrah digunakan untuk merekrut seseorang? Hihihi
“Saya benar-benar bodoh Pak soal TI. Hihi,” saya menanggapi tawaran tersebut dengan bergurau.
“Karena itulah kamu akan belajar. Di sini,” pria yang kerap disapa Pak Wid itu menjawab. “Kamu mampu,” lanjut Beliau.
Hati saya bergemuruh seketika. Saya senang ketika orang lain meyakinkan bahwa saya bisa melakukan hal yang saya pikir mustahil. Sejak saat itulah, tekad saya bulat untuk masuk bagian ini. Tentu saja ini bukan dongeng di mana semua berjalan mulus. Saya masih ingat ketika Pak Wid memarahi saya (dan saya menangis sepanjang perjalanan pulang ke kosan karenanya), saya ingat ketika Pak Wid menasihati saya. Di hari-hari awal semua kesulitan yang terjadi terasa mencekik. Saya masih ingat setiap kalimat yang menjatuhkan mental di masa awal saya berada di sana. Sekalipun saya tahu senior saya bercanda, hati saya tetap tergores mendengarnya. (Anyway, semua teman-teman saya di bagian ini baik banget kok. Tersinggung hanya bagian super minor dari hari-hari menyenangkan bersama mereka.)
“Masa kaya gitu aja nggak bisa, Im?”
“Kamu kan di sini sudah beberapa bulan, masa cuma setting domain aja belum bisa.”
Ada begitu banyak momen di mana saya merasa teramat bodoh dan tidak pantas berada di sana. Ada sangat banyak kejadian yang membuat saya merasa tidak berguna. Tetapi saya harus terus berusaha untuk tidak tertinggal jauh dari pegawai lainnya. Saya terseok-seok belajar dengan kecepatan siput. Kepercayaan yang diberikan oleh Pak Wid tidak boleh saya sia-siakan. Ditambah Kasubbag saya kala itu, Bapak Gatot, pun menyematkan tanggung jawab besar di pundak saya. Meskipun jarang berkomunikasi secara langsung, saya juga selalu mendapat energi positif dari Pak Yudhy ketika saya ikut berada di tim pengembangan aplikasi LP2P. Saya tidak boleh menyerah sekali pun saya ingin melakukannya.
Lalu Pak Wid mutasi ke Kelompok Audit TI dan digantikan oleh Pak Tri Achmadi. Seiring dengan pergantian kepala bagian, saya juga dipindah ke subbagian yang dipimpin Bapak Yogi Ishwara. Pak Yogi yang tampak pendiam sesungguhnya sangat peduli pada bawahannya. Untuk kesekian kali saya merasa malu ketika Pak Yogi menyemangati saya untuk belajar ini dan itu yang semula terdengar demikian sulit. Saya sadar meskipun tidak terucap, Pak Yogi benar-benar ingin saya bisa melakukan hal-hal yang menakutkan bagi saya.
Ketika saya harus membahas Pak Tri maka ada setumpuk kalimat yang hendak saya utarakan. Saya kagum pada sosok sederhana yang berhati mulia ini. Beliau akan melakukan segala hal untuk memajukan para pegawainya. Beliau selalu menjadi yang terdepan untuk memastikan satu persatu bawahannya mendapatkan yang terbaik. Beliau menawarkan banyak kesempatan yang mulanya bagai mimpi bagi para stafnya. Beliau berlari dan mengajak orang-orang sekelilingnya ikut berlari meraih cita.
Mata saya sulit sekali menahan air mata ketika membicarakan orang-orang di atas. Ada begitu banyak ucapan terima kasih yang tidak sempat saya ucapkan untuk mereka. Terima kasih untuk selalu meyakinkan bahwa saya mampu sekalipun saya dungu. Terima kasih untuk mempercayai di saat saya tak memiliki apa-apa. Terima kasih karena tatapan kalian ketika melihat saya berusaha memberi saya kekuatan untuk berusaha lebih keras lagi. Saya malu untuk menyerah hanya dengan mengingat energi positif yang terus kalian tularkan kepada saya. Saya tidak ingin meragukan diri saya lagi sebab kalian telah meyakinkan saya. Saya akan berusaha sebaik mungkin agar suatu saat kalian dapat berkata “Sedari awal saya percaya bahwa dia bisa”.
Saat saya kembali ke kantor nanti dan jika saya tidak lagi bekerja di tim yang sama dengan kalian, tolong tetap bimbing saya. Saya rindu kalian. Sejak hari pertama saya melangkahkan kaki keluar dari ruangan itu, saya terus merindukan kalian. Saya mengingat kalian tanpa perlu berusaha mengingat. Ingatan tentang orang-orang yang meyakinkan bahwa saya mampu adalah ingatan yang selalu mendapat tempat di pikiran. Because recalling doesn't require any effort. It is just there. Sampai bertemu 9 hari lagi di gedung yang dahulu pertama kali mempertemukan kita semua :)
-------
(Ya Allah, I'm extremely thankful for the privilege to have them around)
“Mengingat iim tidak memerlukan usaha,” jawab Beliau
image source: quotesgram.com
Dunia seakan menghening begitu saja. Saya terdiam membaca selarik pesan dari seseorang yang selalu menyediakan dukungan penuh untuk saya. Malam ini mantan Kepala Bagian saya, Pak Tri Achmadi, menghubungi saya untuk membahas sebuah kegiatan yang saya akan dilibatkan di dalamnya. Ada haru yang memenuhi dada saya ketika orang-orang yang telah lama terpisah dengan saya masih mengingat dan ingin mengikutsertakan saya dalam agenda mereka. Saya kembali teringat titik awal saya melangkah memasuki dunia yang memperkenalkan saya dengan orang-orang hebat ini. Kini saya jatuh hati tanpa perlu berusaha—rasa betah berada di dunia ini telah menyatu bersama setiap butir darah.
Saya ingat ketika Pak Widodo pertama kali mengajak saya untuk bergabung dengan unit TI yang Beliau pimpin dengan alasan sederhana: “Bagian ini butuh perempuan, Im. Lihat, cuma ada Mbak Dema di sini,”. Apakah alasan seperti ini lumrah digunakan untuk merekrut seseorang? Hihihi
“Saya benar-benar bodoh Pak soal TI. Hihi,” saya menanggapi tawaran tersebut dengan bergurau.
“Karena itulah kamu akan belajar. Di sini,” pria yang kerap disapa Pak Wid itu menjawab. “Kamu mampu,” lanjut Beliau.
Hati saya bergemuruh seketika. Saya senang ketika orang lain meyakinkan bahwa saya bisa melakukan hal yang saya pikir mustahil. Sejak saat itulah, tekad saya bulat untuk masuk bagian ini. Tentu saja ini bukan dongeng di mana semua berjalan mulus. Saya masih ingat ketika Pak Wid memarahi saya (dan saya menangis sepanjang perjalanan pulang ke kosan karenanya), saya ingat ketika Pak Wid menasihati saya. Di hari-hari awal semua kesulitan yang terjadi terasa mencekik. Saya masih ingat setiap kalimat yang menjatuhkan mental di masa awal saya berada di sana. Sekalipun saya tahu senior saya bercanda, hati saya tetap tergores mendengarnya. (Anyway, semua teman-teman saya di bagian ini baik banget kok. Tersinggung hanya bagian super minor dari hari-hari menyenangkan bersama mereka.)
“Masa kaya gitu aja nggak bisa, Im?”
“Kamu kan di sini sudah beberapa bulan, masa cuma setting domain aja belum bisa.”
Ada begitu banyak momen di mana saya merasa teramat bodoh dan tidak pantas berada di sana. Ada sangat banyak kejadian yang membuat saya merasa tidak berguna. Tetapi saya harus terus berusaha untuk tidak tertinggal jauh dari pegawai lainnya. Saya terseok-seok belajar dengan kecepatan siput. Kepercayaan yang diberikan oleh Pak Wid tidak boleh saya sia-siakan. Ditambah Kasubbag saya kala itu, Bapak Gatot, pun menyematkan tanggung jawab besar di pundak saya. Meskipun jarang berkomunikasi secara langsung, saya juga selalu mendapat energi positif dari Pak Yudhy ketika saya ikut berada di tim pengembangan aplikasi LP2P. Saya tidak boleh menyerah sekali pun saya ingin melakukannya.
Lalu Pak Wid mutasi ke Kelompok Audit TI dan digantikan oleh Pak Tri Achmadi. Seiring dengan pergantian kepala bagian, saya juga dipindah ke subbagian yang dipimpin Bapak Yogi Ishwara. Pak Yogi yang tampak pendiam sesungguhnya sangat peduli pada bawahannya. Untuk kesekian kali saya merasa malu ketika Pak Yogi menyemangati saya untuk belajar ini dan itu yang semula terdengar demikian sulit. Saya sadar meskipun tidak terucap, Pak Yogi benar-benar ingin saya bisa melakukan hal-hal yang menakutkan bagi saya.
Ketika saya harus membahas Pak Tri maka ada setumpuk kalimat yang hendak saya utarakan. Saya kagum pada sosok sederhana yang berhati mulia ini. Beliau akan melakukan segala hal untuk memajukan para pegawainya. Beliau selalu menjadi yang terdepan untuk memastikan satu persatu bawahannya mendapatkan yang terbaik. Beliau menawarkan banyak kesempatan yang mulanya bagai mimpi bagi para stafnya. Beliau berlari dan mengajak orang-orang sekelilingnya ikut berlari meraih cita.
![]() |
nemu foto tugas ospek masuk kantor: foto dengan pejabat di kantor. Bersama Bapak Tri Achmadi. Such a memory :) |
Saat saya kembali ke kantor nanti dan jika saya tidak lagi bekerja di tim yang sama dengan kalian, tolong tetap bimbing saya. Saya rindu kalian. Sejak hari pertama saya melangkahkan kaki keluar dari ruangan itu, saya terus merindukan kalian. Saya mengingat kalian tanpa perlu berusaha mengingat. Ingatan tentang orang-orang yang meyakinkan bahwa saya mampu adalah ingatan yang selalu mendapat tempat di pikiran. Because recalling doesn't require any effort. It is just there. Sampai bertemu 9 hari lagi di gedung yang dahulu pertama kali mempertemukan kita semua :)
-------
(Ya Allah, I'm extremely thankful for the privilege to have them around)