KKN UNILA (PART 2): TO EDUCATE IS EVERYONE’S DUTY
- January 26, 2017
- by Nur Imroatun Sholihat
“Mendidik adalah
tugas setiap orang yang terdidik.” – Anies Baswedan
Beberapa hari
ini kegiatan saya di tempat KKN adalah mengajar. Kalau pagi saya mengajar di SD
N 2 Marga Agung dan sorenya saya mengajar di TPQ Abdillah. Program ini
dilaksanakan sebagai program sampingan selama KKN karena saya memang tertarik
dengan dunia pendidikan. Menjadi seorang pengajar selalu menjadi mimpi
saya sampai kapan pun.
Nah ceritanya kegiatan
saya kalau sedang break di siang hari adalah menonton video yang
sudah saya download sebagai persiapan KKN. Siang kemarin kebetulan saya menonton video-video TEDx salah satunya
dari Pak Anies Baswedan yang berjudul “Lighting Up Indonesia’s Future”. Beliau
menceritakan gerakan Indonesia mengajar yang digagasnya serta
pemikirannya tentang dunia pendidikan. Ahhhh, saya seperti sedang ditampar. The slaps I got were about these things:
1. Whenever I am, I Should Be All There
Just when I
started feeling uncomfortable living in the place I don’t feel being there, I was so ashamed to hear the story about the volunteers of Indonesia Mengajar.
Mereka dengan sadar meninggalkan semua kemudahan untuk hidup di daerah tanpa
listrik, tanpa sinyal, dan sulit air bersih. And here I am didn’t be all here. KKN
ini sebenarnya masih menjadi unek-unek sebab seharusnya kami tidak
KKN full 40 hari seperti halnya mahasiswa ekstensi batch sebelumnya. Awalnya
merasa terbebani tetapi sekarang saya justru merasa malu. Saya tidak seharusnya
mengeluhkan sinyal yang ilang-ilangan dan absennya segala kenyamanan yang
sementara saja harus ditinggalkan. Di mana pun saya berada, saya semestinya
berada di sana sepenuhnya termasuk menata hati saya untuk tidak tertinggal di
tempat lainnya. I shouldn’t miss Bandar Lampung as if I’m suffering so
bad here. I’m not suffering and I can endure this. Stay positive, im.
2. I Shouldn’t Take Everything For Granted
Meskipun baru
berjalan 8 hari, KKN mengajari saya banyak pelajaran penting. Saya acapkali mengabaikan detail kecil yang saya anggap biasa padahal ternyata bukanlah perkara sepele bagi orang lain. Ada banyak nikmat yang saya miliki begitu saja padahal hal itu harus diusahakan oleh sebagian orang. Ada banyak kemudahan yang saya terima
secara cuma-cuma tanpa sepenuhnya sadar bahwa itu adalah nikmat. Saya mengakui
betapa tidak sebandingnya nikmat Allah dengan rasa syukur saya. Saya sombong
terhadap nikmat Allah. Saya malu. Dibanding saya yang kadang-kadang masih nggrundel, seharusnya saya menjadi orang yang kewalahan bersyukur.
Pokoknya saya
sangat kurang bersyukur. Bahkan ketika kata “Alhamdulillah” berkali terucap rasanya
itu semua belum sebanding dengan kesyukuran yang seharusnya saya miliki. Dan
kalau hati ini masih sering merasa susah, mungkin benar saya kurang melihat ke
bawah. Saya menganggap segalanya harus berjalan baik-baik saja tanpa
sejenak menoleh dan melihat betapa banyaknya orang yang masih sibuk mengusahakan kehidupan yang layak. Duh, mau sampai kapan kamu mengingkari nikmat Allah, im?
For everything I
have right now, I won't to take it for granted. I’ll cherish every single favour and do my
bestest to be someone befitting the favours I received. For that, I need the constant
reminder to be grateful :)
3. To Educate is Everyone’s Duty
Sebenarnya ini
bukan pertama kalinya saya menonton video TEDx tentang gerakan Indonesia Mengajar,
tetapi kali ini timing-nya benar-benar tepat. Saya menontonnya tepat
ketika saya mulai kehilangan semangat untuk mengikuti KKN. Timing-nya
tepat ketika saya merasa membuang-buang waktu sementara tidak memberi
kontribusi yang sepadan.
Saya memilih untuk mengajar sebab saya setuju dengan pendapat Anies Baswedan bahwa mengajar adalah tugas setiap
orang terdidik (if I may say it’s indeed everyone’s duty). Jika tidak dengan mengajarkannya,
bagaimana kita bisa melestarikan ilmu? Jika tidak
menularkan pengetahuan walaupun hanya sedikit, bagaimana kita memastikan ilmu kita bermanfaat lebih? Mengajar tidak harus berdiri di depan
kelas atau secara formal menjadi seorang pengajar. Mengajar bisa dilakukan di
antara 2 orang, di tengah-tengah obrolan ringan, di mana pun kita berada.
Tularkan ilmu kita walaupun hanya sedikit. Terdapat hadist yang berbunyi,
“Sampaikanlah walau hanya satu ayat”. Iya, walaupun hanya satu kalimat,
sebarkan pengetahuan yang kita miliki. I know I’m not
in the position to say this thing but let’s carry out the duty to spread the
knowledge we had to other people :)
My respect to all the teachers and people who keep spreading their knowledge :)
"Kalian harus belajar berani ngomong di depan. Siapa yang berani?" Suddenly all of them raised their hands. Grow up well, kiddos ❤ |
4. Easily Fall for Children
Mengajar di SD
dan TPQ membuat saya sekali lagi menyadari bahwa saya sangat mudah kesengsem pada
pesona anak-anak. Saya senang melihat senyum anak-anak. Saya senang melihat mata
berbinar-binar anak-anak. Saya suka berada di antara anak-anak.
Hari ini saya
berjanji untuk menjadi seorang ibu yang nantinya mengajari anaknya dengan sebaik-baiknya. Semoga Allah memudahkan saya untuk menjadi seorang ibu yang selalu
mengusahakan yang terbaik untuk anaknya. Saya juga berdoa semoga saya selalu
diberi kemauan untuk menularkan ilmu yang saya miliki meskipun hanya sedikit. I
pray for these things, Ya Allah.
Saya ingin
mengerahkan kemampuan saya--sekecil apapun itu, untuk menjadi satu titik di antara
cahaya optimisme Indonesia. Let’s run together to brighten up Indonesia’s
future.
0 Comments:
Post a Comment