![]() |
source: wikipedia.com |
(Alert: it contained spoiler of
The Genius Season 1)
I just finished watching The
Genius Season 1. Dan kalau saya menulis tentang sebuah tayangan yang menarik
hati saya, Rizki Wulandari alias Mbak Ki hampir selalu ada di belakangnya.
Baru-baru ini, Mbak Ki merekomendasikan “The Genius” kepada saya. Setelah
selesai menonton season 1 dari acara ini, it's safe to say that this show is my
ultimate favourite reality show. Saya suka konsepnya yang nggak sekadar menguji
kecerdasan para peserta tetapi juga kemampuan mengolah taktik dan strategi
serta kemampuan bekerja sama kala diperlukan. Para peserta memiliki latar
belakang yang berbeda-beda dan kemampuan memecahkan masalah menjadi seragam
mereka. Aturan dalam acara ini adalah seluruh peserta harus bertanding
dalam sebuah game di tiap episode. Pemenang di setiap episode akan mendapat
imunitas dari eliminasi dan berhak memberikan imunitas kepada 1 peserta
lainnya. Sementara peserta yang kalah dalam game akan memilih satu orang
peserta tanpa imunitas untuk bertanding bersamanya di death match guna
menentukan siapa yang tereliminasi. Sungguh dilematis ketika kita harus
menggunakan strategi yang kadang kala menuntut kita untuk menjatuhkan orang
lain tetapi orang-orang tersebut menjadi penentu siapa yang tereliminasi.
"A writer is someone for
whom writing is more difficult than it is for other people" - Thomas
Mann
Beberapa waktu yang lalu, saya dan
Upi (dianpalupi.com)
untuk pertama kalinya menulis bersama. Kisah ini dimulai saat saya mendengar
kabar lomba karya tulis ilmiah Sharia Economic Event (SEE) 2017. Momen ini
dengan ajaibnya menyatukan kami berdua dalam langkah yang seirama. Saya
menyukai ekonomi syariah, Upi baru saja PKL (praktik kerja lapangan) di salah
satu bank syariah. Akhirnya saya mengajaknya menulis bersama tentang pembiayaan
pembelian rumah (PPR) syariah di bank tersebut.
Tujuh tahun mengenalmu dan
menghabiskan tiga tahunnya untuk segala tanda tanya yang berawal dengan kata
mungkin. Ketika segala rasa yakin tidak terlalu yakin terucapkan. Tatkala semua
hasrat bersinonim dengan pengandaian.
Sebab sesungguhnya aku tak yakin bahwa kebahagiaan dan senyummu bukan hal yang paling kunikmati dalam hariku. Sejatinya aku tak sungguh-sungguh yakin bahwa aku bisa berlari ke arah selainmu ketika aku ingin berlari. Sejujurnya mau tak mau aku mengakui definisi dari mimpi dan doa telah menjelma dirimu.