-->

Hello, this is me!

Nur Imroatun Sholihat

Your friend in learning IT audit Digital transformation advocate a-pat-on-your-shoulder storyteller

4 Sept 2020

APA YANG SAYA PELAJARI DARI JUNGHWAN: KEINGINAN UNTUK MEMBERIKAN LEBIH BANYAK USAHA UNTUK SESUATU

  • September 04, 2020
  • by Nur Imroatun Sholihat
via muthia-maharani.blogspot.com

(Tulisan ini adalah versi bahasa Indonesia dari tulisan saya sebelumnya: What I Learned from Junghwan: The Wish to Put More Effort into Something)

Jika kalian sudah menonton Reply 1988, siapa yang kamu dukung?
Adakah #teamJunghwan di sini?

Annyeonghaseyo! (Oke biarkan saya menyapa dalam bahasa Korea. ㅋㅋㅋ). Saya kembali dengan tulisan tentang Junghwan, karakter fiksi yang dibuat oleh Lee Woo Jung, lagi dan lagi tanpa tahu malu. Hehe. Jika kalian belum menyadarinya, saya bisikkan sesuatu ya: saya sangat menyukai Reply 1988 (dan salah satu alasan klasik yang saya sebutkan adalah karakter second male lead-nya: Kim Junghwan). Jadi maafkan saya menulis lagi cerita yang berpusat pada Junghwan karena saya tidak bisa tidak melakukannya. Anyway, jika kalian belum membaca tulisan saya tentang Junghwan sebelumnya, kamu bisa membacanya di sini.


Mari kita menyelami topik sebenarnya: penyesalan. Alih-alih alur drama pada umumnya yaitu celakanya-tokoh-utama-perempuan-tidak-mencintainya, kegagalan second male lead dalam cerita ini sesederhana karena dia belum melakukan yang terbaik. Saya teringat saya menangis tersedu-sedu ketika Junghwan memutuskan untuk tidak memperjuangkan perempuan yang dia cintai karena asumsi bahwa perasaan mereka tidak sama. Dia menahan diri karena berpikir kesempatan itu bahkan tidak pernah ada. Jadi yang membuat Reply 1988 begitu pahit adalah kenyataan bahwa perasaan mereka berbalas tetapi ketidaktegasan Junghwan membuat sang tokoh utama perempuan akhirnya menyerah. Dia sepenuhnya memiliki peluang tetapi diselubungi kebimbangan untuk bergerak maju. Dan ketika dia akhirnya berkeinginan untuk menunjukkan perasaannya, waktunya sudah benar-benar tidak tepat. (seperti yang Junghwan katakan: istilah lain dari takdir adalah timing *ulurkan tisu ke saya karena kutipan itu mengingatkan saya pada adegan yang sangat menyakitkan di seri ketiga Reply series itu). Tokoh utama perempuan sudah berpindah ke lain hati setelah sekian lama menderita karena sikap ambigu Junghwan. Tersisa Junghwan dengan penyesalan yang menyakitkan: dia berharap dia berusaha lebih untuk perempuan itu.
via soompi.com
Tetapi menurut saya, mengapa Junghwan menjadi karakter yang sangat menawan bagi pemirsa, meskipun dia bukan tokoh utama pria dalam drama tersebut adalah karena kita SEMUA dapat terhubung  secara personal dengan kisahnya. Dia adalah karakter yang masing-masing dari kita dapat terikat secara emosional dengannya dan pada saat yang sama belajar darinya. Junghwan mewakili momen-momen yang terlewatkan, peluang yang hilang, banyaknya keragu-raguan, kesempatan yang terbuang percuma, kesadaran yang datang terlambat, waktu yang tidak bisa terulang, kehampiran yang dengan kejamnya berlalu, “seandainya saja aku tahu , aku akan… .. ”, dan semua keputusan penuh penyesalan yang kita buat. Kita semua secara pribadi pernah mengarungi pengalaman semacam itu. Terkadang kita masih berpikir "seandainya saja…." seolah-olah pengandaian bisa mengubah masa lalu yang penuh penyesalan. Bahwa kita berharap kita berjuang lebih keras. Bahwa begitu ingin kita dapat mewujudkannya.

Jadi mari kita berjanji pada diri kita sendiri untuk tidak meremehkan peluang yang datang dan memanfaatkannya sebaik mungkin.
---
Baca juga:

0 Comments:

Post a Comment

Videos

Jakarta, Indonesia

SEND ME A MESSAGE