-->

Hello, this is me!

Nur Imroatun Sholihat

Your friend in learning IT audit Digital transformation advocate a-pat-on-your-shoulder storyteller

6 Feb 2021

MY TAKEAWAYS FROM AUSTRALIA AWARDS SCHOLARSHIP (AAS) SELECTION PROCESS

  • February 06, 2021
  • by Nur Imroatun Sholihat
image source: australiaawardsindonesia.org

Halo semuanya! Saya kembali setelah mengambil jeda “nggak ngapa-ngapain” pasca melewati serentetan ujian (termasuk ujian yang akan saya bahas ini) di akhir tahun lalu. Hehe. Di sini saya ingin membagi pengalaman saya mendaftar beasiswa dari Pemerintah Australia itu hingga menjadi salah satu awardees-nya (Alhamdulillah). Saya berharap melalui tulisan ini bisa memberikan insight kepada para pendaftar AAS agar jalannya lebih lancar. Dan inilah takeaways yang saya dapatkan dari proses seleksi itu:


A. Seleksi Tahap 1

 

1. Perbanyak Informasi


Carilah informasi sebanyak-banyaknya dengan membaca/bertanya mengenai pengalaman para alumni, berdiskusi dengan orang-orang sekeliling kita tentang rencana studi kita, dll. Knowledge is power, right? Informed decision is always supposedly better, right?


2. Penuhi Semua Ketentuan (Baik Persyaratan maupun Dokumen)

 

Ketika hendak mendaftar beasiswa ini, buatlah list dokumen-dokumen yang diperlukan kemudian pastikan semuanya tersedia dan perhatikan pula detailnya (apakah harus yang asli atau sudah diterjemahkan dalam bahasa Inggris, apakah yang diperlukan adalah versi legalisir-nya.) dan pastikan dokumen itu dapat dibuka di aplikasi pendaftaran (oasis.dfat.gov.au dan australiaawardsindonesia.org) (cerita dari seorang teman: salah satu dokumen yang diunggahnya ternyata tidak bisa dibuka di aplikasi pendaftaran tersebut dan baru ketahuan setelah pengumuman ketidaklulusan). Pay attention to all the requirements because after all, you can't win a game if you don't know (and follow) the rules :)


Oh ya, semua ketentuan tersebut dapat dibaca di AAS policy handbook.


 3. Persiapkan Sertifikat Academic IELTS

 

Sebelum mendaftar beasiswa S2, saya terlebih dahulu menyiapkan diri dengan belajar IELTS dan mengambil tes tersebut. Menurut saya, penting untuk mempersiapkan ini agar saat masa pendaftaran tiba, kita sudah berbekal sertifikat yang nilainya memenuhi standar. Persiapan yang saya lakukan kala itu selama sebulan adalah:

a. Berlatih listening setiap pagi sebelum bekerja. Setiap hari saya mengerjakan setidaknya 1 paket soal di channel The IELTS Listening Test dan mendengarkan podcast/video dalam bahasa Inggris.

b. Berbicara dengan diri sendiri hanya dengan bahasa Inggris dan menonton video contoh tes speaking di Youtube

c. Mencari contoh soal writing Academic IELTS (yang bertebaran di internet) dan mencoba menjawabnya dalam waktu yang ditentukan. Selain itu, saya juga mendorong diri saya untuk menulis di blog dalam bahasa internasional itu.

d. Membaca hanya artikel, buku, dan referensi dalam bahasa Inggris (bahkan mencari info tentang apapun di Google, saya menggunakan keyword dalam bahasa Inggris)

e. Pleaseeeeeeeeee visit ieltsliz.com often! It is a very recommended website to prepare your IELTS exam :)

 

4. Pilih Kampus dan Jurusan yang Benar-Benar Tepat

 

Percayalah bahwa tahapan ini sangat penting sebab akan menjadi darah dari narasi yang kita bangun (dengan diri kita sebagai jiwanya). Pastikan bahwa kita memilih jurusan dan kampus yang benar-benar mencerminkan diri kita. Luangkan waktu untuk ngubek-ubek website beragam kampus dan jurusan sampai kita yakin bahwa silabusnya, atmosfer kampusnya, sampai suasana kotanya sungguh tepat hingga membuat kita jatuh cinta dan tim seleksi bisa melihat kita dan jurusan serta kampus tersebut sebagai pasangan yang serasi. A match made in heaven it is :)


P.S.: Perhatikan priority field of studies AAS tahun di mana kita mendaftar. Sedapat mungkin, cobalah untuk memilih jurusan yang sesuai dengan prioritas tahun itu.

 

5. Susun CV yang Powerful

 

Ketika menulis CV, pastikan untuk mencantumkan segala hal yang menunjang kita terlihat berharga (valuable) di mata tim seleksi dengan seringkas-ringkasnya. Jikalau memungkinkan, buatlah CV hanya 1 atau 2 lembar saja yang sudah memuat semua informasi penting tentang diri kita. Write the kind of CV that makes you say "if I were a part of the selection team, I would confidently choose this person".

 

6. Tulis Esai yang Solid


"What's the problem? How's the ideal state of it? What's the gap? How can this scholarship help you be the problem solver?"


I think this is the most important takeaway I got from the whole process. Setelah menemukan kampus yang ingin saya tuju, saya mulai mengumpulkan keeping-keping narasi yang menjembatani diri saya sekarang, Pendidikan S2 yang akan saya ambil, dan masa depan saya. This is where you need to showcase your brand and sell it through the most attractive narration. Highlight kelebihan dan keunikan kita dibanding orang lain, cita-cita kita (untuk diri, instansi tempat kita bekerja, masyarakat, dan Indonesia *people who are impactful are more attractive, you know), serta kesenjangan yang ada. Jelaskan problem statement (banyak pendaftar yang sepertinya kelewatan untuk menyampaikan ini.) dan bagaimana pendidikan S2/S3 yang akan kalian tempuh akan menyelesaikannya dan menjadi katalis pencapaian impian masa depan kalian. Sampaikan hal-hal tersebut melalui sebuah esai yang jujur dan solid. Buatlah esai jawaban pertanyaan 1 s.d. 4 seperti sebuah kisah yang sambung-menyambung, mengalir begitu saja. Bacalah esai tersebut berulang kali, endapkan, lalu baca kembali sampai benar-benar menjadi narasi yang padat dan powerful. Setelah itu, mintalah juga beberapa teman (terutama jika memungkinkan adalah alumni AAS) untuk membacanya dan memberikan masukan.


P.S.:

1. Tim seleksi juga melihat soft skill pendaftar. Aspek karakter, kepemimpinan, kemampuan komunikasi, critical thinking, dan soft skill lainnya turut dinilai dalam proses seleksi.

2. Dengan limitasi jumlah karakter untuk setiap jawaban pertanyaan, kita tidak bisa memasukkan semua hal dalam esai kita. Karena itu, pastikan hanya menyampaikan poin-poin terpenting yang disampaikan dengan singkat, padat, dan jelas.

3. Proofreading itu penting. Aplikasi grammarly bisa digunakan untuk proofreading tingkat pertama. Untuk proofreading tingkat kedua, jika memungkinkan, mintalah seseorang dengan kemampuan bahasa Inggris yang mumpuni untuk memastikan esai kita terdengar natural, koheren, dan menggunakan tata bahasa yang tepat.

 

B. Seleksi Tahap II


Ketika kita berhasil masuk sebagai shortlisted candidates, kita akan mendapat email pemberitahuan. Kita kemudian perlu mengikuti tes kemampuan bahasa Inggris dan tes wawancara. Untuk tes bahasa Inggris, persiapannya persis seperti persiapan IELTS. Sedangkan untuk tes wawancara, berikut adalah key takeaways yang saya pelajari:

 

1. Perhatikan Setiap Ketentuan yang Berlaku

 

Ada kejadian yang cukup memorable bagi saya terkait hal ini. Jadi saya mendaftarkan akun email kedinasan saya untuk wawancara tapi di Zoom saya login memakai akun Gmail. Untungnya AAI (Australia Awards Indonesia) proaktif menghubungi dan memberi tahu saya untuk mengganti email. Coba kalau AAI langsung menganggap saya nggak dateng karena akun email yang saya daftarkan tidak muncul di waiting room Zoom meeting wawancara itu T.T


(Jadi please, perhatikan setiap detail ketentuan ya agar tidak terkendala prosesnya hanya karena hal sepele.)


Setelah masuk ke Zoom meeting room, kita diminta untuk menunjukkan kartu identitas dan surat non-disclosure agreement yang sudah ditandatangani. Oh ya, selama wawancara kita harus memakai headphone atau earphone (tidak boleh menggunakan speaker laptop), menggunakan koneksi internet yang stabil, dan berada di ruang yang pencahayaannya cukup, tidak terdapat gangguan suara, tidak ada distraksi (jadi hp harus dalam silent mode ya), berlatar belakang blank/neutral, serta tidak ada orang lain di dalam ruangan tersebut. Selain itu, disarankan untuk memiliki Zoom cadangan (misal: selain di laptop, kita juga menginstalasi Zoom di ponsel). Setelah itu, AAI akan memperkenalkan 2 pewawancara (satu dari Indonesia, satu dari Australia) dan kemudian pewawancara akan menyapa, menjelaskan sekilas tentang proses wawancara, dan mulai bertanya. Estimasi waktunya 10 menit untuk pembukaan dan perkenalan, 20 menit untuk wawancara, dan 5 menit untuk tanya jawab.

 

2. Dress Yourself Up

 

Berpakaianlah yang rapi dan sopan dan sebisa mungkin profesional. Ini bukan cuma agar memberikan impresi yang baik di hadapan interviewers tetapi juga untuk membantu meningkatkan kepercayaan diri kita. Bagi perempuan, poles wajah dengan make up yang natural dan tidak berlebihan. Duduklah dengan posisi tegak tetapi rileks. Gunakan gesture dan ekspresi yang natural dan meyakinkan untuk mendukung bahasa verbal kita. Jangan lupa, bersikap ramah, membawakan diri dengan nyaman, dan tersenyumlah. Make the interviewers think: even the way this person presents (him/her)self shows that he/she deserves the scholarship.

 

3. Persiapkan Jawaban untuk Pertanyaan-Pertanyaan yang Mungkin Ditanyakan

 

Menjelang hari wawancara, saya membuat daftar pertanyaan yang mungkin diajukan. Saya juga membaca ulang semua dokumen yang di-submit termasuk esai saya berulang-ulang. Saya memikirkan secara serius keywords yang akan saya gunakan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Saya memastikan bahwa hanya intisari pemikiran yang terucap saat saya menjawab pertanyaan. Tunjukkan bahwa kita sungguh-sungguh tahu problem, gap, solusi dan semua detail lain di sekelilingnya.


Saya juga berlatih menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut baik sendiri maupun dengan bantuan teman-teman saya sebagai pewawancaranya. Salah satu tips penting yang bisa saya bagi adalah hubungi sahabat yang mengerti betul diri kalian (for me, it’s Gresika Bunga and a lot of my close friends I mentioned below. I'm thankful to have them all along the road). Diskusikan jawaban-jawaban yang kita berikan dan mintalah komentar mereka akan hal-hal yang perlu di-highlight atau dipertajam. Dari sana, kita akan mendapat perspektif baru yang dapat digunakan sebagai bahan jawaban. Oh ya, semakin banyak orang yang memberikan masukan, semakin baik untuk memperluas cara pandang kita. Satu lagi yang penting, gunakan perspektif baik mikro maupun makro (helicopter view), personal maupun profesional (bahkan academic standpoint jika memungkinkan), serta pikirkan hal-hal yang jauh lebih besar dari diri kita sendiri.


Anyway, sama dengan esai yang memiliki limitasi jumlah karakter, terdapat limitasi waktu dalam wawancara yang membuat kita tidak bisa menyampaikan semua hal. Saran saya, siapkan key points yang "nendang" banget untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Sebagai contoh, salah satu key points mengapa saya memilih jurusan IT Management adalah:

 

IT itself isn’t a black box. You can’t automatically solve all of your problems just because you have money to buy sophisticated infrastructure, develop complex applications, or do any other huge IT investment. You have to manage it so we can generate value, get the expected benefits, manage the risks, and use the resource in the most optimal manner.

 

Terakhir, interviewer menanyakan apakah ada yang ingin disampaikan atau ditanyakan. Saya menggunakan kesempatan ini untuk bertanya “Berhubung Anda berdua adalah ahli di bidang TI,  selain bidang-bidang yang menjadi concern saya tadi, apa bidang yang Anda sarankan untuk saya pelajari?”. Seperti yang sudah banyak disebutkan para alumni AAS, untuk menjawab pertanyaan terakhir ini, jangan bertanya mengenai hal-hal yang bukan kewenangan pewawancara seperti kapan pengumuman, fasilitas yang akan didapatkan jika mendapatkan beasiswa ini, dll. Sebaliknya, gunakan kesempatan tersebut untuk kembali mencuri hati pewawancara.


Satu lagi, jangan lupa banyak-banyak berdoa ya. Salah satu doa saya waktu itu adalah agar Allah melunakkan hati pewawancaranya untuk saya dan Alhamdulillah pewawancaranya melihat saya dengan penuh endearment gitu (atau barangkali memang standar dalam mewawancarai harus seramah itu atau jangan-jangan saya doang yang ke-GR-an. Hihi).


C. Hari Pengumuman


Setelah hari wawancara itu, saya menunggu sekitar sebulan untuk mendapat pengumuman akhir. Dari 6021 pendaftar, terdapat 50 orang yang menjadi penerima beasiswa dan saya beruntung menjadi salah satunya. Alhamdulillah. Terima kasih untuk semua pihak yang telah membantu saya mencapai salah satu impian saya ini. Saya juga ingin membantu kalian mencapai impian kalian. Apabila ada yang ingin ditanyakan, dipersilakan untuk menghubungi saya ya. Saya akan dengan senang hati membantu. Semangat!

------

(Closing credits. Feel free to skip)

1. People who helped me throughout the journey: Bu Irjen (for always cheering on anyone who wants to study), Pak Alex (Inspektur VII yang menulis referee letter untuk saya), Pak Bambang (Sekretaris Itjen yang memberi izin untuk melanjutkan studi), Pak Widodo (for always be one of the biggest supporters), Pak Tri Achmadi (one of the biggest supporters #2), Pak Yuliansyah (pembimbing skripsi yang selalu berkata bahwa saya bisa), Bu Dewi (pembimbing skripsi rasa sahabat dekat), Pak Yogi (for the discussion we had about my essay), Mas Gilang (panutan dan teladan saya), Kang Gandhi (yang riweuh bersama selama pendaftaran), Mas Hadi (komentator esai #1), Ayu (komentator esai #2), Aldo (proof reader favorit saya yang kalau ngoreksi sekalian substansinya juga), Bunga (partner latihan wawancara #1), Mas Brama (partner latihan wawancara #2), Dita (partner latihan wawancara #3), Bli Sendi (tempat bertanya soal kuliah di Aussie), Mas Ade, Echa, Ipong, Mas Bakhas, Dwiky, Andri (my teammates. Teman seperjuangan dan berdiskusi banyak hal), Anggi (for simply being the best friend she is), Arika (partner diskusi soal women empowerment), Mas Dovi (yang membuat pekerjaan di kantor menjadi lebih mudah sehingga saya bisa punya waktu cukup untuk mewujudkan cita-cita), penggawa Majalah Auditoria dan Kosmos (yang membuat saya harus berlatih menulis secara kontinyu), Mbak Ria (for being a caring sister from another parents), Mbak Rizki, Mas Ikhsan, Mas Adhi, Mbak Monika (mereka berempat adalah kakak-kakak saya di Antarkita yang banyak menginspirasi saya), Pengurus MoF-DAC (for making me think "ahhhh I need to study hard" just by seeing them exist. LoL), Nanda (tempat saya bisa cerita apa saja), Iis (sobat dalam menertawakan nasib) dan semua member Asuhan Bunda Iis, Raiqa (murid les yang nggak bisa bahasa Indonesia dan membuat saya latihan speaking gratis setiap minggu), Tata (dan Bagian SDM Itjen Kemenkeu) (without them, my journey would be rocky), Bu Iik (Ibu penjaga kos yang selalu menyemangati saya), AAI (I love you all already), Kelompok Audit TI ("rumah" saya--berisi orang-orang yang mengajari dan membimbing saya baik secara personal maupun profesional), keluarga besar Inspektorat VII (keluarga kedua setelah keluarga kandung), dan tentunya keluarga saya (the biggest support system of mine) serta nama-nama yang mungkin belum saya sebutkan tetapi telah berperan besar dalam hidup saya. I'm humbled and thankful.


2. It's still a long road to finally get to study in Australia. Pray for me that I will be able to pass every step well.


3. Mengapa legalisir saya cetak miring? Karena legalisir tidak baku dalam bahasa Indonesia tetapi terlanjur menjadi lumrah. Hehe. *abaikan jiwa editor saya ini.




24 Comments:

  1. Keren bgt Mba Iim. Sangat menginspirasi

    ReplyDelete
  2. Mbak Iim, gimana cara membagi waktu utk bekerja dan mempersiapkan diri mengikuti seleksi beasiswa? Apalagi dengan WFH dimana jam kerja bisa jadi sewaktu-waktu?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hello. Kalau dari pengalaman saya, ya memang harus mau sedikit berkorban ya. Kadang sebelum atau sesudah kerja, saya mengurusi persiapan seleksi beasiswa ini. Kadang juga pas kerjaan tidak terlalu banyak bisa disambi. Intinya dicicil sedikit-sedikit dan jangan pikir berat-berat. InsyaAllah nggak berat kok kalau dicicil. Satu lagi yang menurut sy penting, kumpulkan keping-keping narasinya sejak jauh-jauh hari. Nulisnya sebentar tetapi pecahan-pecahan narasinya harus dipikir matang-matang dalam jangka waktu yg lumayan sehingga bisa jadi esai yang solid. Oh ya ini tak kalah penting, jangan ragu untuk reach out bertanya atau meminta bantuan. Bertanya akan menghemat banyak waktu dan pikiran. Juga ada banyak orang yang peduli dan bersedia membantu kok. Semangat ya :)

      Delete
  3. Sampai juga akhirnya, potensi itu terbukti. Meski masih banyak yang harus dibuktikan di kemudian hari.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, Pak. Terima kasih banyak ya atas dukungan dan kepercayaannya selama ini. Saya akan berusaha untuk tidak mengecewakan. Mohon doa dan dukungannya ya Pak :)

      Delete
  4. Selamat, Mbak Iim. Nanti aku boleh nanya-nanya ya.

    ReplyDelete
  5. ngeliat status wa nya iis lgsg meluncur ke sinii hehe..luar biasa persiapannya iim, mmg proses tdk mengkhianati hasil yaa..sukses trs ya im..smg studinya lancar dan sll dimudahkan sampai selesai..aamiin..keren im

    ReplyDelete
  6. mantap banget ka iim, sukses dan semangat selalu yaaa ka..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Piaaaa, makasih ya. Sukses dan semangat selalu juga ya, Pia :)

      Delete
  7. waaaaaaaaa keren bgttt sih mbk im, selalu menjadi inspiratif. Gak salah aku jadikan mbk im sbg panutan. Btw selamat buat hasil2 kerja kerasnya ya...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah. Karena Allah memudahkan jalanku, Nan. Terima kasih ya.

      Delete
  8. Mbak Nur, salam kenal ya :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hello, salam kenal kembali. Terima kasih sudah mampir ke blog saya :)

      Delete
  9. Replies
    1. Terima kasih ya. Sukses juga untuk yang menuliskan komen ini :)

      Delete
  10. Barakallah im.. senangnyaaa...

    ReplyDelete
  11. halo mba keren banget bisa detail ngasi tips triknya
    mba mau tanya, saya kan lulusan d3 dan sudah kerja dan menjadi tulang punggung keluarga, tp disisi lain saya juga ingin melanjutkan pendidikan saya dan ngimpi banget pengen juga nerusin s2 di luar negri:)
    menurut sampean gimana mba,apa yang harus saya lakukan?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo Mas/Mbak, terima kasih nggih sudah berkunjung dan membaca tulisan saya.

      (Berhubung diminta, saya akan menyampaikan pendapat tetapi tentu saja ini hanya sebuah input dari seseorang yang belum tentu benar dalam berpendapat. Keputusannya tetap di Mas/Mbak.)

      Keadaan dan prioritas hidup setiap orang berbeda-beda dan menjadi tulang punggung keluarga tentu adalah hal yang mulia. Saya percaya, semua hal yang bisa diusahakan perlu diusahakan. Jika dengan melanjutkan studi S2 ke luar negeri, keluarga Mas/Mbak tetap dapat melanjutkan hidup dengan cukup, saya ingin menyemangati Mas/Mbak untuk mengejar mimpinya. Toh nanti setelah melanjutkan studi, insyaAllah kehidupan Mas/Mbak lebih baik dan insyaAllah bisa membawa lebih banyak kebaikan untuk keluarganya. Jangan lupa minta pertimbangan dari keluarganya ya. Semoga dimudahkan. Semangat :)

      Delete
  12. Replies
    1. Alhamdulillah. Terima kasih Mbak Nana. Just checked your blog. InsyaAllah will visit it again later 🙂

      Delete

Videos

Jakarta, Indonesia

SEND ME A MESSAGE