-->

Hello, this is me!

Nur Imroatun Sholihat

Your friend in learning IT audit Digital transformation advocate a-pat-on-your-shoulder storyteller

11 Oct 2021

SONDER

  • October 11, 2021
  • by Nur Imroatun Sholihat

image source: pikrepo.com

Sonder /noun/ The realization that everyone, including each random passerby, is living a life as vivid and complex as your own.

 

Bagian 1: Setiap Manusia Memiliki Cerita


Semalam, saya merampungkan bahan papar untuk sharing session "How to Write with Data" yang akan diselenggarakan oleh MoF-DAC Rabu ini. Ketika menyusun kerangka materi yang ingin disampaikan, saya teringat sebuah kata indah dalam bahasa Inggris: “sonder”. Setiap manusia di muka bumi, termasuk yang tidak kita kenali, memiliki kehidupan yang sama pekat dan kompleksnya dengan kehidupan kita. Kita mungkin hanya orang asing bagi orang lain dan sebaliknya tetapi masing-masing insan punya cerita yang dramatis, puitis, mengiris, dan manis--hanya saja berbeda alurnya.


Cerita malam lalu adalah tentang kebimbangan bisakah saya menyampaikan materi yang bagus sementara saya tidak lebih banyak bersentuhan dengan data seperti anak-anak MoF-DAC lainnya. Betul saya diberi kesempatan ini karena pengalaman saya di dunia menulis tetapi tetap saja ada ragu yang membelenggu. Orang-orang yang mengenal saya barangkali berpikir kepercayaan diri adalah bagian yang manunggal dalam diri manusia satu ini tetapi sebenarnya ada cerita yang tidak pernah terungkap tentang hal-hal sebaliknya.

 

Begitu juga ketika saya menatap orang lain. Saya menjadi tersadar sepenuhnya bahwa terdapat kisah mereka yang tidak tersampaikan kepada dunia. Kurir yang mengantar paket saya, apa kabar hari ini? Penjual makanan langganan saya, ada cerita apa di balik sorot matanya? Tukang parkir yang berpanas-panasan siang ini saat saya melintas membeli makan, bagaimana perasaannya hari ini? Seseorang yang tersenyum ketika berpapasan dengan saya, apakah dia benar sedang baik-baik saja? Seseorang yang tidak saya kenali di belahan bumi lain, apa sesuatu tentangnya yang ia berharap orang-orang sekitarnya mengetahui?

 

Konflik apa yang mereka hadapi? Kebahagiaan apa yang membuat hati mereka tersenyum? Apa yang membuat mata mereka terlapisi air mata? Apa yang akhir-akhir ini membuat mereka tertawa? Saya tidak tahu jawabannya. Akan tetapi, saya jadi mengerti bahwa ada kisah yang bisa diceritakan oleh tiap-tiap orang. Begitu juga dengan data. Ada cerita di dalam serangkaian data. Ada deretan kata yang tersembunyi di balik angka-angka.

 

Bagian 2: Tentang Cerita yang Tinggal Di Pikiran Selamanya


Masih ingat cerita-cerita yang begitu lekat di pikiran? Cerita tersebut bisa membawa kita pergi jauh ke dimensi waktu dan tempat yang sebelumnya tidak ada di memori. Ya. Kita semua memiliki buku, film, dongeng masa kecil, atau kisah pribadi yang bisa kita ceritakan ulang dengan lancar meski sudah bertahun-tahun lalu membaca/menonton/mendengarkan/mengalaminya. Itulah keajaiban sebuah cerita. Keajaiban serupa ingin diadopsi di dunia data: menggugah rasa, menggetarkan pikiran, menggerakkan jiwa, dan mengendap di ingatan.

 

Ketika menyaksikan karya yang bisa merenggut batin dan pikiran, saya berharap bisa menjadi penulis yang demikian. Sebut saja Lee Woo Jung yang begitu apik menggubah hal-hal sederhana menjadi menawan. Cerita yang ditulisnya selalu hangat, lekat dengan kehidupan sehari-hari, menyentuh dinding jiwa, dan muncul begitu saja ketika saya memikirkan karya yang bagus. Dia adalah storyteller yang kemampuan menulisnya ingin saya curi.

 

Atau Yuro Sumino dengan “I Want to Eat Your Pankreas”-nya yang dengan begitu kreatif membuat saya penasaran membaca lalu tenggelam dalam dan menjadi seseorang yang tanpa sadar menghafal isi bukunya. Detail emosi dalam novel itu masih bisa saya rasakan ketika judulnya tiba-tiba melintas di kepala. Dia adalah penulis yang membuat saya kesal mengapa tidak menulis lebih banyak buku agar ada lebih banyak yang bisa saya baca.

 

Baik menyajikan kisah yang sederhana seperti Lee Wong Jung maupun kisah yang dramatis seperti Yuro Sumino, semua cerita punya tempat. Asal kita bisa menarasikannya dengan baik, semua cerita ternyata menarik. Sonder menyadarkan saya bahwa setiap orang memiliki kisah yang menarik asal bisa dinarasikan dengan tepat. Sonder juga menyadarkan saya bahwa setiap data memiliki kisah yang menawan asal bisa disampaikan dengan apik.

 

Di dunia data, saya berharap data bisa disajikan seperti cerita-cerita yang begitu lekat kepala itu.

poster design by Reza Rizky Pratama

Oh ya, mari bertemu Rabu ini bersama saya dan Mas Sindhu untuk membahas data storytelling :)

----

Tautan atas rekaman sharing session di atas: klik di sini

2 Comments:

  1. Makasih ya mb ilmunya, kemarin saya mengikuti sharing sessionnya.
    Yang saya ingat sampai detik ini "sebuah data akan mati jika tidak ada narasi" seperti artikel ttg kematian yg mb sampaikan kemarin.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih kembali, Mbak Dwi (semoga benar ini nama panggilannya) :)

      Semoga ilmu yang disampaikan bermanfaat ya. Terima kasih juga sudah menyempatkan diri untuk membaca blog saya :)

      Delete

Videos

Jakarta, Indonesia

SEND ME A MESSAGE