Kemarin siang
saya kedatangan Pak Pos yang mengantarkan sebuah paket. Karena
sejak kepindahan sudah ada beberapa orang yang menanyakan alamat saya di sini,
saya jadi sulit menebak siapa yang mengirimnya. Saya tersenyum girang sebab
nama Widyanti Anggita Lestari tercantum di sana. Sebagai orang yang selalu
berbunga-bunga terhadap kejutan, saya harus banget senyum-senyum sendiri. Hap hap hap, lompat-lompat girang. Hello bestie,
kadonya sudah sampai. Untungnya masih september jadi belum telat ya kadonya :)
Purworejo
Saya mengenalnya tepat di hari
pertama saya memasuki masa SMA. Tak lama sejak pertemuan pertama, dia
resmi menjadi sahabat terbaik saya. Masa-masa saya mengukir mimpi meletakkan Anggi
di posisi yang tidak bisa digeser sama sekali. Ya, saya adalah seorang
perempuan kampung yang tidak punya keistimewaan apapun datang ke SMA untuk
mengubah nasib. Saya bermodal mimpi yang bisa dibilang kelewat tinggi. Hanya
dengan itu saya melangkah di setiap hari. Hanya dengan harapan mimpi akan
terwujud saya berlari meski halangan menghadang. Anggi menemani mimpi saya.
"If you want to run fast, run alone; if you want to run far, run together." (African proverb)
Today’s target: Run 17 kilos
Sama seperti tahun lalu, saya dan
Ana mendaftar Independence Run. Bedanya, kali ini kami berkaus merah (means we chose to run 17k instead of 8k). Sebelum memutuskan
melaksanakan lari pagi ini, malam harinya Ana berkata bahwa sepertinya dia tidak jadi ikut lari.
Saya menjawab jika dia tidak ikut, maka saya juga tidak akan ikut. Lari 17 kilo akan terasa sangat berat jika saya berlari sendiri *banyak alasan hihihi. Namun,
pagi ini Ana yang berubah pikiran mengetuk pintu kamar saya. Kami berangkat ke
titik start Independence Run saat langit belum benar-benar terang dan jiwa
masih setengah sadar. Saya berujar pada Ana bahwa saya akan menyelesaikan lari hari ini dengan do or die attitude: saya harus finish.
A late birthday wishes to my lovely
sister, Mbak Fitri
Mbak Fit mengulangi tanggal
lahirnya beberapa waktu yang lalu saat saya sedang diklat di Bogor. Setelah menyingkirkan
segala aktivitas belajar (pencitraan), walaupun terlambat, saya masih ingin
menulis ucapan untuknya. Saya akan merangkum kesan saya terhadapnya dalam
tulisan ini.
Back then, I dont even remember how often our choreographer yelled at the dancers. Sering hati saya ciut mendengar komentar pelatih saat saya melakukan salah gerak. Dulu, tak seperti penari lain, saya selalu panik terhadap perkataan pelatih. Sebelum akhirnya saya mendengar Dewi berkata, “Semua penari profesional pernah digebuk pelatihnya. Big Bang nggak akan jadi seperti sekarang tanpa dimarah-marahin YG. Setiap satu kesalahan, kamu jadi belajar lebih keras lagi. You have to thank him actually, dia memperhatikan detail gerakanmu. Lagian, dia memuji powermu pas nari kok.”.
Maka saya dan Dewi belajar setiap detail gerakan hingga larut malam. Tak peduli betapa pegalnya badan kami, tak peduli betapa capeknya pikiran kami.
Setelah itu Dewi pindah dari Jakarta dan saya masih menari.
Setelah itu Dewi pindah dari Jakarta dan saya masih menari.
How many times do I have to say "God, I'm grateful they're my close friends"?
We've ever talked about how people show affection. I do by write it.
Masih ingat foto ini, sahabat? Saat itu Mbak Momon yang tengah dalam masa kuliah D4 dan tiga orang lain yang akan menempuh ujian D4 berkumpul lagi denganku. Siapa sangka hari ini aku merayakan kelulusan tiga sahabat itu, tanpa satu pun tertinggal, ke D4. My close friends are totally D4 students. Proud!
.......
Mas Ikhsan, Mas Adhi, Mbak Rizki, dkk (maaf tak bisa menyebutkan nama kalian satu persatu), apa kalian pernah juga berpikir bahwa dunia yang sekarang kita geluti akan menimbulkan rindu yang mengharu biru kelak setelah kita meninggalkannya?Kapan kita berdiskusi politik sampai larut malam lagi? Kapan kita bertukar pikiran serta debat pendapat? Kapan kita begini lagi kalau kalian sudah pergi?
Karenanya aku sangat menghargai setiap detik yang kini aku lalui bersama kalian..Cintaku pada dunia kemahasiswaan telah berimplikasi pada banyak hal, termasuk mencintai kalian....... (Sepotong Episode, 4 Februari 2010)
Tiga tahun dari tulisan itu dibuat, saya bertemu kembali dengan mereka. Haha, serious, am I still with them? Kenyataannya kami masih rajin berkomunikasi lewat group whatsapp. Beberapa waktu yang lalu kami bertemu dan menggagas sebuah proyek bareng. Kami sepakat punya blog bersama, http://antarkita.net/ (sekalian promosi. hihihi *wink). Blog itu rencananya akan mulai diisi minggu depan. Mengingat kami tak lagi sering bersama seperti saat masih di kampus, punya blog bersama mereka membuat saya benar-benar bahagia.
Malam ini
dia tiba-tiba menuliskan pesan di grup “Nowplaying Colton Dixon- Piano Man. I used to sing
this song in iim’s room. Now i miss the smell of her room as i miss her. I miss
every lil thing we both used to discuss. I miss how she knocked on my door
telling she was affraid of sleepin’ alone after i told her ghost story. I miss
when she showed me she could play guitar better than she usually done. I said
nothing but i always appreciate her. I was proud of her. Coz i knew she would
keep on trying. Until one day she’d play me my fav song very well and i’d give
her my big applause”
My emotionless
face this night after read your message, i’m sure you know why. Rather than
showed my emotion, i was trying so hard to not cry...
How i miss
randomness inside of you--this random world that connects us. How
I miss you whom speak English fluently. How i miss the
walking catalogue—how many books have been read by you? I miss lil things bout you,
seriously.
Masih ingat
saat kau bercerita mimpi tidurmu tentang backpacking bersamaku ke Belanda? My heart was trembling that moment. Kau dengan antusias menjelaskan
detail mimpi besarmu itu sementara aku terus terharu akan keberanianmu bermimpi
setinggi mungkin. Saat ini mungkin mimpi terasa begitu jauh. Tetapi bersamamu,
mimpi dari hari ke hari terasa semakin dekat. Kita bekerja keras untuk meraih
hal-hal yang tidak mungkin. Kita telah buta terhadap kata tidak mungkin. Karenanya, aku yakin hari itu akan tiba.
Ingatkah lagu ini begitu sering aku nyanyikan saat kita bercerita tentang
tujuan hidup kita?
“ I dream high,
I’m dreaming so high. When it get tough I closed my eyes”
Masih ingat
ketika aku berkata tentang utang satu
tulisan untukmu? Bukan tanpa alasan aku begitu ingin menulismu di sini. Rasa
syukur atas kehadiranmu di depanku saat itu tak bisa aku ucapkan begitu saja. Bagiku, ada batas perasaan yang tidak bisa aku ucapkan dan ku pikir, aku
hanya bisa menuliskannya. Kau telah melewati batas itu, sama seperti sahabat-sahabat
yang telah aku tulis sebelumnya.
Sabtu (02/02/2013) seorang sahabat yang dapat 3 undangan Kemilau Mandiri Fiesta mengajak saya ikutan. Ajakan last minutes yang ternyata sangat menyenangkan.
Luxurious Visual effect :)
Penampilan yang paling saya tunggu :D
In my opinion, best performance of the night. Merinding :)
Congrats untuk pemenang Grand Prize-nya :)
Luxurious Visual effect :)
Penampilan yang paling saya tunggu :D
In my opinion, best performance of the night. Merinding :)
Congrats untuk pemenang Grand Prize-nya :)
Malam ini saya berencana mencari sepatu kanvas berwarna putih polos yang rencananya akan saya dan Maul pakai setiap berangkat kerja. Menurut info yang kami dapatkan, sepatu itu dijual di pasar senen pada malam hari. Karena berencana datang ke pasar, kami sepakat dengan kaus-sendal-tanpa hp-tanpa tas. Gaya ini saya sebut gaya nyampah, atau versi Maul inilah gaya mbambes. Ternyata setelah ngubek-ubek pasar, kami nggak nemu yang kami cari. Muncul ide dari Maul untuk ke Atrium Senen. With this appereance???????
Minggu sore kemarin, 12 Agustus 2012, teman-teman baik saya di kelas waktu kuliah dulu mengajak buka bersama. Tetapi saya memilih melakukan agenda lain (sorry friends, kalian mendadak sih). Sudah lama, me and my good friend whose voice very good (definitely, she is runner up of STAN idol) berencana melakukan banyak hal gila, termasuk yang satu ini. Kami mengamen di Monas. Saya berani karena dalam penilaian saya pribadi, orang-orang akan terkagum-kagum dengan suara teman saya ini (yang jelas, saya cuma modal gitar dan numpang nampang). Menjelang berangkat, satu lagi teman bergabung. Jadilah kami bertiga mengamen di Monas.
Sahabat terbaik selalu berarti dirimu, tak ada yang lain.
Anggi, kini engkau telah berusia 22 tahun. Ternyata telah begitu lama kita bersahabat. Selama itu pula aku selalu tak pernah kehabisan rasa syukur bahwa Tuhan mengirimkanmu dalam hidupku. Kini hujan, petir, sinar matahari yang panas, bahkan angin yang berlalu lalang di sekitarku mengingatkanku padamu. You’re the best of mine, still you are the one.
Aku tidak pernah membayangkan jika kita tidak pernah bertemu. Dulu aku tidak pernah percaya pada diriku sendiri, kau meyakinkanku. Aku merasa tidak punya apa-apa untuk diperjuangkan, kau menuntunku. Aku hanyalah seseorang biasa yang sangat takut menatap dunia, kau menguatkanku.
Iseng membuka blog seorang sahabat dan teringat bahwa suatu ketika saya pernah membuat puisi saat dia menantang saya membuat puisi instan. Ceritanya dia penasaran karena saya berkata bahwa saya sangat menyukai puisi. Anyway, saya sedang sangat merindukan semua sahabat saya di FMKI, termasuk yang punya blog itu. haha
Sedang membayangkan betapa banyak orang yang telah lalu-lalang dalam kehidupanku tetapi sahabat itu tidak pernah berlalu. Masih saja selalu menyemangatiku. Masih saja menularkan kegigihan padaku. Masih saja menahan semua lara setiap ku sedih. Masih saja memantulkan senyum ke langit saat aku senang. Di langit Yogyakarta mungkin senyumnya begitu benderang hingga aku selalu bisa melihat pendaran sinar itu juga di langit Bintaro.
Dulu, saat kecil, ada sebuah jenjang pendidikan yang begitu aku impikan. Dunia yang oleh FS UI disebut sebagai dunia "buku, pesta, dan cinta di alam bangsanya". Dunia itu kini aku jejaki. Perlahan aku mencermati, betapa menariknya kehidupanku di masa-masa ini. Aku merindukan aku yang bergelut dalam dunia kemahasiswaan dan esok aku pasti akan sangat merindukan saat-saat ini.