CATATAN DIKLAT PENGAWASAN: SPIP DAN TAHAPAN AUDIT
- March 26, 2014
- by Nur Imroatun Sholihat
Work can be divided between the core job and controls done to improve results in the face of uncertainty (Matthew Leitch)
Hey, I’m back. Tumben banget quote
yang saya pasang rada serius gitu #pencitraanbiarkeliatanpinter. Jangan bosen ya kalau selama diklat ini saya
akan menulis tentang materi audit. Oh ya, sesi pagi ini diisi oleh Bu Raida
dengan materi SPIP (Sistem Pengendalian Intern Pemerintah). Bu Raida ini
berasal dari unit yang dulu membuat semangat saya menjadi auditor berkobar
seketika #malahcurcol. Waktu itu, saya berkesempatan mewawancarai Pak Sumarno untuk majalah
Auditoria. Mungkin karena baru berkesempatan berbincang langsung sama pegawai unit itu
saja, saya jadi nggak bisa membandingkan dengan unit lain. Jadi selalu dimungkinkan unit lain juga memiliki auditor yang sama atau lebih kece. From what i saw, they are the ideal version of the auditors. Saya ingat waktu mewawancarai Pak
Sumarno, pandangan saya tiba-tiba berubah. Awal masuk ke kantor, saya berpikir bahwa
auditor is just another good profession. But then I understand that in its ideal
version, audit mengusung semangat yang sangat mulia. Hari ini saya bertemu
dengan rekan dari Pak Sumarno, Bu Raida Sitorus.
Materi diisi dengan nggosipin
COSO framework. Itu lho, nenek moyang dari segala aturan pengendalian internal.
Konon ceritanya, COSO diterbitkan karena adanya praktik kecurangan di laporan
keuangan perusahaan di Amerika. Muncullah kerangka kerja pengendalian internal
terintegrasi yang populer dengan sebutan COSO. Kelima framework itu adalah:
1. Lingkungan Pengendalian
Semacam kondisi yang membuat
pengendalian internal berjalan lancar
2. Penilaian Risiko
Penilaian kemungkinan kejadian yang menghalangi/menggagalkan tercapainya tujuan.
3. Kegiatan Pengendalian
Secara singkat, kegiatan
pengendalian adalah tindakan mengendalikan hatimu segala tindakan yang
dilakukan untuk mengatasi risiko.
4. Informasi dan Komunikasi
Ini bukan soal browsing,
chatting, atau kepo-mengkepo ya. Tetapi segala bentuk silaturahmi
komunikasi dan informasi yang memudahkan pelaksanaan pengendalian.
5. Pemantauan
Intinya ada 2: penilaian mutu
kinerja sistem pengendalian dan jaminan bahwa segala macam temuan telah
ditindaklanjuti.
Lanjut materi kedua di sesi siang di mana membuka mata lebih membutuhkan energi daripada menangkap materi itu
sendiri. Materinya mengenai tahapan audit. Pertama-tama, kita mengadakan survey
pendahuluan. Apakah rasanya enak, jumlahnya banyak *woi bukan acara survey
makanan. Tahap ini guna memastikan bahwa kita telah mengetahui medan dan bisa
memutuskan ruang lingkup audit. Tahapan selanjutnya adalah telaah dan uji SPM (sistem
pengendalian manajemen). Di sini kita harus memastikan bahwa telah ada pengendalian
yang memadai dari internal perusahaan. Dilanjutkan dengan audit rinci. Bak detektif,
auditor di tahap ini mengumpulkan bukti guna mencari temuan. Terakhir adalah
pelaporan hasil audit. Laporan ini akan dikomunikasikan dengan pimpinan auditee. Jika auditee sepakat dengan temuan audit, dibuatlah berita acara audit.
Pengajar memutar banyak video
tentang praktik audit di lapangan. Bukannya menghayati isi videonya, sesekali
saya cengegesan gara-gara pemeran auditor maupun auditee-nya ketahuan baca
naskah yang menyamar jadi dokumen. Pengajar juga memutarkan video tentang
leadership semut dan meminta kami menjelaskan kaitan video tersebut dengan audit. Ceritanya seekor semut melintasi kayu yang digunakan sebagai jembatan penyeberangan. Ternyata ketika digunakan oleh banyak semut jembatan itu patah. Semut tadi meminta semut lainnya untuk membuat pesawat dari koran yang tergeletak di dekat mereka. Ternyata pesawat ini nabrak batu. Semut itu belum putus asa. Dia mengajak rekannya mengubah pesawat kertas menjadi perahu kertas *ku bahagia kau telah terlahir di dunia #nyanyidulu. Akhirnya semut itu bisa mencapai tujuannya setelah mencoba beragam metode. Video tadi menurut kelompok kami mengisahkan tentang pentingnya survey pendahuluan oleh auditor (semut yang mencoba jembatan kayu pertama kali). Selain itu, auditor juga harus kreatif mencari cara agar bisa mengumpulkan barang bukti untuk memenuhi tujuan audit (semut tadi dengan kreativitasnya mengubah kertas menjadi pesawat dan perahu kertas demi sampai tujuan). Jika ditinjau dari segi auditee, maka semut itu seperti auditor yang memberikan rekomendasi kepada semut lain (auditee) agar tujuannya tercapai.
Setelah menanti momen itu tiba, akhirnya di hari ketiga ini saya mendapat coklat karena jawaban itu mendekati jawaban yang benar *serius ini nggak pake kerja sama lho. Saya dan pengajar tidak saling mengenal sebelumnya *dikira acara hipnotis*. Berhubung coklatnya enak, besok sepertinya saya perlu beli coklat sendiri biar nggak perlu susah mikir jawaban *timpuk penghapus papan tulis.
Setelah menanti momen itu tiba, akhirnya di hari ketiga ini saya mendapat coklat karena jawaban itu mendekati jawaban yang benar *serius ini nggak pake kerja sama lho. Saya dan pengajar tidak saling mengenal sebelumnya *dikira acara hipnotis*. Berhubung coklatnya enak, besok sepertinya saya perlu beli coklat sendiri biar nggak perlu susah mikir jawaban *timpuk penghapus papan tulis.
Udah ngantuk. Saya tidur dulu ya. Ketemu lagi besok di catatan selanjutnya :)
--------------------------
image source: here
0 Comments:
Post a Comment