Mendengar kabar bahwa Mas Febri Diansyah memutuskan mundur dari KPK adalah bukan hal yang baik untuk membuka pagi. Sebuah pesan whatsapp dari mantan Pemred Auditoria menyapa saya, “Febri Diansyah mundur, im” yang sontak membuat saya membeku beberapa detik. Saya tidak akan membicarakan pandangan saya akan mundurnya sosok jubir komisi antirasuah itu sebab sudah banyak yang membahasnya dan secara prinsip, saya setuju dengan opini yang beredar. It’s so heartbreaking that I don’t want to hear or talk about it actually.
(Even though Auditoria is a big
part of my writing journey, especially the journalistic one, I barely shared
the story of me and that magazine. Here I come revealing my first story with
the magazine published by Itjen Kemenkeu.
Ps: You can read the full version
of the magazine here).
WHAT I LEARNED FROM BEING A WRITING COMPETITION JUDGE
By nurimroatun - December 17, 2019
![]() |
source: weheartit.com |
![]() |
source: suttoncollege.ac.uk |
Isn’t it an art to do something in a unique way?
Audit adalah sebuah seni. Di tengah
rigiditas standar-standar baku, audit membuka ruang kreativitas yang bergandengan tangan dengan aturan tetapi unik secara
penerapan. Guna mengambil keputusan dengan lebih baik, lebih cepat, dan lebih
akurat serta menyesuaikan dengan perkembangan masa, jiwa seni auditor pun
mewarnai proses audit. Bahkan sedari mula, audit adalah seni yang kaya estetika.
Audit berangkat dari himpunan keindahan: seni untuk melihat kebutuhan dari
beragam pemangku kepentingan dan seni memposisikan diri untuk bersikap
independen tetapi bersahabat.