![]() |
source: pinterest.com |
Tak
ada payung untukku malam ini
Hanya
selembar plastik tipis
Yang
usang terpakai berkali-kali
Kulipat
asal saja lalu kucari saat air berguguran
![]() |
source: mhsdailycomet.com |
Kau pernah menatap mataku dengan nyala
Bergumam keindahan bumi terbahasakan dalam puisi
Setiap lariknya adalah batu bata
Dan majas-majas itu semennya
“You haven’t changed at all after 8 years.”
He
said
Discreetly
smiling
“We’ve
been friends for that long?”
She
said
Translation: You’ve
been my ideal type for that long?
“And
still counting.” He gazed into her eyes while questioning
Were
they gracefully dancing or quietly shaking
Idul fitri
adalah pulang
Pulang pada
kesadaran bahwa ketika tangan-tangan kita hendak menggapai semesta
Yang benar-benar
kita butuhkan adalah dunia kecil kita
Dunia di mana
terdapat orang-orang terdekat yang kerap kali mengkhawatirkan kita dalam diam
Sekumpulan orang
yang menganggap doa adalah cara mereka melampaui jarak
:menyampaikan setangkup rasa
Kau mengambil lakon yang berlainan di nyata dan ilusiku
Aku tak bisa mengingat kapan terakhir kali kita bersua
Seberapa jauh kita di dunia nyata
Di dalam nyata, kau hanya satu dari sekian ratus orang
yang berlalu-lalang
Kita justru kerap berpapasan di dalam tidurku
Selalu mengambil naskah dalam pementasan mimpiku
Kadangkala kau menyamar pohon rimbun di latar hutan
Kadang kau hanya terdiam di sudut ruangan
Mengamati gerak-gerik mimpiku
Tak jarang kau berjalan santai di kejauhan sana
Tempat yang tak mungkin kaki-kakiku hampiri
Lalu apa gunanya kau sesekali memanggilku dengan gerakan
tangan lalu menghilang begitu saja
Terakhir, kau terlihat duduk santai membaca koran di ruang
tamu rumahku
Pemeran tanpa dialog ataupun monolog
Hujan adalah tetes-tetes darah menghantam
lantai serambi jantung
Rongga-rongga membanjir
:Tanpa pori-pori
Berkeliling dari serambi lalu kembali
Ke serambi atau bilik-Mu
Aku setitik darah terpompa
Mengitari persinggahan panjang
Dalam kecepatan dan percepatan yang dirahasiakan
Lantas pulang menuju keabadian